Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Pendidikan Islam di Amerika Serikat
18 Januari 2021 13:11 WIB
Tulisan dari candrika vania tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Hubungan Islam dan Barat tidak lepas dengan peristiwa perang salib. Meskipun bukan awal dari konflik Islam dan Barat –karena Islam dan Barat juga pernah menyemai konflik pada ekspansi Islam ke Andalusia pada 705-1492 M- namun perang salib dinilai masih sangat kuat hingga saat ini sebagaimana konflik yang terus berkelanjutan antara Israel-Palestina.
ADVERTISEMENT
Tragedi 9/11 yang terjadi di Amerika Serikat yang tepatnya kala itu gedung World Trade Center sebagai sentral ekonomi Amerika Serikat roboh karena terjangan pesawat yang disinyalir dikendalikan oleh teroris. Pasca tragedi tersebut Amerika Serikat gencar memanfaatkan media untuk mewacanakan citra Islam yang identik dengan kekerasan. “Terorisme” dan “Islamophobia” ramai diperbincangkan. Kalangan muslim menilai Amerika Serikat sengaja melakukan hal seperti itu untuk kepentingan politiknya. Hubungan antara Islam dan Barat memanas. Tragedi 9/11 menjadi salah satu perhatian dunia yang bertanya-tanya tentang Islam.
Pada abad pertengahan, negara Barat berinteraksi dengan negara Timur yang berujung penjajahan terhadap negara Timur. Demi kepentingan penjajahan tersebut, negara Barat memerlukan berbagai pengetahuan tentang masyarakatnya bahkan agamanya sehingga mereka mengirimkan para sarjana untuk mengkajinya. Dari sinilah muncul istilah ahli ketimuran, atau lazimnya disebut dengan orientalisme.
ADVERTISEMENT
Orientalis adalah kata serapan dari bahasa Perancis yang asal katanya adalah orient yang berarti "Timur". Orientalis adalah kata nama pelaku yang menunjukkan seorang ahli tentang hal-hal yang berkaitan dengan "timur". Dengan kata lain, orientalisme adalah gaya berpikir yang berdasarkan pada pembedaan ontologis dan epistemologis yang dibuat antara "Timur" (the Orient) dan Barat (the Occident). Dan ini memiliki dampak politis yang kuat bagi kepentingan Barat.
Oleh karena itu, meskipun orientalis memiliki makna yang luas, yaitu segala sesuatu yang berkaitan langsung dengan bangsa-bangsa Timur beserta lingkungannya sehingga meliputi seluruh bidang kehidupan, namun secara sempit, orientalis dapat diartikan sebagai kegiatan ahli ketimuran Barat tentang agama-agama di Timur, khususnya agama Islam demi kepentingan mereka.
ADVERTISEMENT
Islam sudah lama masuk di Amerika Serikat jauh sebelum Christopher Columbus mengklaim menemukan benua Amerika Serikat. Ada beberapa tulisan yang pada umumnya bersumber dari para sejarawan Islam terkemuka, seperti Al-Mas‘udi (871-957 M) dalam bukunya Muruj alDzahab wa Ma‘adin al-Jawhar yang menyebutkan bahwa pada masa kekhalifahan Abdullah bin Muhammad (888-912 M) di Andalusia, ada seorang pemuda Muslim bernama Khasykhasy bin Said bin Aswad asal Cordova, memimpin pelayaran dari pantai Delba (Palos) pada tahun 889 menyeberangi samudera Atlantik hingga mencapai daratan yang belum dikenal (ardh majhulah) dan kemudian pulang kembali dengan membawa harta benda yang menakjubkan. Dalam pendaratannya itu ia sempat kontak dengan penduduk setempat.
Fakta lainnya tentang kehadiran Islam di Amerika jauh sebelum Columbus datang juga diungkapkan Dr. Barry Fell. Dalam karyanya berjudul Saga America, Fell menyebutkan bahwa umat Islam tak hanya tiba sebelum Columbus di Amerika, akan tetapi, umat Islam juga telah membangun sebuah peradaban di benua itu. Menurut dia, bahasa yang digunakan orang Pima di Barat Daya dan bahasa Algonquina, perbendaharaannya banyak yang berasal dari bahasa Arab. Arkeolog dan ahli bahasa itu juga menemukan teks, diagram, serta peta yang dipahat di batu yang digunakan untuk kepentingan sekolah. Temuan itu ditemukan antara tahun 700 hingga 800 M. Teks serta diagram itu berisi mata pelajaran matematika, sejarah, geografi, astronomi, dan navigasi laut. Bahasa pengajaran yang ditemukan menggunakan tulisan Arab Kufi dari Afrika Utara.
ADVERTISEMENT
Alexander Von Wuthenau, juga menemukan bukti dan fakta keberadaan Islam di Amerika pada tahun 800 M hingga 900 M. Wuthenau menemukan ukiran kepala yang menggambarkan seperti bangsa Moor. Bukti tersebut menandakan bahwa Islam telah menginjakkan kaki di Amerika sebelum Columbus lahir. Dia juga menemukan ukiran serupa bertarikh 900 M hingga 1500 M. Artefak yang ditemukan itu mirip foto orang tua yang biasa ditemui di Mesir. Youssef Mroueh dalam tulisannya Muslim in The Americas Before Columbus memaparkan penuturan Māhir ‘Abd. al-Razzāq El, orang Amerika asli yang menganut agama Islam. Māhir berasal dari suku Cherokee yang dikenal sebagai Eagle Sun Walker. Māhir memaparkan, para penjelajah Muslim telah datang ke tanah kelahiran suku Cherokee hampir lebih dari 1.000 tahun lalu. Di suku Cherokee ditemukan perundang-undangan, risalah dan resolusi yang menunjukkan fakta bahwa umat Islam di benua itu begitu aktif. Salah satu fakta yang membuktikan bahwa suku asli Amerika menganut Islam dapat dilacak di Arsip Nasional atau Perpustakaan Kongres. Kesepakatan 1987 atau Treat of 1987 mencantumkan bahwa orang Amerika asli menganut sistem Islam dalam bidang perdagangan, kelautan, dan pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Beberapa dokumen yang ditemukan di Brazil dan Amerika Serikat yang menunjukkan bahwa sejumlah suku Mandinka Muslim adalah orang-orang yang mula-mula datang di Amerika. Asal-usul kedatangan Islam di Amerika masih bersifat spekulatif, namun keberadaan pemukiman orang-orang Muslim keturunan Afrika di Amerika Utara pada abad ke-16 hingga abad ke-18 sudah pasti. Keberadaan orang-orang Muslim keturunan Afrika di Amerika itu menyusul jatuhnya negeri Andalusia ke tangan bangsa Eropa, sebab bermula mereka menjadi tawanan orang-orang Spanyol yang kemudian dikapalkan ke Amerika untuk dipasok sebagai tenaga kerja atau dijual sebagai budak. Sebagai budak mereka tidak dapat mempertahankan agama dan kebudayaan mereka apalagi mengembangkannya.
Seluruh aliran dalam Islam pun dapat hidup bebas di Amerika. Di sana banyak ditemukan komunitas Sunni, Syi’ah, Ahmadiyah dan selainnya. Berdasarkan fakta-kakta inilah maka keberadaan Islam di Amerika sangat menarik untuk dikaji dan didiskusikan.
ADVERTISEMENT
Persebaran umat Islam di Amerika belum merata. Misal, Washington D.C memiliki komunitas islam yang cukup besar sama seperti New Jersey. Tapi, banyak daerah di Amerika yang memiliki jumlah penduduk muslim sedikit. Tahun 2011 jumlah muslim berkembang menjadi 2,75 juta. Sejak saat itu, populasi Muslim terus tumbuh pada percepatan kira-kira 100.000 jiwa per tahun, didorong oleh tingkat kesuburan yang lebih tinggi di kalangan Muslim Amerika dan juga migrasi orang-orang Muslim yang terus berlanjut ke AS. Data terakhir bahwa jumlah Muslim di Amerika pada tahun 2017 berjumlah 3,45 Juta
Sebelum memproklamasikan kemerdekaan, Amerika Serikat telah merintis pendidikan dan college-college dijadikan dasar pendidikan Amerika yang didirikan pada masa kolonial. Dasar-dasar pendidikan dan budaya Amerika merupakan hal yang penting untuk masa depan bagi rakyat kolonial. Pada tahun 1636 di Cambridge, Massachussetts telah didirikan Harvard College. Akhir abad XVII didirikan College of William dan College of Mary di Virginia. Beberapa tahun kemudian didirikan College School of Connecticut, yang kemudian menjadi Yale College. Pada awal perkembangannya banyak juga sekolah-sekolah yang diselenggarakan oleh golongan keagamaan.
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat tetap mengizinkan adanya sekolah berbasis agama walaupun Amerika negara sekuler. Tetapi, negara tidak memberikan bantuan biaya apapun kepada sekolah tersebut. Sekolah berbasis agama di Amerika Serikat harus mandiri dalam hal pembiayaannya. Sekolah berbasis agama juga bebas mengatur kurikulumnya sendiri.
Di Amerika terdapat sekolah individual yang dimana sekolah tersebut bukan sekolah negeri dan bukan sekolah berbasis agama. Dalam pelaksanaannya sekolah tersebut tidak boleh mengajarkan pendidikan agama. Sekolah Individual adalah sekolah yang didirikan oleh masyarakat dan bisa mendapatkan bantuan pembiayaan dari pemerintah namun konsep pendidikannya tidak diharuskan mengikuti kurikulum dari pemerintah.
Salah satu sekolah yang berbasis agama Islam di Amerika Serikat adalah Al-Salam Day School. Sekolah yang dipimpin oleh Abdul Mun’in Jitmound yang berasal dari Thailand ini merupakan sekolah Islam kelima di Amerika Serikat yang memiliki akreditasi ganda dari lembaga pendidikan Islam dan Non-Islam. Sekolah yang telah berdiri selama dua puluh lima tahun ini menjadi satu-satunya sekolah di bagian Misouri yang memegang tiga akreditasi sekaligus, yaitu dari negara bagian Missouri, badan pendidikan Islam di Amerika Utara (CISNA) dan lembaga akreditasi nasional. Dalam memperoleh akreditasi CISNA dalam sistem pembelajaran ajaran Islam harus diimplementasikan dan dipromosikan. Akreditasi ini memberikan bukti bahwa sekolah telah mengajarkan Qur’an, bahasa Arab, studi Islam, dan pengetahuan lain berbasis Islam terutama bagi murid dan orang tua murid.
ADVERTISEMENT
Selain itu, terdapat sekolah islam yang terkenal di Amerika adalah Sekolah Noor-UI-Iman di Kampus Brunswick Selatan. Di bagian Maryland juga terdapat sekolah islam yang berkembang cukup pesat yaitu Al-Huda School Darus Salam. Sekolah yang didirikan pada tahun 1559 bermaksud memberikan pendidikan ajaran islam agar tidak punah ditelan oleh jaman.
Jika kita berbicara tentang perbedaan pendidikan islam di Amerika dan Indonesia jelas berbeda. Karena Indonesia menjadi negara yang berpenduduk mayoritas Islam dengan jumlah terbesar di dunia. Pola pendidikan islam sudah mengakar kuat bahkan ‘terasimilasi’ dengan kebudayaan masyarakat di Indonesia. Lembaga pendidikan dan organisasi kemasyarakatan berbasis islam sangat berperan dan kontribusi nyata dalam laju pesatnya pertumbuhan jumlah pertumbuhan umat islam di Amerika
ADVERTISEMENT
Menurut Ajid Thohir ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa orang Amerika tertarik terhadap Islam. Pertama, kehampaan hidup warga Amerika walaupun mereka hidup dengan harta yang berlimpah. Kedua, Islam dianggap satu-satunya agama yang tidak membedakan ras, warna kulit, pekerjaan dan lain sebagainya. Ketiga, Islam dianggap sebagai agama yang dapat memberi kehormatan, gairah hidup, harga diri, semangat kerja baru dan menanamkan persaudaraan. Keempat, tidak sedikit mereka tertarik dengan keteladanan hidup yang dilakukan umat Islam yang ditunjukkan dalam bentuk kerahmahtamahan, kesederhanaan, keikhlasan dan lain sebagainya. Kelima, ajaran Islam dinilai oleh mereka lebih rasional. Keenam, Islam dapat memberikan solusi kehidupan ketika IPTEK yang sudah akrab dengan kehidupan mereka tidak mampu menjawabnya.
Di setiap negara pasti memiliki tatanan sistem pendidikan sama halnya Amerika Serikat. Sistem pendidikan di Amerika Serikat desentralisasi, yang artinya dalam masalah pendidikan diatur oleh wilayah negara Amerika masing-masing dengan tidak campur tangan dari Presiden Amerika. Tujuan pendidikan Amerika Serikat adalah untuk mencapai kemajuan dalam segala bidang pada warga dan negaranya. Sedangkan dalam bidang pendidikan agama, Amerika adalah demokrasi yang membebaskan semua pemeluk agama untuk belajar dan mengembangkan ilmunya. Dengan adanya gambaran pendidikan agama khususnya islam di Amerika kita dapat ambil sisi positifnya.
ADVERTISEMENT