Konten dari Pengguna

Solidaritas Global: Strategi #NiUnaMenos dalam Melawan Femicide di Argentina

Agrace Sinaga
Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Krsiten Indonesia
28 Oktober 2024 14:47 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Agrace Sinaga tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Femisida merupakan jenis kekerasan gender dimana salah satu manifestasi akhir laki-laki yang diperlukan dalam melanggengkan patriarki dengan cara membunuh kaum perempuan. Femisida melibatkan pembunuhan yang disengaja terhadap perempuan karena mereka adalah perempuan, namun definisi yang lebih luas mencakup pembunuhan terhadap perempuan atau anak perempuan. Femisida umumnya dilakukan oleh laki-laki, namun terkadang juga dilakukan oleh anggota keluarga perempuan ikut terlibat. Sebagian besar kasus pembunuhan terhadap perempuan dilakukan oleh pasangan atau mantan pasangan, dan melibatkan pelecehan yang berkelanjutan di rumah, ancaman atau intimidasi, kekerasan seksual atau situasi yang dialami perempuan (World Health Organization).
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2015, Argentina dikejutkan oleh pembunuhan brutal Chiara Paez, berasal dari Rufino, sebuah kota di Provinsi Santa Fe, Argentina ditemukan meninggal karena dibunuh oleh kekasihnya sendiri, Manuel Mansilla. Insiden ini memicu kemarahan publik dan menjadi titik awal bagi gerakan feminis terbesar di Amerika Latin dengan slogan #NiUnaMenos, gerakan ini muncul sebagai respons kolektif terhadap epidemi kekerasan gender yang telah lama diabaikan. Berita kematian Chiara tersebar luas di media sosial dan media internasional, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang masalah perempuan dan korban pelecehan seksual di Argentika. Aktivis, bersama dengan masyarakat Argentina dan masyarakat internasional, merespon kasus femisida yang meningkat di negara itu. melalui kematian Chiara Paez, yang diikuti oleh tweet seorang jurnalis Argentina yang mendorong demonstrasi yang dilakukan oleh Masyarakat hingga melampaui batas-batas nasionanl.
ADVERTISEMENT
Gerakan Ni Una Menos (Not One Woman Less) merupakan salah satu gerakan feminisme kontemporer terbesar yang berjuang untuk mengakhiri kekerasan terhadap perempuan di Argentina. Penggunaan platform media digital kini menjadi sarana utama dalam penyebaran informasi kepada publik. Seiring dengan meningkatnya penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, seperti Twitter, perjuangan gerakan feminisme dan organisasi perempuan semakin mendapat perhatian luas dan kesempatan yang lebih besar untuk berinteraksi dengan masyarakat serta para aktivis. Kemajuan teknologi ini memberikan kontribusi signifikan terhadap efektivitas gerakan feminisme dan mendukung organisasi perempuan dalam memperjuangkan hak-hak mereka di ranah publik. Gerakan Ni Una Menos pertama kali dimulai di Argentina, Buenos Aires, pada 3 Juni pukul 5 sore tahun 2015 tepatnya di depan Kongres Nasional Argentina dan juga tersebar di 240 kota lainnya yang totalnya mencapai 400.000 orang. Mereka tak hanya menyuarakann masalah ini di ranah publik namun melakukan pawai yang di lakukan oleh 10 aktivis pada saat itu. Fakta lainnya, negara-negara di luar kawasan Amerika Latin seperti Fipina mereka menggunakan slogan serupa digunakan untuk aski-aksi protes melawan kekerasan terhadap Perempuan. Hal ini menunjukan bahwa femisida bukanlah fenomena yang terisolasi pada satu negara, tetapi merupakan permasalahan global yang mengakar dalam ketidaksetraan gender.
ADVERTISEMENT
Solidaritas lintas batas ini menggaris bawahi pentingnya pendekatan global yang efisien dalam memutuskan rantai femiside. Banyak negara mengalami hal yang sama yakni patriarki dan kekerasan berbasis gender. Oleh karena itu, strategi mampu diadaptasi oleh setiap negara, dari Gerakan dapat membuktikann bahwa perjuangan lokal dapat memiliki dampak global, dan sebaliknya, dukungan internasional dapat memperkuat perjuangan lokal.
Sumber foto: Dokumen pribadi
Di level kebijakan, strategi #NiUnaMenos juga menuntut perubahan hukum yang mendasar khususnya Argentina. Mereka menekankan perlunya penegakan hukum yang lebih baik dan perlindungan bagi korban kekerasan. Dengan mengadvokasi reformasi hukum yang lebih ketat terhadap pelaku kekerasan, gerakan ini berusaha untuk menjadikan perempuan lebih aman dan melindungi hak-hak mereka. Ini menunjukkan bahwa perubahan sistemik sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang aman bagi perempuan.
ADVERTISEMENT
Namun, tantangan tetap ada. Meskipun gerakan ini telah berhasil meningkatkan kesadaran dan menggerakkan banyak orang, tantangan struktural di dalam masyarakat masih perlu diatasi. Stigma sosial dan norma gender yang ketinggalan zaman masih menjadi penghalang besar dalam menciptakan kesetaraan gender. Untuk itu, solidaritas global harus terus dibangun, dengan saling mendukung dan berbagi pengalaman, serta strategi yang berhasil di negara lain.
Strategi ini dapat menjadi model bagi gerakan lain di seluruh dunia. Dengan berbagi pengalaman dan strategi, kita dapat memperkuat suara kita dan membangun jaringan solidaritas yang lebih kuat. Melawan femisida bukan hanya tanggung jawab satu negara, tetapi tanggung jawab bersama. Gerakan bukan hanya sekadar gerakan, tetapi sebuah panggilan untuk bertindak. Solidaritas global yang dibangun oleh gerakan ini harus terus diperkuat, karena hanya dengan bersatu kita dapat mengakhiri kekerasan terhadap perempuan dan memastikan bahwa tidak ada lagi perempuan yang menjadi korban femiside dari Aregntina menuju dunia.
ADVERTISEMENT