Konten dari Pengguna

Mental Sehat, Prestasi Lebih Baik: Mencegah Toxic Productivity pada Mahasiswa

Cantika Thania Karina
Mahasiswi Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
14 Mei 2023 18:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cantika Thania Karina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mahasiswa mengerjakan tugas. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mahasiswa mengerjakan tugas. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Toxic productivity atau produktivitas yang berlebihan adalah kondisi di mana seseorang merasa terus menerus harus produktif dan menghasilkan sesuatu, bahkan sampai melebihi batas kemampuannya.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini semakin marak terjadi di kalangan mahasiswa, terutama karena tuntutan akademik yang semakin meningkat. Sebagai seorang mahasiswa, produktivitas tentu sangat penting.
Namun, penting juga untuk diingat bahwa kesehatan mental dan fisik kita juga memainkan peran yang sangat penting dalam pencapaian tujuan kita. Terlalu fokus pada produktivitas tanpa memperhatikan kesehatan kita dapat berdampak negatif pada performa kita di kampus dan pada kesejahteraan kita secara keseluruhan.
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan tingginya toxic productivity di kalangan mahasiswa yaitu beban tugas yang dihadapi oleh mahasiswa sangat tinggi, seperti menyelesaikan tugas kuliah, mempersiapkan ujian, tekanan untuk mempertahankan IPK yang tinggi, serta berpartisipasi dalam kegiatan non-akademik untuk pengembangan minat dan bakat.
Selain itu, tingginya tingkat kompetisi di lingkungan akademik bisa memperburuk kondisi toxic productivity. Mahasiswa sering merasa tertekan untuk menyelesaikan tugas dengan sangat cepat dan dengan kualitas yang sangat tinggi.
ilustrasi wanita cemas, stres atau depresi Foto: Shutterstock
Hal ini membuat mahasiswa cenderung mengabaikan waktu istirahat dan relaksasi yang seharusnya diprioritaskan dalam menjaga kesehatan mental dan fisik. Dalam hal ini, mahasiswa akan merelakan waktu yang seharusnya dipakai untuk me time dan hangout bersama teman demi segera menyelesaikan tugas-tugasnya.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, tuntutan untuk selalu produktif dan berprestasi tinggi bisa mengakibatkan stres dan kelelahan yang berlebihan pada mahasiswa. Adapun beberapa dampak buruk lainnya seperti insomnia, sakit kepala, kecemasan, dan depresi. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa membuat mahasiswa kehilangan semangat serta kehilangan motivasi untuk belajar dan mencapai tujuan.
Sebagai mahasiswa, memperhatikan produktivitas memang sangat penting dalam menyelesaikan tugas-tugas akademik, mencapai tujuan karier, dan meningkatkan keterampilan. Selain itu, penting bagi mahasiswa untuk memahami bahwa produktivitas yang sehat bukanlah tentang melakukan tugas dengan sangat cepat dan dengan kualitas yang tinggi.
Namun, produktivitas yang sehat lebih mengutamakan keseimbangan antara waktu produktif dan waktu istirahat. Mahasiswa harus menyadari bahwa ketika mereka merasa stres atau kelelahan, mereka harus memberikan waktu dan ruang untuk diri mereka sendiri agar bisa pulih dan kembali produktif.
Ilustrasi mahasiswa sedang mengerjakan tugas. Foto: BongkarnGraphic/Shutterstock
Dalam hal ini, kunci utamanya adalah menemukan keseimbangan yang tepat antara produktivitas dan kesehatan mental. Mahasiswa perlu memahami bahwa kesehatan mental dan fisik sama pentingnya dengan produktivitas, serta jangan takut untuk mengambil istirahat yang diperlukan.
ADVERTISEMENT
Menjaga keseimbangan antara produktivitas dan kesehatan mental dapat dicapai dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan seperti olahraga, nonton film, atau hangout dengan teman-teman.
Mahasiswa juga dapat mengevaluasi dan mengelola ekspektasi mereka terhadap diri sendiri dan mengakui bahwa kegagalan dan kesalahan adalah bagian dari proses pembelajaran dan kemajuan.
Dalam kesimpulannya, sebagai mahasiswa, menjadi produktif memang sangat penting, tetapi tidak boleh sampai mengorbankan kesehatan dan keseimbangan hidup.
Mahasiswa harus berani mengakui batas-batas mereka, berbicara dengan orang-orang yang mereka percayai, dan mencari bantuan profesional jika diperlukan. Dengan begitu, mahasiswa dapat mencapai tujuan mereka dengan cara yang sehat dan berkelanjutan, serta memperoleh prestasi yang gemilang dalam kehidupan kuliah.