Konten dari Pengguna

Mengetahui Disabilitas dan Tingkatannya di Jepang

Camisha Ramadhani Neldi Putri
Mahasiswa semester 7 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga
3 Oktober 2024 18:34 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Camisha Ramadhani Neldi Putri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menurut undang-undang, istilah ‘penyandang disabilitas’ merujuk pada seseorang yang memiliki keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik yang berlangsung lama. Keterbatasan ini dapat menyebabkan mereka menghadapi hambatan dalam berinteraksi dengan lingkungan, sehingga mengalami kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan setara dengan warga negara lainnya (UU No. 8/2016, 2016, Pasal 1). Istilah ini merupakan pilihan terbaru yang digunakan dalam undang-undang dan baru diperkenalkan setelah tahun 2009.
ilustrasi penyandang disabilitas, pexels.com
ADVERTISEMENT
Penyandang disabilitas atau yang disebut dengan Shougaisha (障がい者) menurut Undang-Undang Dasar Penyandang Disabilitas, didefinisikan sebagai seseorang yang mengalami disabilitas fisik, intelektual, atau mental, yang menyebabkan mereka secara berkelanjutan menerima batasan yang signifikan dalam kehidupan sehari-hari atau kehidupan sosial mereka.
Dari definisi dalam undang-undang ini, disabilitas dibagi menjadi tiga kategori besar yaitu Disabilitas Fisik, Disabilitas Intelektual, dan Disabilitas Mental.
Disabilitas Fisik
ilustrasi disabilitas penglihatan, pexels.com
Karada shougai (身体障害) atau disabilitas fisik yaitu keterbatasan fungsi fisik yang disebabkan oleh kondisi bawaan atau akibat penyakit atau cedera. Menurut Undang-Undang Kesejahteraan Penyandang Disabilitas Fisik, jenis disabilitas fisik dibagi menjadi 5 kategori yaitu Disabilitas penglihatan (kesulitan dalam melihat), Disabilitas pendengaran (kesulitan dalam mendengar), Disabilitas suara atau bahasa (kesulitan dalam mengeluarkan suara), Disabilitas gerak (kondisi dimana seseorang memiliki keterbatasan dalam gerak), Disabilitas internal (gangguan pada organ dalam).
ADVERTISEMENT
Disabilitas Intelektual
ilustrasi anak Down syndrome, pexels.com
Disabilitas intelektual terjadi ketika keterlambatan perkembangan intelektual yang menyebabkan keterbatasan dalam kemampuan menjalani kehidupan sehari-hari dan sosial. Ini biasanya terlihat sebelum usia 18 tahun dan dievaluasi berdasarkan fungsi intelektual dan adaptasi. Disabilitas ini dibagi menjadi empat tingkatan yaitu ringan, sedang, berat, dan sangat berat. Pada kasus ringan atau sedang, seseorang bisa bekerja mandiri dengan dukungan yang tepat, tetapi sering kali disabilitas tidak terdeteksi lebih awal. Disabilitas ini juga sering terjadi bersamaan dengan kondisi seperti Down syndrome, epilepsi, atau disabilitas perkembangan lainnya.
Disabilitas Mental
Disabilitas mental terjadi karena perubahan dalam fungsi otak, yang menyebabkan ketidakseimbangan dalam emosi, pemikiran, dan perilaku, serta mengganggu kehidupan sehari-hari. Contoh disabilitas mental termasuk skizofrenia, gangguan suasana hati, dan banyak lagi. Penyebabnya bervariasi, termasuk faktor psikologis dan lingkungan. Penyandang disabilitas mental cenderung lebih rentan terhadap stres.
ADVERTISEMENT
Disabilitas Perkembangan
Meskipun dimasukkan dalam kategori disabilitas mental oleh undang-undang, tetapi jenis disabilitas ini memiliki karakteristik yang berbeda. Disabilitas perkembangan seperti Autisme Spektrum (ASD), gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD), dan Learning Disability (LD) adalah akibat dari perbedaan fungsi otak bawaan. Penyandang disabilitas ini cenderung mengalami kesulitan beradaptasi dengan lingkungan dan seringkali mengalami stres berlebih, yang bisa menyebabkan disabilitas sekunder.
ilustrasi kursi roda, pexels.com
障害支援区分 (Shougai Shien Kubun) adalah sistem yang digunakan di Jepang untuk mengkategorikan tingkat disabilitas seseorang, guna menentukan jenis dan jumlah dukungan atau layanan kesejahteraan yang akan diberikan. Sistem ini diatur oleh Undang-Undang Dukungan Komprehensif untuk Penyandang Disabilitas (障害者総合支援法). Sistem disability support classification ini mencakup beberapa aspek kehidupan seperti kemampuan fisik, mental, dan kemampuan sosial, termasuk kebutuhan dalam melakukan aktivitas dasar sehari-hari seperti mandi, makan, dan berpakaian.
ADVERTISEMENT
Kategori dukungan disabilitas ini dibagi menjadi 6 tingkat berdasarkan derajat kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Tingkat 1 adalah yang paling ringan, sedangkan Tingkat 6 adalah yang paling berat.
ilustrasi penyandang disabilitas, pexels.com
Menurut Undang-Undang Dukungan Komprehensif untuk Penyandang Disabilitas, layanan ini diberikan kepada individu berikut:
ADVERTISEMENT
Penyandang disabilitas fisik di Jepang dapat menerima sejumlah dukungan sosial dan jaminan kesehatan, termasuk:
Disabilitas bisa terjadi dari lahir maupun aktivitas yang mengakibatkan seseorang tersebut mengalami disabilitas. Aktivitas tersebut bisa berasal dari kecelakaan lalu lintas, bencana alam, hingga pola hidup yang tidak sehat seperti mendengarkan musik menggunakan earphone dengan volume yang tinggi setiap hari. Disabilitas atau yang biasa disebut dengan penyandang cacat dapat terjadi pada siapapun, baik anak kecil hingga lansia.
ADVERTISEMENT