Konten dari Pengguna

Teknologi di Ujung Jari, Kesehatan Mental di Ujung Tanduk?

Caren Kurniawan
Mahasiswa tingkat 3 Universitas Advent Indonesia jurusan teknik informatika
3 Desember 2024 10:42 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Caren Kurniawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Photo by Tracy Le Blanc: https://www.pexels.com/photo/person-holding-iphone-showing-social-networks-folder-607812/
zoom-in-whitePerbesar
Photo by Tracy Le Blanc: https://www.pexels.com/photo/person-holding-iphone-showing-social-networks-folder-607812/
ADVERTISEMENT
Apakah kamu tahu penelitian menunjukan bahwa durasi fokus seseorang hanya bisa bertahan selama 8-12 detik , terutama generasi muda, dan ini semakin menurun akibat kebiasaan digital seperti sering berpindah perhatian dari satu perangkat ke perangkat lain. Indonesia sendiri menjadi negara nomor 1 dengan rata-rata pemakain ponsel adalah 6 jam/hari, menurut data masyarakat indonesia paling sering membuka aplikasi sosial media untuk meonton video pendek di Tiktok, Instagam Reels dan Youtube Short dan jika ditotal orang indonesia bisa menghabiskan sekitar 7 Miliar jam dalam membuka aplikasi. Kemudahan mengakses informasi melalui ponsel menciptakan keterikatan berlebih yang berpotensi merusak kesehatan mental dan membuat kita tidak ingin lepas atau jauh dari ponsel kita itu. Fenomena ini dipicu oleh kebiasaan multitasking, FOMO (Fear of Missing Out), dan notifikasi yang terus-menerus, sehingga individu sulit fokus pada satu aktivitas. Ketergantungan pada ponsel juga berdampak pada pola pikir dan emosional, seperti kecemasan, stres, dan kurangnya kemampuan untuk mengelola perhatian secara mendalam.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya dampak positif apa yang bisa didapat dari teknologi ini sih?
“Dari Gadget untuk Mental Kita: Kebaikan yang Sering Terlupakan”
Photo by Askar Abayev: https://www.pexels.com/photo/photo-of-people-having-video-call-6193563/
Bayangkan seorang teman lama yang kini tinggal di belahan dunia lain. Berkat teknologi, kita bisa tetap berbagi cerita, bahkan dalam hitungan detik. Aplikasi seperti WhatsApp dan Zoom menjadikan jarak hanya soal angka, bukan penghalang untuk tetap terhubung dengan orang yang kita sayangi. Koneksi sosial yang kuat adalah salah satu kunci kebahagiaan dan kesehatan mental.
2. Self-Care Ada di Ujung Jari
Photo by Sanket Mishra: https://www.pexels.com/photo/youtube-music-stream-songs-and-music-videos-app-on-the-display-of-smartphone-or-tablet-16587508/
Pernah merasa cemas dan butuh waktu untuk menenangkan diri? Kini ada aplikasi seperti Headspace, Calm, atau bahkan Spotify dengan ratusan playlist relaksasi yang membantu Anda bermeditasi, tidur nyenyak, atau sekadar mengambil napas panjang di tengah hari yang sibuk.Teknologi dapat menjadi personal coach kita dalam menjaga ketenangan pikiran.
ADVERTISEMENT
3. Edukasi Tanpa Batas
Photo by Ivan Samkov: https://www.pexels.com/photo/group-of-people-studying-together-5676744/
Teknologi memberikan akses ke ribuan artikel, video, dan podcast yang membahas kesehatan mental. Anda bisa belajar mengenali tanda-tanda stres, depresi, atau kecemasan, dan mengetahui cara mengatasinya, bahkan tanpa harus meninggalkan rumah. Pemahaman yang baik tentang kesehatan mental membantu kita menjadi lebih peka terhadap diri sendiri dan orang lain.
4. Komunitas Dukungan Online
Photo by Julia M Cameron: https://www.pexels.com/photo/person-writing-on-notebook-4145190/
Teknologi membuka ruang aman bagi banyak orang yang merasa sulit berbicara di dunia nyata. Forum, grup media sosial, atau aplikasi kesehatan mental menyediakan komunitas yang saling mendukung tanpa rasa takut dihakimi. Merasa dimengerti dan diterima dapat menjadi langkah awal pemulihan mental.
Bagaimana dengan efek sampingnya? Apakah teknologi justru bisa menjadi bumerang bagi kesehatan mental kita?
ADVERTISEMENT
Dampak Negatif Teknologi pada Kesehatan Mental
Photo by cottonbro studio: https://www.pexels.com/photo/photo-of-people-engaged-on-their-phones-8088493/
Overload Informasi: Teknologi dapat memicu kecemasan akibat informasi berlebihan (information overload) atau kejenuhan informasi adalah suatu keadaan saat pengolahan informasi manusia telah berada di luar kapasitas kemampuan yang sesungguhnya. Frasa ini disebutkan dalam buku "The Managing of Organizations" karya Bertram Gross pada tahun 1964.
Ketergantungan Teknologi: fenomena doomscrolling, nomophobia (takut tanpa smartphone), dan FOMO (fear of missing out).
Cyberbullying: adanya perundungan media sosial dapat merusak rasa percaya diri dan kesehatan mental remaja dengan berbagai cara. Remaja yang menjadi korban sering kali merasa dihina atau dipermalukan di depan publik, yang dapat menurunkan harga diri mereka. Rasa terisolasi dan kesepian juga sering muncul, karena mereka menarik diri dari interaksi sosial dan merasa tidak diterima. Paparan terhadap perundungan online dapat meningkatkan kecemasan dan depresi, serta merusak persepsi mereka terhadap diri sendiri, terutama dalam menghadapi standar kecantikan atau kesuksesan yang tidak realistis di media sosial. Dampak-dampak ini memperburuk kesejahteraan emosional dan dapat memiliki efek jangka panjang pada kesehatan mental remaja.
ADVERTISEMENT
5. Tips Mengelola Teknologi untuk Mendukung Kesehatan Mental
Batasi Waktu Layar: Gunakan fitur pengatur waktu layar di gadget.
Detoks Digital: Rekomendasikan waktu tanpa teknologi, misalnya no gadget hour sebelum tidur.
Fokus pada Interaksi Nyata: Di era digital yang serba cepat ini, kita seringkali lebih terhubung dengan dunia maya daripada dengan orang-orang di sekitar kita. Padahal, interaksi nyata dengan keluarga dan teman memiliki banyak manfaat seperti memperkuat hubungan, meningkatkan kesejahteraan emosional, mendapatkan dukungan sosial, dan mengembangkan keterampilan sosial.
Gunakan Teknologi dengan Bijak: Berikut daftar aplikasi atau platform yang dapat mendukung kesehatan mental seperti Headspace, Calm, Insight Timer, Daylio, Reddit, 7 Cups, Talkspace, dan BetterHelp.
“Jadi, apakah teknologi itu baik atau buruk untuk kesehatan mental?”
ADVERTISEMENT
Jawabannya tergantung pada bagaimana kita menggunakannya. Saat digunakan dengan bijak, teknologi bukan musuh, melainkan sahabat yang setia membantu kita menjalani kehidupan lebih sehat, bahagia, dan terhubung.