Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Evolusi Persepsi Terhadap Media Sosial dari Generasi ke Generasi
5 Februari 2025 11:48 WIB
·
waktu baca 10 menitTulisan dari Calvin Jeconiah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pendahuluan
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak terlepas dari interaksi dan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Proses komunikasi ini melibatkan baik interaksi dengan lingkungan eksternal maupun internal individu. Informasi yang diterima dari berbagai sumber berperan krusial dalam membentuk persepsi, pemahaman, gagasan, kepercayaan, dan keyakinan individu terhadap diri sendiri dan realitas di sekitarnya. Seiring dengan kemajuan teknologi, internet dan media sosial telah merevolusi cara manusia berkomunikasi, memungkinkan akses informasi secara instan, global, dan melampaui batasan ras, kelas, agama, dan geografis. Media sosial tidak lagi sekadar alat komunikasi, tetapi juga menjadi wadah bagi individu untuk mengaktualisasikan dan mengekspresikan diri terutama bagi individu yang menjadikannya sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari (Nurmansyah, 2024).
ADVERTISEMENT
Media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern, mempengaruhi cara manusia berkomunikasi, mengakses informasi, dan membangun hubungan sosial. Sejak kemunculannya, media sosial mengalami perkembangan pesat, menawarkan berbagai platform dengan fitur yang semakin inovatif. Namun, cara setiap generasi memahami dan memanfaatkannya berbeda, dipengaruhi oleh latar belakang budaya, kemajuan teknologi, serta pola adaptasi terhadap dunia digital (Nurmansyah, 2024). Dari generasi Baby Boomer hingga Generasi Alpha, media sosial terus berevolusi, menghadirkan peluang dan tantangan yang unik bagi setiap kelompok usia. Oleh karena itu, penting untuk menelaah bagaimana persepsi terhadap media sosial berubah dari satu generasi ke generasi berikutnya guna memahami dampak dan implikasinya terhadap masyarakat secara luas.
Generasi Baby Boomer: Skeptisisme dan Adaptasi Bertahap
ADVERTISEMENT
Generasi Baby Boomer (lahir antara 1946-1964) pada awalnya cenderung skeptis terhadap media sosial. Generasi ini telah menyaksikan berbagai perubahan yang signifikan dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam bidang komunikasi dan teknologi. Buat. Mereka tumbuh di era komunikasi konvensional seperti surat, telepon rumah, dan siaran televisi, sehingga peralihan ke platform digital terasa asing. Namun, seiring dengan meningkatnya penetrasi internet dan kebutuhan untuk tetap terhubung dengan keluarga dan teman, banyak dari mereka mulai menggunakan media sosial seperti Facebook untuk berbagi kabar dan mengakses informasi (Perdana & Nurliah, 2023). Meski demikian, tingkat kepercayaan mereka terhadap berita yang beredar di media sosial cenderung lebih rendah dibanding generasi yang lebih muda.
Generasi baby boomer dikenal memiliki pengalaman luas, kebijaksanaan, serta etos kerja yang tinggi dengan loyalitas terhadap pekerjaan. Meskipun lebih nyaman dengan komunikasi tatap muka, banyak dari mereka yang telah mengadopsi perangkat digital seperti smartphone dan komputer untuk berkomunikasi, mencari informasi, serta meningkatkan produktivitas di tempat kerja.
ADVERTISEMENT
Dalam menghadapi perkembangan sosial, generasi ini menyesuaikan diri dengan perubahan norma seperti kesetaraan gender dan keberagaman. Mereka juga aktif dalam kegiatan sosial dan komunitas, serta berperan sebagai jembatan antar generasi di lingkungan kerja dan keluarga. Namun, mereka menghadapi tantangan seperti kesenjangan teknologi, perubahan dinamika kerja yang semakin fleksibel, serta masalah kesehatan yang dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk beradaptasi. Untuk mengatasi tantangan tersebut, mereka menerapkan berbagai strategi adaptif, seperti mengikuti kursus dan pelatihan teknologi, memanfaatkan jaringan sosial untuk berbagi informasi, serta menjaga fleksibilitas dan keterbukaan terhadap perubahan. Selain itu, mereka juga mengambil pendekatan proaktif terhadap kesehatan agar tetap aktif dan produktif. Dengan berbagai upaya tersebut, Generasi Baby Boomer menunjukkan kemampuan yang signifikan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, meskipun tetap menghadapi beberapa kendala yang perlu diatasi.
ADVERTISEMENT
Generasi X: Pemanfaatan Fungsional dan Profesional
Generasi X (lahir antara 1965-1980) mengalami transisi dari komunikasi tradisional ke digital dengan lebih fleksibel dibanding Baby Boomers. Generasi X dikenal memiliki karakter yang kreatif, cerdas, dan mandiri. Generasi X memiliki kecenderungan untuk menggunakan media tradisional seperti televisi, surat kabar, dan majalah dalam memperoleh informasi. Mereka mengadopsi media sosial tidak hanya untuk hiburan dan interaksi sosial, tetapi juga untuk kepentingan profesional. Orientasi mereka terhadap tanggung jawab dan aktivitas profesional memengaruhi pola akses serta pemanfaatan media, cenderung mengutamakan sumber informasi yang kredibel dan mendukung efisiensi manajemen waktu. Selain itu, mereka menunjukkan ketertarikan terhadap aktivitas yang bersifat nonkonvensional, investasi berkelanjutan, serta strategi untuk meningkatkan kualitas dan harapan hidup. Upaya tersebut tercermin dalam minat mereka terhadap pendidikan ulang serta eksplorasi jalur karier baru di pertengahan usia sebagai bentuk adaptasi dan pengembangan diri (Alamsyah et al., 2023). LinkedIn, Twitter, dan Facebook menjadi alat penting dalam membangun jaringan karier dan bisnis. Meskipun mereka aktif menggunakan media sosial, mereka cenderung lebih selektif dalam membagikan informasi pribadi serta lebih sadar akan isu privasi dan keamanan data.
ADVERTISEMENT
Generasi Milenial: Media Sosial sebagai Identitas dan Ekspresi Diri
Generasi Milenial (lahir antara 1981-1996) tumbuh bersamaan dengan berkembangnya internet dan media sosial. Mereka menganggap media sosial sebagai bagian dari identitas pribadi, tempat untuk mengekspresikan diri, membangun merek pribadi, serta mengakses berita dan hiburan. Platform seperti Instagram, YouTube, dan Twitter menjadi sarana utama bagi mereka untuk berinteraksi dan mengkonsumsi konten. Selain itu, generasi ini juga menjadi pelopor dalam memanfaatkan media sosial sebagai sumber pendapatan melalui influencer marketing dan kewirausahaan digital.
Media sosial menjadi salah satu platform yang banyak dimanfaatkan oleh generasi milenial untuk memperoleh beragam informasi, karena dianggap lebih praktis dan mudah diakses guna memenuhi kebutuhan informasi mereka. Sebagai generasi yang lahir dan tumbuh di tengah pesatnya perkembangan teknologi, milenial umumnya memiliki keterampilan yang baik dalam mengoperasikan teknologi digital. Kemahiran ini turut berkontribusi dalam membentuk karakter serta identitas mereka dalam kehidupan sehari-hari. Namun, penggunaan media sosial juga membawa dampak yang beragam, baik positif maupun negatif, tergantung pada bagaimana individu memanfaatkan serta menyaring informasi yang tersedia di platform tersebut (Putri & Irhandayaningsih, 2021).
ADVERTISEMENT
Generasi Z: Media Sosial sebagai Ruang Virtual dan Aktivisme Digital
Generasi Z (lahir antara 1997-2012) adalah generasi yang paling erat kaitannya dengan media sosial sejak usia dini. Generasi Z memiliki keterikatan yang kuat dengan media sosial, video daring, dan platform interaktif sebagai sarana utama dalam mengakses informasi. Mereka tidak hanya menggunakannya untuk komunikasi dan hiburan, tetapi juga sebagai ruang virtual untuk membangun komunitas dan menyalurkan aktivisme digital. Platform seperti TikTok, Snapchat, dan Discord menjadi favorit mereka karena lebih interaktif dan berbasis visual. Generasi ini juga lebih sadar terhadap isu sosial dan menggunakan media sosial untuk menyuarakan opini mereka tentang keadilan sosial, lingkungan, dan hak asasi manusia. Namun, tantangan utama mereka adalah dampak psikologis dari penggunaan media sosial, termasuk kecemasan digital dan tekanan sosial akibat budaya FOMO (Fear of Missing Out).
ADVERTISEMENT
Generasi Z cenderung memperoleh informasi melalui media sosial dan influencer daring, yang memungkinkan mereka mengakses berita serta tren dengan cepat. Namun, proses verifikasi informasi yang kurang mendalam dapat berimplikasi pada ketepatan pemahaman mereka terhadap suatu isu (Anderson & Jiang, 2018). Kurangnya akurasi dalam penyaringan informasi ini berpotensi memengaruhi keputusan gaya hidup yang lebih didasarkan pada tren dan tekanan sosial. Akibatnya, aspek seperti preferensi mode, pola konsumsi, dan gaya hidup cenderung bersifat lebih impulsif serta dipengaruhi oleh dinamika sosial di lingkungan digital (Alamsyah et al., 2023).
Generasi Alpha dan Masa Depan Media Sosial
Generasi Alpha (lahir setelah 2013) tumbuh dalam era yang lebih maju secara teknologi, dengan kecerdasan buatan dan realitas virtual menjadi bagian integral dari kehidupan mereka. Media sosial bagi mereka tidak sekadar alat komunikasi, tetapi juga lingkungan belajar dan eksplorasi dunia digital yang lebih luas. Namun, dengan paparan yang sangat dini terhadap media sosial, tantangan terkait regulasi, keamanan, dan keseimbangan penggunaan teknologi menjadi isu yang harus diatasi oleh orang tua dan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Proses pembentukan identitas diri pada Generasi Alpha sangat dipengaruhi oleh media sosial, yang menjadi platform utama untuk mengekspresikan diri sejak usia dini. Media sosial memungkinkan mereka untuk menampilkan berbagai aspek kehidupan, seperti penampilan, aktivitas, dan pandangan pribadi. Namun, hal ini juga menciptakan tekanan untuk memenuhi standar sosial yang sering dipromosikan oleh influencer dan selebriti, yang dapat membentuk identitas mereka berdasarkan pengakuan digital seperti likes dan jumlah followers. Generasi Alpha cenderung menciptakan persona digital yang ideal, dipengaruhi oleh tren populer yang ada di media sosial. Meskipun ini memberi mereka kebebasan berekspresi, ada risiko mereka kehilangan jati diri yang sejati karena terlalu terfokus pada citra digital (Arifurrahman, 2024).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Persepsi
ADVERTISEMENT
Perubahan persepsi terhadap media sosial dari generasi ke generasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain:
Perkembangan teknologi: Munculnya platform baru dengan fitur-fitur inovatif secara signifikan mengubah cara generasi berinteraksi dan memanfaatkan media sosial. Misalnya, generasi awal mungkin lebih familiar dengan Facebook, sementara generasi yang lebih muda cenderung menggunakan TikTok atau Instagram. Fungsi media sosial juga berevolusi. Awalnya mungkin hanya untuk berjejaring, sekarang media sosial juga digunakan untuk mencari informasi, berbelanja, bahkan mencari pekerjaan
Perubahan sosial: Pergeseran nilai-nilai sosial dan budaya juga memengaruhi bagaimana orang melihat dan menggunakan media sosial. Setiap generasi memiliki nilai-nilai yang berbeda, yang memengaruhi bagaimana mereka melihat dan menggunakan media sosial. Generasi yang lebih tua mungkin lebih menghargai privasi, sementara generasi muda lebih terbuka untuk berbagi informasi pribadi secara online. Media sosial juga dipengaruhi oleh tren dan gaya hidup yang populer di kalangan generasi tertentu. Misalnya, penggunaan filter dan efek visual mungkin lebih umum di kalangan generasi muda.
ADVERTISEMENT
Pengalaman pribadi: Pengalaman positif atau negatif dengan media sosial dapat membentuk persepsi seseorang terhadap platform ini. Pengalaman positif, seperti terhubung dengan teman-teman lama atau mendapatkan informasi bermanfaat, dapat meningkatkan persepsi positif terhadap media sosial. engalaman negatif, seperti menjadi korban perundungan siber atau melihat berita palsu, dapat memicu persepsi negatif terhadap media sosial.
Kemampuan Menganalisis Informasi: Kemampuan untuk menganalisis informasi secara kritis dan membedakan antara fakta dan opini sangat penting dalam menggunakan media sosial. Generasi yang lebih muda mungkin perlu mengembangkan literasi media yang kuat untuk menghindari terjebak dalam penyebaran berita palsu atau informasi yang salah
Kesimpulan
Persepsi terhadap media sosial terus berkembang seiring dengan perubahan zaman dan kemajuan teknologi. Setiap generasi, mulai dari Baby Boomers hingga Generasi Alpha, memiliki pandangan dan penggunaan media sosial yang berbeda, dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti perkembangan teknologi, perubahan sosial, pengalaman pribadi, dan kemampuan dalam menganalisis informasi. Generasi Baby Boomer memulai dengan skeptisisme dan adaptasi bertahap, sedangkan Generasi X menggunakan media sosial secara lebih fungsional dan profesional. Generasi Milenial menjadikannya sebagai alat ekspresi diri dan identitas, sementara Generasi Z lebih menggunakannya untuk aktivisme digital dan komunitas virtual. Generasi Alpha, yang tumbuh dalam era teknologi maju, menghadapi tantangan baru terkait identitas digital dan keseimbangan penggunaan media sosial.
ADVERTISEMENT
Dari satu generasi ke generasi berikutnya, media sosial terus berevolusi. Perbedaannya bukan hanya dalam cara penggunaannya, tetapi juga dalam dampak yang ditimbulkan. Generasi yang lebih tua mungkin lebih skeptis dan berhati-hati, sementara generasi yang lebih muda semakin terbuka dan bergantung pada media sosial. Namun, di balik semua kemudahan yang ditawarkan, kita tidak boleh mengabaikan pentingnya literasi digital dan kesadaran akan dampak media sosial terhadap kehidupan kita. Di tengah era digital ini, keseimbangan dalam penggunaan teknologi menjadi kunci agar media sosial tetap menjadi alat yang membawa manfaat, bukan sekadar candu yang menguasai kehidupan.
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, F. F., Reza, M., & Sariswara, V. (2023). Diseqluibrium Penggunaan Media pada Konteks Pencarian Informasi antara Generasi X dan Z. Jurnal Penelitian Sosial Ilmu Komunikasi, 7(2), 129–138.
ADVERTISEMENT
Arifurrahman, A. (2024, January 10). Generasi Alpha dan Media Sosial: Bagaimana Pengaruhnya terhadap Identitas Diri? Kumparan.Com. https://kumparan.com/abyan-arifurrahman/generasi-alpha-dan-media-sosial-bagaimana-pengaruhnya-terhadap-identitas-diri-23cvhNEIpto/full
Nurmansyah. (2024). Pengaruh Media Sosial Pada Persepsi Diri Remaja. Journal of Multicultural Education and Social Studies (JOMESS), 01(1), 13–20.
Perdana, R. P., & Nurliah. (2023). Perilaku Generasi Baby Boomers dalam Menyikapi Informasi Hoax pada Sosial Media. EJournal Lmu Komunikasi, 4(11), 143–155.
Putri, S. C., & Irhandayaningsih, A. (2021). Literasi Informasi Generasi Millennial dalam Bermedia Sosial untuk Mengatasi Penyebaran Berita Hoax Terkait Covid-19 di Kabupaten Pati. Anuva: Jurnal Kajian Budaya, Perpustakaan, Dan Informasi, 5(3), 491–504. https://doi.org/10.14710/anuva.5.3.491-504
Live Update