Konten dari Pengguna

Paradigma Bahasa Asing: Sebuah Keunggulan Bahasa Internasional

Calosa melina
Mahasiswa di universitas Pamulang
14 Juni 2022 10:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Calosa melina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh Calosa Melina, Universitas Pamulang
ilustrasi menu makanan oleh calosa melina
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi menu makanan oleh calosa melina
Dosen pengampun, Dewi Rani Gustiasari S.S.M.Hum.
ADVERTISEMENT
Restoran di kota-kota besar sering kali menggunakan bahasa asing sebagai media promosi atau buku menu mereka. Terlebih di restoran berkelas, penggunaan bahasa asing (bahasa Inggris) seakan menjadi suatu keharusan. Menu es teh, misalnya, ditulis dengan ice tea (yang tentu disertai dengan harga yang fantastis). Melalui fenomena ini, dibandingkan dengan menu “es teh” di angkringan atau warteg, penamaan sesuatu yang bernuansa asing seakan menciptakan “kemewahan”. Dari sini, muncullah pertanyaan, “Mengapa harus menggunakan bahasa asing untuk menciptakan nuansa ‘kemewahan’?”.
Pada dasarnya, bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang tidak bisa terlepas dari manusia. Bahasa bersifat dinamis dan adaptif. mengikuti perkembangan zaman. Perkembangan bahasa selalu berdampak bagi masyarakat penggunanya. Pada era globalisasi dan modernitas saat ini, intervensi budaya asing memengaruhi perkembangan bahasa di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dampaknya pun tidak hanya terbatas pada intervensi bahasa, tetapi juga intervensi pola pikir. Bahasa asing seakan menyebabkan munculnya paradigma bahasa, yaitu anggapan bahwa bahasa non-ibu (bahasa asing) memiliki terkesan yang lebih unik dan mewah daripada bahasa ibu. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa bahasa Inggris merupakan bahasa internasional. Sejak era Kolonialisasi, Inggris menduduki banyak sekali daerah kekuasaan.
Ada dua faktor yang menyebabkan penggunaan bahasa Inggris dianggap lebih mewah. Yang pertama adalah faktor keunikan. Karena statusnya sebagai bahasa ibu, bahasa Indonesia digunakan oleh masyarakat dalam percakapan sehari-hari, baik formal maupun informal. Masyarakat Indonesia setiap hari membaca, mendengarkan, dan menggunakan bahasa Indonesia. Karena sudah terlalu melekat, bahasa Indonesia secara umum dapat dinilai tidak memiliki suatu nilai yang khas. Sebaliknya, penggunaan bahasa Inggris tidak seintensif bahasa Indonesia sehingga menciptakan paradigma bahasa Inggris sebagai bahasa antimainstream.
ADVERTISEMENT
Yang kedua adalah faktor kekhususuan. Dalam konteks bisnis, seorang pengelola atau pelaku bisnis menggunakan bahasa Inggris disebabkan oleh keinginan agar terlihat lebih modern. Selain itu, tempat usahanya dapat menarik perhatian pembeli atau pembaca. Bahkan, dalam konteks tertentu, bahasa Inggris dapat memberikan citra positif agar terkesan lebih intelek, bagus, keren, menarik, dan modern. Bahasa Inggris juga dapat berperan penting dalam bisnis. Kata-kata bahasa Inggris dapat memberikan nuansa profesional bagi usaha yang dijalankan oleh pengelola. Selain itu, Penggunaan bahasa Inggris dapat memberikan kesan berupa restoran yang bergengsi. Tentunya ini dapat meningkatkan keeksisan dan kualitas restoran tersebut.
Dampak dari penyebab ini adalah bahasa Inggris hanya digunakan dalam konteks khusus. Meskipun dengan itu tidak menutup kemungkinan untuk digunakan, bahasa Indonesia cenderung kurang diprioritaskan karena namanya sudah terlalu sering didengar atau digunakan oleh masyarakat Indonesia sehingga tidak ada unsur keunikan dalam penamaan makanan tertentu. Masalah utama mengapa ada anggapan bahasa Inggris lebih digunakan daripada bahasa Indonesia dalam konteks penamaan sesuatu agar lebih “mewah” adalah karena jumlah penggunaannya. Semakin sering sesuatu digunakan, tingkat keunikannya dianggap seakin rendah. Sebaliknya, semakin jarang sesuatu digunakan, tingkat keunikannya dianggap semakin tinggi. Dengan kata lain, bahasa Indonesia dianggap lebih mainstream.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat dipahami bahasa asing (Inggris) memiliki nilai unggul, yaitu dengan adanya paradigma bahasa asing. Hal ini disebabkan oleh keunikan dan kekhususan bahasa asing. Hal ini menciptakan anggapan bahwa bahasa Inggris terkesan lebih mewah. Karena paradigma bahasa, bahasa ibu seakan lebih mainstream daripada bahasa asing. Dengan demikian, konsep kemewahan yang ada di masyarakat tidak terlepas dari bagaimana mereka berpikir tentang bahasa asing dalam kehidupan sehari-hari.