news-card-video
20 Ramadhan 1446 HKamis, 20 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna

Hipotesis Pasar Efisien Di Era Kapitalisme Negara

Ruslan Effendi
Suka mengamati anggaran negara dan BUMN. Lulusan S3 Akuntansi UGM.
16 Maret 2025 15:14 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ruslan Effendi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Fondasi Hipotesis Pasar Efisien
beautiful-london-streets-cityscape (ilustrasi) Image by freepik
zoom-in-whitePerbesar
beautiful-london-streets-cityscape (ilustrasi) Image by freepik
Hipotesis Pasar Efisien (Efficient Market Hypothesis, EMH) pertama kali dikembangkan oleh Eugene Fama dalam artikelnya pada tahun 1970. Teori ini menyatakan bahwa harga aset keuangan selalu mencerminkan semua informasi yang tersedia, sehingga tidak ada investor yang dapat secara sistematis mengalahkan pasar tanpa mengambil risiko tambahan. EMH terbagi dalam tiga bentuk utama: lemah, semi-kuat, dan kuat. Dalam bentuk lemah, harga aset mencerminkan semua informasi historis, sehingga analisis teknikal tidak berguna. Dalam bentuk semi-kuat, harga juga mencerminkan semua informasi publik, sehingga analisis fundamental tidak dapat menghasilkan keuntungan abnormal. Dalam bentuk kuat, harga bahkan mencerminkan informasi privat, sehingga tidak ada pihak yang bisa memiliki keuntungan informasi secara sistematis (Fama, 1970).
ADVERTISEMENT
Cara kerja EMH didasarkan pada asumsi bahwa investor bersikap rasional dan segera merespons informasi baru, sehingga harga sekuritas akan menyesuaikan secara cepat dan akurat. Hal ini didukung oleh model seperti Capital Asset Pricing Model (CAPM), yang menghubungkan risiko sistematis dengan tingkat pengembalian yang diharapkan (Sharpe, 1964). Oleh karena itu, banyak ahli keuangan menyarankan strategi investasi pasif seperti indeksasi, yang mengasumsikan bahwa mengikuti pasar lebih menguntungkan daripada mencoba mengalahkannya.
Namun, meskipun secara teori pasar efisien dapat mencerminkan informasi secara sempurna, dalam praktiknya banyak anomali yang melemahkan hipotesis ini. Terlebih lagi, dalam era kapitalisme negara (state capitalism), asumsi dasar EMH semakin dipertanyakan.
Kritik terhadap Asumsi EMH
Sejak awal, EMH mendapat banyak kritik, terutama dari teori behavioral finance. Daniel Kahneman dan Amos Tversky (1979) dalam Prospect Theory menunjukkan bahwa investor tidak selalu rasional dan sering kali mengalami bias kognitif. Contohnya, investor cenderung overreact terhadap berita buruk dan underreact terhadap berita baik, menciptakan volatilitas harga yang tidak selaras dengan informasi fundamental.
ADVERTISEMENT
Penelitian Shiller (1981) juga menunjukkan bahwa pasar keuangan sering mengalami fluktuasi yang lebih besar dibandingkan dengan perubahan nilai fundamental perusahaan. Salah satu contohnya adalah krisis keuangan 2008, yang menunjukkan bahwa harga aset dapat menjadi sangat terdistorsi oleh faktor psikologis dan spekulasi. Fenomena seperti herding behavior (investor mengikuti tren pasar tanpa melakukan analisis independen) serta momentum effect (saham yang sedang naik terus naik, dan yang turun terus turun) bertentangan dengan asumsi bahwa pasar selalu mencerminkan informasi secara akurat (Jegadeesh & Titman, 1993).
Selain itu, anomali pasar seperti efek ukuran perusahaan (small-cap effect) dan January effect menunjukkan bahwa ada pola tertentu dalam pergerakan harga saham yang dapat dieksploitasi untuk mendapatkan keuntungan abnormal. Jika pasar benar-benar efisien, maka pola seperti ini tidak akan ada karena setiap peluang arbitrase seharusnya segera terkoreksi.
ADVERTISEMENT
Dengan semakin banyaknya bukti bahwa investor tidak rasional dan bahwa harga aset tidak selalu mencerminkan nilai fundamentalnya, kredibilitas EMH semakin lemah. Namun, pukulan terberat terhadap hipotesis ini datang dari perubahan struktur ekonomi global dalam bentuk kapitalisme negara.
Kapitalisme Negara dan Pukulan bagi EMH
Kapitalisme negara adalah sistem ekonomi di mana pemerintah memainkan peran dominan dalam pasar melalui kepemilikan perusahaan negara (BUMN), regulasi ketat, dan kebijakan proteksionisme. Di banyak negara seperti China dan Rusia, pemerintah mengendalikan sektor-sektor strategis dan sering kali menggunakan instrumen ekonomi untuk mencapai tujuan politik. Hal ini menciptakan distorsi pasar yang tidak dapat dijelaskan oleh EMH. Tiga aspek yang bisa diidentifikasi mencakup distorsi harga, asimetri informasi, dan intervensi pemerintah dalam pasar keuangan.`
ADVERTISEMENT
Distorsi Harga Akibat Intervensi Negara
Dalam ekonomi kapitalisme negara, harga aset tidak hanya ditentukan oleh informasi publik, tetapi juga oleh kebijakan pemerintah yang sering kali tidak transparan. BUMN sering kali mendapatkan perlakuan istimewa seperti subsidi, akses kredit murah, dan perlindungan dari pesaing swasta. Hal ini menyebabkan harga saham BUMN tidak selalu mencerminkan nilai fundamentalnya, tetapi lebih dipengaruhi oleh keputusan politik.
Contohnya, di China, banyak perusahaan milik negara tetap memiliki valuasi tinggi meskipun kinerja keuangan mereka buruk. Hal ini terjadi karena pemerintah memiliki kepentingan dalam menjaga stabilitas ekonomi dan sosial, sehingga sering kali menyelamatkan perusahaan-perusahaan besar yang dianggap too big to fail. Situasi ini menunjukkan bahwa faktor politik dapat lebih menentukan harga saham daripada mekanisme pasar bebas.
ADVERTISEMENT
Asimetri Informasi dalam Perusahaan Milik Negara
Salah satu asumsi utama EMH adalah bahwa semua pelaku pasar memiliki akses yang setara terhadap informasi. Namun, dalam sistem kapitalisme negara, banyak informasi strategis yang dikendalikan oleh pemerintah dan tidak tersedia secara luas. Insider trading dan kebocoran informasi strategis sering kali terjadi, memberikan keuntungan bagi aktor tertentu yang memiliki akses lebih baik terhadap kebijakan pemerintah.
Di banyak negara berkembang, informasi keuangan perusahaan negara sering kali tidak transparan atau dimanipulasi untuk kepentingan politik. Hal ini menciptakan masalah adverse selection, di mana investor tidak dapat membedakan antara perusahaan yang benar-benar sehat dan yang hanya terlihat sehat karena didukung oleh kebijakan negara.
Intervensi Pemerintah dalam Pasar Keuangan
ADVERTISEMENT
Selain itu, pemerintah sering kali secara aktif membeli saham atau obligasi untuk menopang harga aset tertentu. Misalnya, selama pandemi COVID-19, banyak negara menerapkan kebijakan stimulus fiskal dan moneter besar-besaran, menyebabkan kenaikan harga saham meskipun ekonomi riil mengalami resesi. Intervensi semacam ini menyebabkan harga pasar tidak selalu mencerminkan nilai fundamental, melainkan lebih dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Strategi negara dalam mengontrol aset transnasional menunjukkan bagaimana pemerintah menggunakan kepemilikan ekonomi untuk memperluas pengaruhnya secara global (Babić, 2023).
Dalam kondisi seperti ini, EMH kehilangan validitasnya karena harga aset tidak lagi mencerminkan informasi yang tersedia secara adil dan rasional. Kapitalisme negara bukan hanya tantangan bagi EMH, tetapi juga menunjukkan bahwa kita membutuhkan paradigma baru dalam memahami hubungan antara pasar, negara, dan informasi dalam ekonomi global.
ADVERTISEMENT
Penutup
Hipotesis Pasar Efisien telah lama menjadi pilar utama dalam teori keuangan, tetapi bukti empiris dari behavioral finance serta berbagai anomali pasar menunjukkan bahwa asumsi dasar EMH tidak selalu berlaku. Krisis keuangan 2008 telah merusak kredibilitas hipotesis ini, tetapi tantangan yang lebih besar datang dari kapitalisme negara.
Dalam sistem ekonomi yang dikendalikan oleh pemerintah, harga aset tidak lagi hanya mencerminkan informasi publik, tetapi juga kepentingan politik dan kebijakan ekonomi negara. Asimetri informasi, distorsi harga, dan intervensi pasar telah menciptakan kondisi di mana mekanisme pasar bebas tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Oleh karenanya, untuk memahami pasar keuangan di era kapitalisme negara, pendekatan berbasis EMH harus dikombinasikan dengan analisis ekonomi politik dan behavioral finance. Dalam dunia di mana negara memiliki peran besar dalam pasar, efisiensi pasar harus dipahami dalam konteks yang lebih luas, di luar sekadar refleksi informasi dalam harga aset.
ADVERTISEMENT
Bibliografi
Babić, M. (2023). The Rise of State Capital: Transforming Markets and International Politics. Agenda Publishing
Fama, E. F. (1970). Efficient Capital Markets: A Review of Theory and Empirical Work. Journal of Finance, 25(2), 383-417.
Kahneman, D., & Tversky, A. (1979). Prospect Theory: An Analysis of Decision under Risk. Econometrica, 47(2), 263-291.
Jegadeesh, N., & Titman, S. (1993). Returns to Buying Winners and Selling Losers: Implications for Stock Market Efficiency. Journal of Finance, 48(1), 65-91.
Sharpe, W. F. (1964). Capital Asset Prices: A Theory of Market Equilibrium under Conditions of Risk. Journal of Finance, 19(3), 425-442.
Shiller, R. J. (1981). Do Stock Prices Move Too Much to Be Justified by Subsequent Changes in Dividends? American Economic Review, 71(3), 421-436.
ADVERTISEMENT