Konten dari Pengguna

Bank Sentral Garda Depan Stabilitas Keuangan di Tengah Ketidakpastian

Carina Febrianti
Mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan 2023 Universitas Muhammadiyah Malang
23 April 2025 10:34 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Carina Febrianti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gubernur Bank Indonesa Perry Warjiyo menyampaikan paparan saat konferensi pers hasil rapat Dewan Gubernur di Gedung Thamrin Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (19/3/2025). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Gubernur Bank Indonesa Perry Warjiyo menyampaikan paparan saat konferensi pers hasil rapat Dewan Gubernur di Gedung Thamrin Bank Indonesia, Jakarta, Rabu (19/3/2025). Foto: Bayu Pratama S/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Di tengah era ekonomi global yang didorong oleh perselisihan antar negara, gejolak nilai tukar serta kebijakan negara maju yang masih sulit diprediksi menjadikan peran dari Bank Sentral semakin penting dalam menjaga kestabilan ekonomi. Ketidakpastian akibat perubahan politik dunia, naik-turunnya pasar keuangan internasional, dan masalah ekonomi global membuat peran bank sentral semakin penting. Bank sentral harus menjaga agar sistem keuangan tetap kuat dan membantu ekonomi terus tumbuh meski situasi sulit. Salah satu tantangan besar bagi Bank Indonesia adalah menjaga agar nilai tukar rupiah tetap stabil. Stabilnya nilai tukar rupiah ini sangat penting untuk menjaga kepercayaan para pelaku pasar dan membantu kegiatan ekonomi di dalam negeri tetap berjalan lancar.
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) di level 5,75% pada Rapat Dewan Gubernur Maret 2025. Keputusan ini diambil untuk menjaga inflasi tetap terkendali sesuai target pemerintah yaitu 2,5% plus minus 1% pada tahun 2025 dan 2026, serta menstabilkan nilai tukar rupiah yang sesuai dengan kondisi ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi. Bahkan, pada Februari 2025, inflasi tahunan Indonesia menunjukkan penurunan hingga 0,09%, yang merupakan deflasi pertama sejak Maret 2000, dipengaruhi oleh kebijakan diskon tarif listrik bagi rumah tangga tertentu
Pada Desember 2024, rupiah sempat melemah ke posisi terendah dalam empat bulan terakhir karena dolar AS menguat. Untuk mengatasi hal ini, Bank Indonesia tetap mempertahankan suku bunga acuan di level 6,00% dan melakukan langkah intervensi di pasar valuta asing agar nilai tukar rupiah tidak semakin turun. Tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama, ketika pertengahan Maret 2025, nilai tukar rupiah cukup stabil bahkan menguat sekitar 0,94% terhadap dolar AS. Kondisi ini didukung oleh surplus perdagangan dan cadangan devisa yang besar, sekitar 140,4 miliar dolar AS, yang cukup untuk membiayai impor selama 6,4 bulan. Proyeksi untuk kuartal kedua tahun 2025 memperkirakan nilai tukar rupiah akan berada di kisaran Rp16.400 hingga Rp16.500 per dolar AS. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi eksternal yang masih rentan terhadap gejolak global, seperti meningkatnya ketegangan perang dagang dan kebijakan tarif dari Amerika Serikat. Meski begitu, surplus neraca perdagangan dan cadangan devisa yang cukup besar menjadi penopang utama agar rupiah tetap stabil.
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia terus berupaya menjaga kesehatan sektor perbankan sebagai tulang punggung keuangan negara melalui kebijakan makroprudensial. Salah satunya dengan memperkuat Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM), yang mendorong bank untuk menyalurkan kredit ke sektor-sektor prioritas yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, sesuai dengan program pemerintah Asta Cita. Mulai 1 April 2025, porsi KLM ditingkatkan dari 4% menjadi 5% dari Dana Pihak Ketiga (DPK), berpotensi menambah likuiditas lebih dari Rp80 triliun atau total menjadi Rp375 triliun. Langkah ini sangat penting untuk meminimalkan risiko gagal bayar bank dan menjaga stabilitas sistem keuangan. Selain itu, BI juga memperkuat infrastruktur dan struktur industri sistem pembayaran, serta memperluas penggunaan transaksi digital untuk meningkatkan efisiensi dan keamanan sistem keuangan. Hal ini juga mendukung pertumbuhan sektor perdagangan dan UMKM, yang menjadi penggerak utama ekonomi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Bank Indonesia punya peran penting dalam menjaga ekonomi Indonesia tetap stabil di tengah situasi dunia yang tidak menentu. Kebijakan suku bunga, pengendalian inflasi, dan langkah menjaga nilai tukar rupiah menunjukkan bahwa BI sangat serius dalam melindungi ekonomi dalam negeri. Ditambah lagi, cadangan devisa yang besar dan surplus perdagangan menjadi kekuatan yang bisa diandalkan saat terjadi tekanan dari luar negeri. Ini membuktikan bahwa kebijakan dalam negeri yang tepat bisa jadi kunci menjaga kestabilan ekonomi, bukan hanya bergantung pada kondisi global.
Ke depannya, BI perlu terus bekerja sama dengan pemerintah dan lembaga keuangan lain supaya kebijakan yang diambil bisa tepat sasaran. Langkah seperti menambah insentif likuiditas dan mendorong digitalisasi serta dukungan untuk UMKM adalah cara yang cerdas untuk mendorong ekonomi dari dalam negeri. Menurut saya, selama kebijakan tetap fleksibel dan berpihak pada kepentingan rakyat, Indonesia bisa menghadapi tantangan global dengan baik. Bank sentral harus tetap menjadi garda terdepan, tidak hanya menjaga kestabilan, tapi juga mendorong kemajuan ekonomi Indonesia ke arah yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT