Konten dari Pengguna

Panduan Visual Metode Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka

A Rima Mustajab
Mahasiswa, Magister Studi Islam, IAIN Kudus, 2023
2 November 2024 18:32 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari A Rima Mustajab tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi: Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Sumber: A Rima Mustajab
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Sumber: A Rima Mustajab
ADVERTISEMENT
Kurikulum Merdeka, yang mulai diterapkan di Indonesia sebagai bagian dari transformasi pendidikan, memberikan kebebasan lebih besar bagi guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Kurikulum ini menekankan pengembangan potensi siswa secara holistik, sehingga mereka dapat menjadi pembelajar sepanjang hayat yang kreatif, kritis, kolaboratif, dan komunikatif. Dalam penerapan Kurikulum Merdeka, terdapat beberapa metode pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan ini:
ADVERTISEMENT

1. Project-Based Learning (PjBL)

Project-Based Learning adalah metode pembelajaran yang berfokus pada proyek yang relevan dengan kehidupan nyata. Siswa dilibatkan dalam proyek yang memungkinkan mereka untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari di kelas. Misalnya, siswa dapat mengembangkan proyek lingkungan untuk memahami dampak perubahan iklim atau membuat rencana bisnis sederhana. Metode ini membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kolaborasi, dan kreativitas.

2. Discovery Learning

Discovery Learning mendorong siswa untuk menemukan konsep atau prinsip tertentu melalui pengalaman belajar yang eksploratif. Dalam metode ini, guru tidak memberikan penjelasan secara langsung, tetapi memberikan tugas atau situasi yang memancing rasa ingin tahu siswa. Misalnya, siswa dapat diminta untuk mengamati fenomena alam dan menarik kesimpulan dari hasil pengamatan tersebut. Metode ini membangun kemandirian dan rasa tanggung jawab dalam belajar.
ADVERTISEMENT

3. Inquiry-Based Learning

Inquiry-Based Learning menekankan proses bertanya dan menemukan jawaban. Metode ini melibatkan siswa dalam proses penyelidikan ilmiah di mana mereka mengidentifikasi masalah, mengajukan hipotesis, mengumpulkan data, dan menarik kesimpulan. Metode ini melatih siswa untuk berpikir kritis, menganalisis informasi, dan membuat keputusan berdasarkan data yang diperoleh. Ini sering diterapkan dalam pelajaran sains, sejarah, atau geografi.

4. Problem-Based Learning (PBL)

Problem-Based Learning adalah metode pembelajaran yang didasarkan pada pemecahan masalah. Dalam PBL, siswa diberikan masalah yang harus mereka pecahkan secara mandiri atau dalam kelompok. Mereka diajak untuk memahami masalah, menganalisis berbagai solusi, dan menerapkan pengetahuan mereka untuk menemukan solusi terbaik. Metode ini sangat efektif untuk mengembangkan keterampilan analisis dan pemecahan masalah, serta mendorong siswa untuk belajar mandiri.
ADVERTISEMENT

5. Blended Learning

Blended Learning menggabungkan pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran daring. Dalam Kurikulum Merdeka, siswa dapat belajar melalui modul digital atau video pembelajaran, yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi atau aktivitas di kelas. Metode ini memungkinkan akses informasi yang lebih luas, sehingga siswa bisa belajar sesuai kecepatan mereka masing-masing. Blended Learning juga memungkinkan guru untuk memberikan materi yang lebih bervariasi dan interaktif.

6. Differentiated Instruction

Dalam metode Differentiated Instruction, guru menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan, minat, dan tingkat kemampuan masing-masing siswa. Kurikulum Merdeka mendorong guru untuk lebih peka terhadap perbedaan individual siswa, baik dalam hal gaya belajar maupun kemampuan akademik. Misalnya, siswa yang belajar lebih cepat mungkin diberi tantangan tambahan, sedangkan siswa yang butuh lebih banyak waktu akan diberikan bantuan tambahan.
ADVERTISEMENT

7. Collaborative Learning

Collaborative Learning adalah metode pembelajaran di mana siswa bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas atau proyek. Kurikulum Merdeka mendorong kolaborasi karena dapat membangun keterampilan sosial, komunikasi, dan kerja tim yang esensial bagi masa depan siswa. Melalui kerja kelompok, siswa belajar untuk menghargai pendapat orang lain, bekerja sama, dan mengembangkan solusi secara bersama.

8. Contextual Teaching and Learning (CTL)

Contextual Teaching and Learning adalah metode pembelajaran yang mengaitkan materi dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa. Dalam Kurikulum Merdeka, CTL membantu siswa untuk memahami relevansi materi dengan kehidupan nyata. Guru dapat mengajak siswa untuk belajar melalui situasi nyata atau simulasi, misalnya mengamati proses jual-beli di pasar untuk memahami konsep ekonomi. CTL membuat pembelajaran menjadi lebih bermakna dan relevan bagi siswa.
ADVERTISEMENT

9. Flipped Classroom

Metode Flipped Classroom membalik peran antara kegiatan di kelas dan di rumah. Siswa belajar materi di rumah melalui video atau bahan bacaan, lalu di kelas mereka melakukan diskusi, praktik, atau menyelesaikan tugas yang lebih menantang. Flipped Classroom mendorong siswa untuk belajar mandiri dan memanfaatkan waktu di kelas untuk diskusi mendalam dan tanya jawab dengan guru.

10. Experiential Learning

Experiential Learning menekankan pembelajaran melalui pengalaman langsung. Siswa diajak untuk terlibat dalam pengalaman atau simulasi yang berkaitan dengan materi yang sedang dipelajari. Misalnya, siswa dapat belajar tentang sejarah melalui permainan peran atau belajar tentang lingkungan dengan mengunjungi hutan kota. Metode ini memberikan pengalaman konkret yang membantu siswa memahami konsep secara lebih mendalam.
ADVERTISEMENT

Kesimpulan

Kurikulum Merdeka menawarkan berbagai metode pembelajaran yang mendukung pengembangan keterampilan siswa secara holistik dan relevan dengan tantangan abad ke-21. Melalui penerapan metode seperti Project-Based Learning, Discovery Learning, dan Inquiry-Based Learning, siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga mengembangkan keterampilan yang mereka perlukan untuk sukses di masa depan. Kurikulum ini memberi ruang bagi guru untuk menjadi fasilitator yang adaptif dan kreatif, yang membantu siswa menemukan dan mengembangkan potensi terbaik mereka.