Hidup Mewah, Mengeluh, dan Bertengkar

caknundotcom
Dekonstruksi pemahaman nilai, pola komunikasi, pendidikan cara berpikir serta pengupayaan solusi masalah masyarakat.
Konten dari Pengguna
13 Juni 2019 10:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari caknundotcom tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi hidup mewah. Foto: shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hidup mewah. Foto: shutterstock
ADVERTISEMENT
Umat manusia yang diujungtombaki oleh kepemimpinan Lembaga Negara-Negara dengan mesin-mesin raksasa Industri, melampiaskan nafsu keserakahannya untuk memboros-boroskan kekayaan Bumi, dengan kadar rasa terima kasih yang sangat tidak memadai kepada Pemiliknya, atau tanpa rasa syukur bahkan tanpa ingatan bahwa yang mereka rakusi adalah hak milik Allah Swt.
ADVERTISEMENT
Umat manusia merampok kekayaan yang dihamparkan oleh Allah Swt, yang seharusnya dibagi kepada miliaran anak cucu mereka di masa depan. Setiap generasi umat manusia menguras serakus-rakusnya jatah anak cucu itu, dengan pura-pura tidak bisa menghitung bahwa mereka sedang melakukan proses pemiskinan massal masa depan.
Mereka ber-hari raya sepanjang zaman. Mereka berpesta pora, menyelenggarakan acara-acara keserakahan, yang menghina hak-hak anak cucu mereka, serta melecehkan kemurahan hati Maha supplier-nya. Peradaban dunia adalah sejarah manusia yang sangat bergairah menipu dirinya sendiri dan membokongi hakikat Rahman Rahim Allah Swt. Umat manusia sampai di ujung zaman tidak pernah benar-benar belajar kepada kepalsuan hidup di dunia, bahkan mereka sangat ingin mencapai puncak kehebatan dan kemewahan.
Pada saat yang sama dengan ongkos perampokan materialisme atas kekayaan bumi dan alam, manusia sama sekali tidak lantas menjadi bahagia. Yang mereka capai justru kebingungan nilai hidup yang massal mondial, bertambah-tambahnya jenis penyakit badan, sakit jiwa, dan bumerang-bumerang kebudayaan dan peradaban.
ADVERTISEMENT
“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertaqwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.”
‎زُيِّنَ لِلَّذِينَ كَفَرُوا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَيَسْخَرُونَ مِنَ الَّذِينَ آمَنُوا ۘ وَالَّذِينَ اتَّقَوْا فَوْقَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ وَاللَّهُ يَرْزُقُ مَنْ يَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Menurut Tuhan sendiri itulah kekufuran yang sebenarnya, substansial, sejati, dan utama. Sebagian manusia yang menyangka substansi utama kekafiran adalah tidak diakuinya Allah Swt sebagai Tuhan, dan menyangka mereka adalah golongan-golongan orang yang tidak kafir, pada praktiknya mengikuti arus kekafiran dalam hal perilaku kolektif kerakusan atas kekayaan Bumi.
Kekafiran peradaban manusia hingga abad mutakhir ini, dipimpin oleh energi iblis untuk gelombang-gelombang keterpesonaan kepada hiasan dunia. Strateginya disusun oleh Dajal untuk membalik pandangan manusia, sehingga melihat neraka sebagai surga. Yang buruk tampak baik, yang salah dijadikan benar, dan yang busuk diaromakan harum.
ADVERTISEMENT
Kemudian Ya’juj Ma’juj mematangkan semua pembalikan nilai Allah Swt itu dengan mengolonisasi dan mengimperialisasi negara-negara di berbagai belahan bumi, untuk dijadikan pasien renten yang tak tertanggungkan, dijadikan bangsa-bangsa budak yang seakan-akan ditawari kemewahan hidup namun pekerjaan utamanya mengeluh, sakit-sakitan, bingung, berebut dan bertengkar satu sama lain sepanjang siang dan malam.
(Emha Ainun Nadjib)