5 Jurus Menghadapi Atasan atau Bos yang Menyebalkan

Konten dari Pengguna
4 Mei 2018 20:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Carolina Ratri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tak semua orang punya keberuntungan mendapatkan bos ideal. Ada kalanya bos yang kita hadapi sehari-hari adalah tipe yang ‘menyebalkan’.
ADVERTISEMENT
Tak perlu takut. Hadapi saja dengan cara yang benar.
Begini cara-cara menghadapi berbagai tipe bos yang menyebalkan
1. Tipe santai
Jika Senin sampai Jumat adalh hari kerja seseorang pada umumnya, lain halnya dengan bos tipe ini. Senin sampai Kamis digunakan untuk ke sana kemari, namun sebenarnya nggak ada kegiatan bermakna.
Ia sibuk berkunjung ke kubikel satu ke kubikel lain bukan untuk membicarakan pekerjaan, tapi untuk bergosip. Membuka laptop dan tampak sibuk, tapi nyatanya malah browsing online shop. Pergi makan siang dengan klien di resto mahal, namun dilanjutkan dengan berkeliling mal sampai lupa waktu.
Nah, di hari Jumat ia baru deh kalang kabut karena pekerjaannya menumpuk.
Punya atasan yang seperti ini memang menguji kesabaran banget. Di kala orang lain berkutat dengan pekerjaan, ia justru bersantai-santai ria.
ADVERTISEMENT
Cobalah memandang atasan yang bermalas-malasan ini sebagai sebuah peluang. Jangan ragu untuk mengajukan diri untuk meng-handle proyek yang menarik. Atasan tentu akan dengsan senang hati melepas pekerjaan tersebut.
Dampak positifnya, daftar pengalaman kita dalam CV bertambah. Dan siapa tahu, kita pun bisa menarik perhatian si bos besar, yang berarti peluang promosi akan terbuka lebar.
2. Tipe egois
Baginya, aturan perusahaan dibuat hanya untuk karyawan. Sedangkan ia bisa mengabaikan aturan-aturan yang dianggap terlalu membatasi ruang geraknya.
Misalnya saja, menghindari bertemu klien saat weekend, dan melimpahkan semuanya pada kita, bawahannya. Atau, rajin pulang tepat waktu tanpa peduli bawahannya pada lembur mati-matian.
Jangan ragu untuk berkata ‘tidak’ pada bos seperti ini, ketika kita diharuskan berkorban, sedangkan ia hanya bersantai-santai.
ADVERTISEMENT
Ingat, di lingkungan kerja, semua orang memiliki peran masing-masing. Baik kita sendiri, maupun atasan, punya kewajiban yang sama, yaitu menyelesaikan pekerjaan dan bekerja sebaik mungkin.
Kita bekerja dalam tim yang memerlukan pemimpin yang mampu mengayomi, bukan melepas tanggung jawab.
3. Tipe pendikte
Tipe seperti ini cenderung khawatir pada kinerja anak buahnya jika kurang sesuai dengan apa yang diinginkannya. Ujung-ujungnya, kitaa serasa mendapat instruksi terus-terusan soal apa yang harus dan yang nggak boleh dilakukan.
Mulai dari A-Z, ia selalu mau ikut campur dan mengawasi apa yang dilakukan. Alhasil, kita jadi merasa nggak bebas, karena harus selalu menuruti apa yang diinstruksikan.
Rasanya kayak robot saja. Perfeksionis boleh-boleh saja, tapi jangan berlebihan.
ADVERTISEMENT
Saat sedang rapat, beri saja ia ide-ide brilian yang belum pernah dikemukakan sebelumnya. Berpikirlah out of the box, namun tetap berpegang pada hasil yang maksimal. Yakinkan atasan bahwa kita bisa meng-handle proyek berikutnya dengan baik dan berjalan lancar, sehingga ia tak perlu repot mengawasi setiap langkah yang tim lakukan.
4. Tipe pembully
Memiliki teman yang hobi mem-bully saja sudah bikin hidup tak nyaman, apalagi harus bekerja sama dengan atasan tipe seperti ini.
Bos dengan tipe seperti ini, kata-katanya begitu pedas dan mampu membuat semangat jadi down. Ketika yang kita lakukan nggak sesuai dengan keinginannya, bos mulai marah-marah. Rasanya kerja keras selama ini jadi nggak dihargai ya.
Kalau memang kita adalah tipe yang ‘tahan banting’, kekerasan verbal yang dilakukan mungkin bisa saja dianggap angin lalu. Namun, kadang kesabaran juga ada batasnya. Terlalu lama bekerja di lingkungan seperti ini bisa mengganggu kesehatan fisik dan psikis lo!
ADVERTISEMENT
Well, bagaimanapun, yang namanya kekerasan pastinya tidak dibenarkan ya. Selama masih bertahan bekerja di perusahaan tersebut karena banyak hal positif yang bisa didapatkan, ya boleh saja bertahan. Namun, kalau tidak, ya jangan ragu untuk resign, karena kita berhak untuk mendapatkan pekerjaan dan lingkungan kerja yang lebih baik.
5. Tipe tebar pesona
Jabatannya memang sebagai bos yang harusnya memimpin, tapi hobinya hanya tebar-tebar pesona demi menjaga reputasi baik saja.
Lha terus, yang membangun reputasi siapa ya?
Ya pasti anak buahnya yang bekerja keras, supaya target perusahaan tercapai. Ia sih hanya tampil di depan layar, membangun relasi yang baik, berpenampilan all out, namun lepas tangan jika sudah berurusan langsung dengan kerjaan.
Bahkan, ia tak segan-segan mendompleng nama dan bilang bahwa ia juga ikut ‘bekerja’ di hadapan para kolega, agar ‘kerja kerasnya’ juga diakui.
ADVERTISEMENT
Nggak perlu membeberkan kebohongannya sih. Tak mau kan membuatnya marah dan lalu memusuhi?
Bicaralah pada bos baik-baik, bagaimana keadaan ‘di balik layar’ itu yang sesungguhnya, dan bagaimana proses yang dirasakan oleh tim selama menyelesaikan proyek yang ia berikan.
Jelaskan, bahwa tim membutuhkan keterlibatannya agar pekerjaan tersebut mendapat pengawasan sebagaimana mestinya. Membicarakan kepalsuan atasan di depan umum hanya akan membuatnya malu dan mungkin ini juga berefek tak baik juga buat kita.
Nah, semoga dengan begini, tak perlu ada masalah lagi dari si atasan rese ya!