Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Kenapa Kita Harus Berinvestasi pada Merek Fesyen Lokal?
6 Januari 2025 14:39 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Carolina Felicia Chandra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Semakin tua bumi kita, semakin banyak pula seruan akan aksi-aksi ramah lingkungan yang berupaya mentransformasikan segala aspek kehidupan secara berkelanjutan, termasuk dalam bidang fesyen. Ironisnya, seruan ini tidak sepadan dengan mayoritas yang masih tidak mampu meninggalkan fast fashion (mode cepat), atas berbagai alasan. Fast fashion atau mode cepat adalah produksi pakaian trendi secara masif dalam waktu yang singkat (kurang lebih 14 hari) untuk menekan biaya produksi dan mendapatkan keuntungan setinggi-tingginya. Dilansir dari ‘Fast Fashion Statistics (2024) ’ yang diunggah oleh UNIFORM MARKET, mode cepat mengalami peningkatan perluasan pasar sebesar 10.74% di tahun 2024. Belum lagi mengingat sisi gelap dari mode cepat yang berkaitan erat dengan isu lingkungan dan kemanusiaan, baik secara kasatmata maupun tidak. Dari data yang sama, diketahui bahwa merek Shein adalah penyumbang terbesar mode cepat di AS dengan pangsa pasar sebesar 50%. Selaras dengan itu, mode cepat merupakan penyumbang polusi terbesar ketiga di dunia, bertanggung jawab atas 10% dari total jejak karbon tahunan. Lalu, bagaimana dampak menjamurnya merek fast fashion di Indonesia?
ADVERTISEMENT
Survei yang dilakukan oleh Tinkerlust pada tahun 2022 menemukan, sebanyak 63.5% dari 665 responden di Indonesia lebih memilih untuk membeli produk fast fashion seperti Zara, H&M, Uniqlo, Nike, dan sejenisnya, atas alasan keterjangkauan dan model yang beragam jika dibandingkan dengan merek non fast fashion. Lebih dari itu, 35% responden juga mengungkapkan ketidaktahuannya terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh produksi maupun penggunaan fast fashion.
Faktanya, limbah tekstil menyumbang 2,5% dari keseluruhan jenis sampah (SIPSN, 2022). Meski tergolong persentase yang relatif sangat kecil, namun Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2021 mengungkapkan bahwa Indonesia menyumbang sebesar 2,3 juta ton limbah pakaian. Dari keseluruhan limbah pakaian ini, hanya 0,3 juta ton limbah yang dapat didaur ulang. Kondisi ini akan semakin mengkhawatirkan apabila tidak dihentikan dari manusia itu sendiri, yakni kita sebagai konsumen. Persis seperti apa yang dikatakan Lucy Siegle "Fast fashion isn't free. Someone, somewhere, is paying". Maka, untuk memutus rantai tersebut, berinvestasi pada merek fesyen lokal dapat menjadi langkah awal yang patut kita pertimbangkan. Tapi, kenapa?
ADVERTISEMENT
Mendukung Merek Fesyen Lokal = Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Lokal
Sedikit kilas balik, eksistensi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) pernah terancam akibat banyak masyarakat Indonesia yang lebih memilih untuk membeli produk merek luar negeri. Hal yang sama juga terjadi pada kategori produk fesyen, di mana banyak masyarakat Indonesia lebih memilih untuk membeli pakaian dari luar negeri melalui salah satu platform e-commerce, yaitu Shopee. Namun, menyadari ancaman yang timbul dari fenomena tersebut, Shopee Indonesia akhirnya menutup akses penjualan produk dari luar negeri per tanggal 4 Oktober 2023. Langkah ini diambil sebagai adaptasi dari Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31 Tahun 2023 , yakni untuk mendukung pertumbuhan produk UMKM lokal.
Kini, jumlah merek fesyen lokal Indonesia terus mengalami peningkatan, terutama sejak muncul–pasca pandemi Covid-19. Dengan membeli pakaian merek lokal, kita telah berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi lokal yang mungkin berpotensi untuk go-international. Beberapa merek fesyen lokal yang dapat kita coba, di antaranya seperti Erigo, Rucas, Buttonscarves, Sejauh Mata Memandang, Ecinos, Duma, SHIKU dan masih banyak lagi. Tentunya, kualitasnya tidak kalah bagus. Justru jauh lebih bagus dari pakaian merek luar negeri. Terkadang, jumlah uang yang kita keluarkan memang sedikit lebih besar, namun sebanding dengan kualitas yang akan kita dapatkan.
ADVERTISEMENT
Mengurangi Ketergantungan Konsumsi Fast Fashion
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa fast fashion merupakan produksi pakaian secara massal dalam waktu kurang lebih setiap dua minggu, di mana merek-merek fesyen ternama berupaya menciptakan atau mengejar tren baru (musiman) dalam dunia fesyen. Hal ini mendorong konsumen untuk berperilaku konsumtif, membeli pakaian yang sedang tren hanya karena takut tertinggal atau FOMO (Fear of Missing Out), dan cenderung tidak timeless (termakan oleh waktu). Seiring berjalannya waktu, pakaian tersebut tidak akan digunakan lagi karena sudah tidak tren dan akan berakhir menjadi limbah. Tentu fenomena ini akan berdampak buruk tidak hanya bagi lingkungan, tetapi juga individu itu sendiri akibat bersikap boros, membeli pakaian yang sebenarnya tidak begitu dibutuhkan dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Mendukung Sustainable Fashion atau Fesyen Berkelanjutan
Sejumlah merek fesyen lokal memiliki visi misi dalam mendukung praktik mode berkelanjutan dengan menciptakan pakaian bermaterial ramah lingkungan, penggunaan teknik tradisional seperti membatik dan eco-printing, produksi yang mengusung konsep zero waste melalui kegiatan recycling dan upcycling (mengolah kembali sisa-sisa kain menjadi produk baru), pembayaran upah pekerja sesuai dengan standar kondisi kerja yang baik, pemberdayaan pengrajin lokal, dan penjualan baju bekas yang masih layak pakai (thrifting).
Bagaimana dengan merek fesyen lokal yang lain? Sebagian besar merek fesyen lokal Indonesia saat ini mengusung konsep pakaian yang timeless (tak lekang oleh waktu) sehingga tetap modis untuk digunakan sampai kapanpun. Penyuaraan-penyuaraan di media sosial akan fesyen berkelanjutan lambat laun juga mempengaruhi preferensi masyarakat, di mana model pakaian yang basic dan timeless menjadi lebih diminati.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, fast fashion adalah venom bagi sustainable fashion. Praktiknya yang sangat tidak etis dengan tidak memperhatikan dampak lingkungan serta keselamatan pekerja menjadi isu tersembunyi yang tak kunjung terselesaikan sejak dulu. Maka, berinvestasi pada merek fesyen lokal menjadi cara tepat untuk mendukung praktik berkelanjutan dan berhenti berkontribusi pada isu negatif di balik praktik fast fashion tersebut.
Motif yang Autentik
Beberapa merek fesyen lokal mengedepankan motif yang autentik, mengadopsi kekayaan budaya dan alam Indonesia seperti motif batik atau motif eco-printing. Inovasi ini menciptakan pakaian yang terkesan limited edition karena lamanya proses pembuatan dan variasi motif yang selalu berbeda-beda.
Berinvestasi pada merk fesyen lokal memang bukan satu-satunya jalan dalam memerangi fast fashion, isu lingkungan, dan isu kemanusiaan di baliknya. Namun, untuk menghentikan rantai kebusukan ini, bagaimana jika tidak dimulai dari diri kita sendiri? Sebagai seorang konsumen, kita memiliki akal sehat untuk menjadi seseorang yang tidak apatis dan melakukan konsumsi dengan penuh pertimbangan (mindful consumption). Ini jauh lebih penting dibandingkan membeli pakaian secara impulsif dari merek lokal yang sebenarnya tidak begitu dibutuhkan. Bagaimanapun juga, berinvestasi pada merek fesyen lokal merupakan langkah awal yang patut kita pertimbangkan untuk memerangi fast fashion dan isu di baliknya.
ADVERTISEMENT