Konten dari Pengguna

Agraswatha: Misi Pendidikan di Ujung Sragen

Cahya Arrum
Mahasiswi program Magister Pendidikan Agama Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
10 Februari 2025 17:54 WIB
·
waktu baca 12 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cahya Arrum tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Anak-anak SDN 05 Gilirejo
zoom-in-whitePerbesar
Anak-anak SDN 05 Gilirejo
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Gilirejo Baru, Sragen – Sebuah desa di ujung Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, menjadi saksi perjuangan tentor dalam meningkatkan kesadaran pendidikan. Melalui Gerakan Mengajar Desa (GMD), para tentor hadir untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan dan bermakna bagi anak-anak di daerah Gilirejo.
Pengabdian yang berlangsung dari 28 Januari hingga 4 Februari 2025 ini berfokus pada anak-anak, khususnya di SDN 04 Gilirejo. Selain itu, tentor juga turut mengajar di SDN 05 Gilirejo serta mengadakan berbagai kegiatan edukatif di luar sekolah.
Dengan semangat “Bergerak Bersama, Wujudkan Perubahan”, kelompok Agraswatha berharap tidak hanya berbagi ilmu tetapi juga berusaha memberikan dampak yang berkelanjutan bagi masyarakat. 
Pada 28 Januari 2025, sebelum memulai kegiatan, para tentor disambut dalam ceremonial penyambutan yang diadakan di rumah Bp Suripto selaku Ketua RT 04 Sumberejo. Acara ini dihadiri oleh Ketua RT, warga masyarakat, serta pejabat setempat sebagai bentuk penerimaan terhadap kehadiran tentor di Desa Gilirejo Baru.Dalam kesempatan tersebut, Saif, Ketua Agraswatha, menyampaikan ucapan terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada para tentor untuk mengabdi di desa ini.
ADVERTISEMENT
"Kami sangat berterima kasih karena telah diperbolehkan untuk mengabdi di desa ini. Kami berharap kegiatan ini bisa berjalan dengan lancar dan bermanfaat bagi anak-anak serta masyarakat setempat," ujar Saif dalam sambutannya.
Selain itu, ia juga memohon dukungan dari para pejabat desa dan warga agar program yang telah dirancang bisa berjalan dengan baik.
"Kami mohon bantuannya agar para pejabat setempat dan warga bisa mendukung serta membantu kami dalam menyukseskan kegiatan ini. Jika ada tindakan atau sikap kami yang kurang berkenan, kami juga mohon untuk diingatkan."
Sebagai bentuk adaptasi dengan lingkungan, Saif juga meminta agar para tentor dapat dikenalkan dengan keseharian dan budaya masyarakat setempat, sehingga mereka bisa lebih memahami kondisi sosial dan adat yang berlaku di desa ini.
ADVERTISEMENT
Acara penyambutan ini menjadi momen awal yang baik bagi tentor untuk lebih dekat dengan masyarakat serta membangun hubungan yang erat dengan warga setempat.
Tutor Inspiratif dari Berbagai Daerah dan Latar Belakang
Sebanyak 18 tentor dari berbagai daerah dan universitas, seperti UMS, UNDIP, UNS, UIN Sunan Kalijaga, hingga Universitas Negeri Malang, turut serta dalam program ini. Mereka berasal dari beragam latar belakang program studi, membuktikan bahwa kepedulian terhadap pendidikan tidak terpusat menjadi tanggungjawab pemerintah atau pun para calon pendidik saja, namun hal ini menjadi kewajiban semua pihak. 
Program Gerakan Mengajar Desa di Gilirejo
Selama program berlangsung, para tentor melakukan beberapa kegiatan yang dapat membantu dan mengedukasi lebih banyak hal kepada masyarakat. Tentu hal tersebut tidak akan hanya berfokus pembelajaran yang dilakukan pada bidang akademik saja, tetapi sampai pada bidang non akademiknya juga.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya mengajar di sekolah, para tentor juga turut mengajar Taman Pendidikan Al-Quran (TPA) di dusun Dondong Barat, yang terletak tidak jauh dengan dusun Sumberejo. Anak-anak sangat antusias dengan kedatangan para tentor. Hal ini disampaikan oleh Ane selaku pengajar TPA di dusun Dondong Barat bahwa:
 “Alhamdulillah ini yang dateng lebih rame mbak. Biasanya, 10 anak yang dateng aja udah syukur Alhamdulillah. Apalagi yang sudah SMP, ini sudah jarang banget dateng ke TPA.” ujar Ane
Dengan meningkatnya jumlah anak yang hadir, diharapkan semangat mengaji anak-anak di dusun Dondong Barat juga semakin berkembang.
Salah satu inisiatif di bidang non akademik yang dilakukan adalah pembuatan dan pemasangan poster Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah dan titik-titik strategis di desa. Poster ini berisi pesan edukatif seperti, pentingnya mencuci tangan dengan sabun, menjaga kebersihan lingkungan, mengelola sampah dengan benar, menggunakan jamban sehat dan konsumsi makanan bergizi. Harapannya, poster ini bisa menjadi pengingat visual bagi masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Selain itu, tentor juga mengadakan praktik filtrasi air sederhana untuk mengajarkan anak-anak mengenai perbedaan air bersih dan air kotor serta cara mengolahnya. Anak-anak antusias dalam melakukan praktik ini, sehingga hal ini menjadikan pembelajaran menjadi menyenangkan. 
Masyarakat Gilirejo Baru dan Tantangan Pendidikan
Tutor Inspiratif bersama Karang Taruna RT 04 Sumberejo
Mayoritas masyarakat Gilirejo Baru bermata pencaharian sebagai petani, peternak dan nelayan di Waduk Kedung Ombo. Dengan kondisi geografis yang cukup jauh dari pusat kota, akses pendidikan menjadi salah satu tantangan yang dihadapi oleh anak-anak di desa ini.
Menurut data setempat, banyak anak di Gilirejo Baru yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi. Sebagian besar memilih masuk SMK untuk langsung bekerja, sementara sebagian lainnya putus sekolah lebih dini.
ADVERTISEMENT
Sebagai bagian dari agenda Gerakan Mengajar Desa (GMD) Agraswatha di Gilirejo Baru, para tentor berkesempatan mengikuti pertemuan pemuda RT 04 Sumberejo. Pertemuan ini sebenarnya rutin diadakan setiap 1 bulan sekali pada minggu kedua, namun karena adanya agenda sharing bersama GMD, acara dimajukan satu minggu lebih awal, sehingga dilaksanakan pada Sabtu, 1 Februari 2025.Pemilihan hari Sabtu bukan tanpa alasan. Banyak pemuda Sumberejo yang bekerja atau berkuliah di luar kota, dan mereka biasanya hanya bisa pulang pada akhir pekan.
Pada pertemuan tersebut, para tentor disambut hangat oleh pemuda setempat. Ketua pemuda, Zainal, mengawali acara dengan mengucapkan terima kasih kepada GMD Agraswatha yang telah memilih Gilirejo Baru sebagai lokasi pengabdian.
"Terima kasih kepada teman-teman tentor yang sudah hadir dan memilih desa kami sebagai tempat pengabdian. Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini, terutama dalam hal pendidikan. Harapannya, adik-adik kami di SMA/SMK bisa lebih termotivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.”
ADVERTISEMENT
Setelah sambutan, tentor berbagi pengalaman dan motivasi mengenai pentingnya pendidikan, terutama kepada para siswa SMA/SMK yang hadir dalam acara tersebut.Turut hadir, Tika, salah satu pemudi Sumberejo yang merupakan mahasiswa kebidanan dari Politeknik Surakarta. Dalam sesi sharing, Tika mengungkapkan keresahan terkait akses kesehatan di desa Gilirejo Baru.
Tika menyampaikan bahwa Puskesmas Gilirejo Baru belum berfungsi secara maksimal, sehingga masyarakat yang membutuhkan perawatan medis harus pergi ke Boyolali yang memiliki fasilitas kesehatan lebih memadai. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi warga desa, terutama yang memiliki keterbatasan akses transportasi dan biaya.
"Puskesmas di sini memang belum berfungsi maksimal, dan masyarakat kalau sakit seringkali harus ke Boyolali untuk mendapatkan pengobatan. Harapannya ke depan, puskesmas dapat berfungsi sebagaimana mestinya."
ADVERTISEMENT
Selain itu, dalam sesi motivasi pendidikan, Gavin, salah satu tentor yang berasal dari Program Studi Psikologi Universitas Negeri Malang, menyampaikan pesan yang menginspirasi kepada para pemuda dan siswa yang hadir:
"Jangan pernah takut dengan apapun itu. Jangan pernah minder dengan apa yang kamu punya, kejar cita-citamu. Punyalah mimpi yang besar, dan kamu gak akan tahu apa yang bisa kamu capai jika kamu belum coba." ujar Gavin. 
Pesan ini sangat mengena, terutama bagi para pemuda yang seringkali merasa terbatas oleh kondisi ekonomi atau geografis. Melalui sesi sharing tersebut diharapkan dapat mengatasi ketakutan dan rasa minder, serta memiliki keberanian untuk mengejar impian dan cita-cita mereka, apapun latar belakang mereka.
Salah satu tantangan yang mereka hadapi adalah akses sekolah menengah. Mayoritas memilih SMA/SMK di Boyolali atau Sragen Kota, dengan waktu tempuh 30–45 menit.
ADVERTISEMENT
"Akses ke sekolah menengah masih menjadi kendala. Tapi dibanding tahun 2010 ke bawah, sekarang kesadaran pendidikan di desa ini sudah meningkat. Walaupun belum banyak yang mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi, saat ini minimal tingkat pendidikan anak-anak di sini adalah SMA/SMK” ujar Yunus Prasetyo salah satu pemuda setempat yang juga merupakan perangkat desa Gilirejo Baru. 
Kondisi ekonomi yang terbatas menjadi salah satu tantangan dalam dunia pendidikan di Gilirejo Baru. Muhammad Faturrahman, seorang guru di SDN 04 Gilirejo yang berasal dari Tembolong, Sragen, mengungkapkan kesan dan tantangan yang ia hadapi selama lebih dari satu tahun mengajar di sekolah tersebut.
"Saya agak kagetnya begini. Ada beberapa anak yang ke sekolah dengan pakaian yang kurang layak, karena mohon maaf, ekonominya kurang. Ada yang bajunya sobek, kancingnya hilang, bahkan tidak memakai sepatu."
ADVERTISEMENT
Namun, di balik keterbatasan tersebut, ia justru melihat semangat belajar anak-anak yang luar biasa.
"Yang menjadi kesan saya kepada siswa-siswi sekarang adalah semangat mereka dalam menempuh pelajaran itu sangat besar. Bisa dilihat ketika kalian datang ke sini. Walaupun banyak istilahnya anak SD itu hura-hura, tapi semangat mereka dalam pembelajaran tetap tinggi."
Ia menambahkan bahwa motivasi yang dimiliki anak-anak ini menjadi sesuatu yang berharga dan patut diapresiasi.
"Dalam hal pendidikan, semangat mereka luar biasa. Itu menjadi kesan tersendiri bagi saya."
Mayoritas lulusan SDN 04 Gilirejo biasanya tidak jauh dari profesi yang mendominasi masyarakat desa, yaitu petani dan nelayan di waduk. Namun, ada beberapa alumni yang bisa dianggap sebagai prestasi membanggakan, terutama bagi sekolah yang berada di daerah terpencil ini.Fathurrahman mengungkapkan bahwa beberapa lulusan telah berhasil melanjutkan pendidikan dan bekerja di berbagai sektor.
ADVERTISEMENT
"Mayoritas lulusan SD ini memang tidak jauh dari pekerjaan masyarakat desa. Namun, ada beberapa lulusan yang bisa dianggap sebagai prestasi, seperti guru yang saat ini juga mengajar di sini sebagai putra daerah, ada juga yang bekerja di industri."
Prestasi yang cukup menonjol baru-baru ini datang dari lulusan tahun 2010 ke atas, yang kini bekerja di instansi Kementerian Hukum dan HAM serta ditempatkan di Papua.
"Mungkin yang paling kelihatan itu baru kemarin, ada lulusan SD ini dari tahun 2010 ke atas yang sekarang diterima bekerja di instansi Kemenkumham dan ditempatkan di Papua. Itu mungkin sebuah prestasi dari SD yang notabene sekolah pinggiran."
Pencapaian ini menunjukkan bahwa meskipun SDN 04 Gilirejo berada di daerah terpencil, kesempatan bagi para lulusan untuk meraih masa depan yang lebih baik tetap terbuka lebar. Dengan dukungan pendidikan yang berkelanjutan, diharapkan semakin banyak generasi muda yang mampu menembus batas dan meraih impian mereka.
ADVERTISEMENT
 Tradisi dan Adat yang Masih Dilestarikan di Gilirejo Baru
Kenduren bersama warga RT 04 Sumberejo
Selain mengajar, para tentor  juga berusaha membaur dengan masyarakat setempat. Salah satunya dengan mengikuti tradisi kenduren/bancakan, yaitu acara syukuran yang diadakan setiap bulan Ruwah atau Sya’ban. Tradisi ini masih terus dilestarikan oleh warga sebagai bentuk rasa syukur dan kebersamaan.
Masyarakat Gilirejo Baru, khususnya di Sumberejo, masih teguh menjaga tradisi dan adat istiadat yang telah diwariskan secara turun-temurun. Mbah Wongso Tugiman, seorang tokoh adat setempat, menjelaskan bagaimana nilai-nilai budaya tetap dijaga dalam kehidupan sehari-hari.
"Masalah adat menika, Gilirejo Baru khususipun Sumberejo tasih kados rumiyin. Tasih kelestariaken adat ingkang sampun lumampah. Kados wonten acara ruwahan, kados ndalu niki lak bancakan ruwahan. Mangkih malih menawi ruwah tanggal tua menika wonten sek jenenge punggahan. Punggahan niku istilahe ngunggahke sedaya ahli luhur, tiang sepuh ingkang sampun meninggal. Menika dipun minggahaken, nyuwunaken pangapunten dateng Gusti Allah mugi-mugi ruhipun dipun tampi, dipun paringi pangapunten dados saget lepas, parane jembar kubure, pikantuk syafaat lan rahmat saking Gusti Allah."
ADVERTISEMENT
Selain itu, masyarakat juga tetap menjalankan bersih dusun atau sedekah bumi, yang dilakukan setahun sekali setelah musim tanam padi sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki yang telah diberikan. Bahkan dalam waktu dekat, akan diadakan kupatan/gumbrekan yang juga menjadi bagian dari tradisi yang terus dijaga.Mbah Wongso Tugiman juga berpesan kepada generasi muda agar tidak meninggalkan budaya yang telah diwariskan oleh para leluhur.
"Masalah budaya, pesen dateng adek-adek dados budaya menika ampun ngantos ditilaraken, awit menika sampun dados menapa sampun mlebet wonten sanubari dalam pemikiran menika dados ampun ngantos budaya ingkang sampun mlampah menika ditilaraken. Awit budaya menika penting kagem penghidupan."
Tradisi-tradisi ini menunjukkan bahwa masyarakat Gilirejo Baru tetap menjaga akar budaya mereka, bahkan di tengah perubahan zaman. Budaya tidak hanya menjadi warisan, tetapi juga menjadi identitas yang memperkuat nilai kebersamaan dan kehidupan sosial di desa.
ADVERTISEMENT
Pentas Seni dan Ecoprint: Menggali Potensi Anak
Sebagai ajang pengembangan bakat, tentor mengadakan pentas seni pada hari keenam di SDN 04 Gilirejo. Acara ini menampilkan berbagai pertunjukan dari siswa kelas 1–6, seperti, Drama musikal Malin Kundang, Tarian Pelajar Pancasila, Banana Chacha, Boria Suka-Suka, Pembacaan pantun, Petualangan Sherina dan lainnya.
Sebelum acara dimulai, beberapa sambutan diberikan, salah satunya oleh Bambang Sukasmo, S.Pd.SD, Kepala Sekolah SDN 04 Gilirejo. Dalam sambutannya, ia menyampaikan ucapan terima kasih serta doa bagi para tentor atas dedikasi mereka selama di Gilirejo Baru.
"Terima kasih kepada para tentor yang telah berbagi ilmu dan pengalaman dengan anak-anak di sini. Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini, semoga bisa terus berlanjut dan memberikan manfaat bagi pendidikan di desa kami," ujar Bambang Sukasmo
ADVERTISEMENT
Selain itu, ia juga berharap agar kegiatan serupa dapat diteruskan dan diintegrasikan ke dalam kegiatan Kepramukaan di sekolah, sehingga pengembangan bakat dan keterampilan anak-anak bisa lebih maksimal.Di hari terakhir, anak-anak kelas 4–6 juga dikenalkan teknik ecoprint, yaitu teknik pewarnaan alami pada kain menggunakan dedaunan. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan seni dan keterampilan berbasis alam, menumbuhkan kepedulian terhadap lingkungan dan memberikan pengalaman langsung dalam proses pewarnaan alami.
 "Awalnya aku nggak tahu kalau daun bisa buat motif di kain. Seru banget belajar ini!" ujar Orysia salah satu siswa kelas 6 dengan antusias.
Selain menjadi pengalaman baru bagi anak-anak, ecoprint juga mengajarkan mereka bahwa bahan alami bisa dimanfaatkan untuk membuat karya seni yang bernilai. Tentor berharap kegiatan ini dapat menginspirasi mereka untuk lebih menghargai lingkungan serta memanfaatkan sumber daya alam secara kreatif.
ADVERTISEMENT
Harapan ke Depan
Meski menghadapi berbagai tantangan, program ini mendapat respons positif dari masyarakat dan sekolah. Para tentor berharap Gerakan Mengajar Desa bisa berjalan secara berkelanjutan dan mendapat lebih banyak dukungan, baik dari pemerintah maupun komunitas pendidikan.
Dalam sesi wawancara, Supratikno selaku Kepala Desa Gilirejo Baru mengungkapkan harapannya terhadap masa depan pendidikan masyarakat di desanya. Ia menekankan pentingnya memberikan pemahaman kepada orang tua agar tetap menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi.
"Untuk saat ini, yang lebih kami tekankan adalah memberi pemahaman kepada masyarakat untuk tetap menyekolahkan anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Sehingga, secara langsung maupun tidak langsung, apabila warga memiliki pendidikan yang lebih tinggi, pola mindset berpikirnya tentu sudah berbeda. Dengan itu sendiri, tanpa kita poles, ekonomi dan sumber daya manusianya akan terangkat dengan sendirinya,"ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Pernyataan ini mencerminkan upaya desa dalam meningkatkan kesadaran pendidikan sebagai investasi jangka panjang. Dengan pendidikan yang lebih baik, diharapkan generasi muda di Gilirejo Baru dapat memiliki kesempatan yang lebih luas dalam dunia kerja serta berkontribusi bagi kemajuan desa.
Dengan berbagai inisiatif yang telah dilakukan, semoga pendidikan di Gilirejo Baru terus berkembang dan memberikan masa depan yang lebih cerah bagi generasi muda.