Putri Mardika: Menilik Peran Perempuan dalam Perjuangan Kemerdekaan

Carissa Almaasah Budita
Mahasiswa Ilmu Sejarah, UNNES
Konten dari Pengguna
30 Oktober 2022 21:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Carissa Almaasah Budita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kongres Perempuan Indonesia sebagai akar sejarah lahirnya Hari Ibu. Sumber: Dok. Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Kongres Perempuan Indonesia sebagai akar sejarah lahirnya Hari Ibu. Sumber: Dok. Pribadi
ADVERTISEMENT
Pergerakan nasional menjadi sebuah periode di mana rakyat Indonesia akhirnya memiliki kesadaran untuk menyatukan haluan dalam rangka mengusir penjajah demi kepentingan nasional. Sebelum periode pergerakan nasional, perjuangan untuk menentang penjajah masih kental dengan sifat kedaerahan yang bercirikan perjuangan dari masing-masing kelompok masyarakat. Munculnya kesadaran bersama tentang nasib dan nestapa yang telah dilalui oleh bangsa Indonesia selama masa penjajahan seolah menjadi pemicu untuk membangkitkan semangat nasionalisme yang sebelumnya tak disadari kehadirannya. Pergerakan nasional sebagai bentuk perlawanan atas kolonialisme tidak muncul begitu saja dalam kurun waktu yang cepat dan tiba-tiba. Seperti yang kita ketahui, rakyat Indonesia telah ratusan tahun menderita dan selama itu pula telah muncul berbagai perlawanan mulai dari fase yang paling sederhana dengan dimulai dari perlawanan kedaerahan hingga fase yang paling kompleks di era yang lebih modern dan lebih nasionalis.
ADVERTISEMENT
Bangkitnya nasionalisme bangsa Indonesia ini tak terlepas dari adanya pengaruh arus politik dari luar negeri, seperti munculnya paham-paham baru (liberalisme, demokrasi, dan nasionalisme pascarevolusi), diterapkannya sistem pendidikan barat, kemenangan Jepang atas Rusia, Gerakan Turki Muda, dan pergerakan negara-negara Asia seperti Nasionalisme India, Tiongkok, dan Filipina. Fenomena-fenomena ini banyak memberi pengaruh bagi bangsa Indonesia dari segi ideologi yang tumbuh hingga strategi untuk meraih kemerdekaan atas penjajahan.
Bangkitnya Pelopor Pergerakan Nasional
Momentum bangkitnya semangat melawan penjajahan ini tak lepas dari upaya yang dilakukan oleh berbagai organisasi pemuda dan politik yang muncul pada kala itu, seperti Budi Utomo, Indische Partij, dan sebagainya. Organisasi-organisasi pada era pergerakan nasional tersebut menampung segenap putra-putri bangsa dari berbagai daerah dan berbagai latar belakang berbeda yang mendedikasikan usahanya untuk meraih kemerdekaan tanpa adanya diskriminasi bagi golongan tertentu dengan memberikan kesempatan partisipasi yang setara bagi seluruh masyarakat untuk berpartisipasi mengusung kemerdekaan, termasuk para perempuan.
ADVERTISEMENT
Kemunculan Putri Mardika
Dari sekian banyak organisasi-organisasi yang bermunculan, organisasi-organisasi dan inisiatif pergerakan perempuan turut hadir di tengah-tengah gelora semangat meraih kemerdekaan. Kemerdekaan tak hanya milik suatu kaum saja, melainkan milik segenap bangsa Indonesia dengan berbagai keberagaman di dalamnya. Oleh karena itu, setiap orang memiliki hak dan kewajiban untuk berpartisipasi dalam perjuangan untuk mencapai kemerdekaan tanpa memandang jenis kelamin, gender, ras, suku, dan latar belakang lainnya.
Keadaan perempuan pada masa penjajahan sudah seharusnya menjadi sorotan oleh masyarakat maupun pemangku kebijakan yang tengah sama-sama berjuang dari penindasan kala itu. Kolonialisme dan peperangan telah menempatkan perempuan pada posisi yang sangat tertindas dan rentan. Di lain sisi, pengakuan dan penghormatan terhadap perempuan sebagai makhluk ciptaan Tuhan merupakan bagian dari hak asasi perempuan yang melekat pada diri perempuan tidak dapat dipisahkan. Semangat untuk memperjuangkan hak sekaligus melawan penindasan ini dibuktikan dengan munculnya organisasi-organisasi dan inisiasi pergerakan perempuan, salah satunya yaitu Putri Mardika.
ADVERTISEMENT
Pada era kolonial, inisiasi pergerakan perempuan telah dimulai dengan gagasan-gagasan individual untuk memajukan perempuan dan menumbuhkan rasa emansipasi untuk mencapai kesetaraan. Memasuki abad ke-20, individualisme dan kedaerahan perlahan mulai berkembang menjadi satu visi yang sama, yaitu nasionalisme. Pada tahun 1912, didirikanlah organisasi perempuan pertama di Batavia, yaitu Putri Mardika. Putri Mardika didirikan oleh R. A. Theresia Saburudin, R. K. Rukmini, dan R. A. Sutinah Joyopranoto. Organisasi ini bertujuan untuk memberikan motivasi terhadap para perempuan Indonesia tentang pentingnya peningkatan taraf hidup baik dalam pendidikan maupun kehidupan sosial. Berdirinya Putri Mardika ini untuk mencapai kemerdekaan yang seutuhnya dengan jalan memajukan pendidikan anak-anak perempuan. Hal tersebut beriringan dengan tujuan pergerakan perempuan yang khususnya mulai muncul dan berkembang di abad ini yaitu mengutamakan perubahan keadaan sosial bagi perempuan, seperti perbaikan kedudukan sosial, peningkatan kemampuan melalui pendidikan, serta meningkatkan keterampilan domestik.
ADVERTISEMENT
Permasalahan yang dihadapi perempuan pada abad ke-20 ini begitu kompleks, mulai dari penjajahan dan perang yang belum usai bahkan justru adat istiadat daerah yang menghambat kemajuan mereka sendiri. Putri Mardika berupaya untuk membebaskan perempuan agar ruang geraknya lebih terbuka karena selama ini terhalang oleh adat istiadat yang cenderung diskriminatif seperti pernikahan dini dan kurangnya akses pendidikan (sekolah).
Strategi Putri Mardika
Dalam perjuangannya, Putri Mardika memiliki beberapa strategi atau upaya-upaya yang dilakukan layaknya organisasi pergerakan kala itu, diantaranya adalah:
1. Surat Kabar Putri Mardika
Dalam rangka menjunjung wacana emansipasi perempuan, Putri Mardika menerbitkan surat kabar yang memuat gagasan dan pemikiran mereka yang kemudian akan dirundingkan bersama. Tak hanya itu, surat kabar ini pun berisi pengajaran agar perempuan cakap dalam berumah tangga, informasi pendidikan, dan informasi kegiatan Putri Mardika. Para penulis surat kabar ini tak hanya perempuan, ada juga yang laki-laki.
ADVERTISEMENT
2. Memberikan Beasiswa
Pokok tujuan atau tujuan utama gerakan Putri Mardika salah satunya adalah meningkatkan kualitas pendidikan terhadap perempuan, yaitu dengan memberikan beasiswa terhadap anak-anak yang tidak mampu mengenyam pendidikan terkhusus anak perempuan. Adanya pengaruh dari gagasan R. A. Kartini perihal pendidikan non diskriminatif menjadi acuan dari visi dan misi Putri Mardika dalam memperhatikan akses pendidikan bagi perempuan.
3. Aktif Berbaur dan Berpengaruh Besar
Putri Mardika bisa dikatakan sebagai pelopor sekaligus penggerak organisasi perempuan yang berhasil mengusung kesadaran emansipasi terhadap kaum perempuan kala itu. Putri Mardika juga memperkuat kedudukan organisasinya dengan bergabung dengan perhimpunan yang lain. Tak heran, organisasi ini berkembang cukup pesat dan banyak memberikan pengaruh dan membawa perubahan terhadap masyarakat.
ADVERTISEMENT
Dampak Hadirnya Putri Mardika
Sejak awal kemunculannya, Putri Mardika berkomitmen untuk memperjuangkan terciptanya kehidupan yang lebih layak bagi kaum perempuan, khususnya dalam bidang pendidikan dan berbagai upaya yang telah mereka lakukan terbukti membuahkan hasil. Terbukanya akses pendidikan bagi kaum perempuan menjadi salah satu bukti kesuksesan agenda yang dibawakan oleh Putri Mardika. Banyak perempuan yang mendapatkan pendidikan setara dengan laki-laki dan mulai bermunculan sekolah-sekolah untuk perempuan. Tak hanya itu, kemunculan Putri Mardika rupanya menjadi pemicu munculnya organisasi maupun perhimpunan perempuan lainnya di berbagai daerah yang tujuannya serupa, yaitu memperhatikan dan meningkatkan kualitas hidup perempuan. Adapun pengaruh Putri Mardika juga tampaknya memicu penyelenggaraan Kongres Perempuan Pertama pada tahun 1928.
Besarnya pengaruh dari Putri Mardika ini cukup memberi dampak yang besar dan disorot oleh masyarakat Indonesia. Pergerakan ini tak luput dari berita atau kabar simpang siur yang beredar di kalangan masyarakat kala itu. Sebagian kaum perempuan di Batavia beranggapan bahwa Putri Mardika menjadi wadah hanya bagi orang-orang perempuan yang terpelajar dan intelektual. Padahal, justru Putri Mardika berkomitmen untuk membuka akses pendidikan seluas-luasnya bagi anak-anak yang kurang mampu.
ADVERTISEMENT
Pelajaran Berharga Sisa Pergerakan Nasional
Perjuangan Organisasi Putri Mardika banyak membawa refleksi tak hanya bagi organisasi perempuan lainnya saat ini, melainkan juga diri perempuan itu sendiri. Banyaknya hambatan dalam mengusung ide-ide kesetaraan rupanya juga menjadi permasalahan yang tidak ada hentinya, mulai dari timbulnya ujaran kebencian hingga dalam kasus-kasus tertentu di era modern ini perempuan makin rentan mengalami diskriminasi dan kekerasan. Setelah tercapainya kemerdekaan Indonesia, pergerakan perempuan masih hidup dan berkembang subur di kalangan masyarakat Indonesia hingga kini. Pasang surut perjuangan perempuan untuk mencapai keadilan gender perlu dikaji pula sebagai bekal pemahaman bagaimana pola-pola perjuangan terbentuk dan faktor apa saja yang berpengaruh.
Adanya kesadaran bersama untuk mengusung kemerdekaan menjadi salah satu kunci bagi organisasi era pergerakan nasional ini. Mengingat masih banyak masyarakat yang belum menaruh perhatian dan kepeduliannya terhadap hal-hal diskriminatif yang sangat berpotensi untuk terjadi. Demi menghidupkan mimpi-mimpi pendahulu kita, ide-ide yang mereka bawa, perjuangan masih berlanjut hingga kini di tangan penerus bangsa untuk menciptakan ruang aman yang inklusif dan setara.
ADVERTISEMENT