Konten dari Pengguna

Kompetensi Guru atau Kompetensi Siswa, Mana yang Harus Didahulukan?

Cahyaning Pratiwi
Mahasiswa Antropologi Budaya Universitas Gadjah Mada
19 Juni 2024 6:28 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cahyaning Pratiwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kegiatan Belajar-Menajar taman kanak-kanak. sumber : Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Kegiatan Belajar-Menajar taman kanak-kanak. sumber : Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Dalam dunia pendidikan yang terus berubah, pertanyaan apakah kompetensi guru atau siswa harus diutamakan telah menjadi topik perdebatan yang hangat. Di satu sisi, kompetensi guru sangat penting dalam menyampaikan materi dan meletakkan landasan pembelajaran yang kokoh. Di sisi lain, kompetensi peserta didik merupakan tujuan akhir dari proses pendidikan.
ADVERTISEMENT
Mengingat kedua faktor tersebut memerlukan pemeriksaan menyeluruh terhadap dinamika kelas, kebutuhan siswa, dan peran guru dalam mengubah pendekatan pengajaran untuk meningkatkan hasil pembelajaran. Oleh karena itu, strategi yang komprehensif dan terintegrasi dapat menjadi kunci untuk menyeimbangkan kedua kemampuan tersebut dan mencapai hasil pendidikan terbaik.
Indonesia memiliki kebijakan sendiri yang mengatur kompetensi guru untuk menjamin kualitas pendidikan. Hal ini tertuang dalam Pasal 8 UU 14 Tahun 2005. Undang-undang ini mewajibkan pendidik menguasai empat kompetensi penting. Keempat kompetensi tersebut adalah kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Diharapkan dengan dimilikinya keempat kemampuan tersebut, maka diharapkan dapat menjadikan guru sebagai pendidik yang profesional dan berkualitas, sehingga mampu menghasilkan peserta didik yang berkarakter mulia dan cerdas.
ADVERTISEMENT
Selain penguasaan ilmu pengetahuan, Kemendikbud melalui program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) juga menekankan pentingnya kompetensi abad 21 bagi siswa untuk menghadapi persaingan pada masa depan. Kompetensi ini dikenal dengan 4C, yaitu Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah), Creativity (kreativitas), Communication Skills (kemampuan berkomunikasi), dan Ability to Work Collaboratively (kemampuan untuk bekerja sama). Menguasai 4C ini diharapkan dapat membekali siswa dengan soft skills yang dibutuhkan untuk sukses di berbagai bidang.
Kompetensi guru merupakan fondasi dalam sistem pendidikan. Seorang guru tidak hanya bertanggung jawab untuk menyampaikan pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk karakter dan cara berpikir siswa. Kompetensi ini mencakup pengetahuan konten yang luas, kemampuan pedagogis untuk mengelola kelas dan menyampaikan materi secara efektif, serta keterampilan interpersonal yang memungkinkan mereka untuk berkomunikasi dan berempati dengan siswa. Guru yang kompeten dapat menyesuaikan metode pengajaran mereka untuk memenuhi kebutuhan belajar yang beragam dari siswa mereka, serta mendorong siswa untuk menjadi pembelajar mandiri.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, kompetensi siswa adalah tujuan utama dari proses pendidikan. Ini mencakup tidak hanya pengetahuan akademik, tetapi juga keterampilan hidup seperti kerja sama tim, komunikasi, dan pemecahan masalah. Kompetensi ini penting bagi siswa untuk dapat beradaptasi dengan perubahan di masa depan dan menjadi warga negara yang produktif. Pengembangan kompetensi siswa memerlukan lingkungan belajar yang mendukung, di mana mereka dapat mengambil risiko, membuat kesalahan, dan belajar dari pengalaman tersebut.

Membangun Pendidikan Berkualitas Melalui Kompetensi yang Saling Menguatkan

Pentingnya kompetensi guru dan siswa sering kali menimbulkan pertanyaan tentang mana yang harus didahulukan. Namun, keduanya saling terkait erat dan bergantung satu sama lain. Guru yang kompeten sangat penting dalam membimbing siswa untuk mengembangkan kompetensinya sendiri. Sebaliknya, siswa yang aktif dan terlibat dalam proses belajar mereka dapat memotivasi guru untuk terus meningkatkan kemampuan mengajarnya.
ADVERTISEMENT
Dalam praktiknya, pendekatan yang seimbang antara pengembangan kompetensi guru dan siswa mungkin merupakan strategi terbaik. Investasi dalam pelatihan profesional guru dapat membawa perubahan positif dalam kualitas pengajaran dan hasil belajar siswa. Sementara itu, memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran mereka sendiri dapat membantu mereka mengembangkan keterampilan penting yang akan berguna sepanjang hidup mereka.
Dengan demikian, pendekatan holistik yang memperhatikan kebutuhan dan pertumbuhan kedua pihak—guru dan siswa—dapat menciptakan lingkungan pendidikan yang dinamis dan adaptif. Hal ini akan memastikan bahwa setiap individu, baik guru maupun siswa, memiliki kesempatan untuk berkembang dan berkontribusi secara maksimal dalam proses pembelajaran.