Konten dari Pengguna

Revolusi Industri China: Langkah Besar Menuju Dominasi Teknologi Dunia

Cecillia Advenda
Mahasiswa Program Studi Ekonomi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
11 Desember 2024 12:54 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cecillia Advenda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Transformasi Teknologi (https://www.pexels.com/cottonbro studio)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Transformasi Teknologi (https://www.pexels.com/cottonbro studio)
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa dekade terakhir, China telah mengalami transformasi ekonomi, yang semula bergantung pada industri berbasis tenaga kerja rendah menjadi pusat inovasi dan teknologi yang canggih. Salah satu strategi utama China dalam menghadapi tantangan serta memperkuat posisinya sebagai negara dengan perekonomian kuat yaitu melalui program Made in China 2025. Inisiatif yang diumumkan oleh pemerintah China pada tahun 2015 ini, bertujuan untuk mengubah China dari negara dengan produksi rendah menjadi negara yang berfokus pada produksi berbasis teknologi tinggi.
ADVERTISEMENT

Pilar-Pilar Strategi Made in China 2025

Pertama, China ingin menjadi pemimpin global dalam inovasi teknologi. Pemerintah mendorong perusahaan untuk melakukan penelitian dan pengembangan yang intensif dalam berbagai bidang, termasuk kecerdasan buatan, robotika, kendaraan listrik, energi baru dan terbarukan, serta teknologi informasi dan komunikasi.
Kedua, peningkatan kualitas produk menjadi fokus utama dari strategi ini. China ingin mengatasi citra negatif terkait dengan produk "Made in China" yang dianggap memiliki kualitas rendah. Pemerintah mendorong perusahaan untuk meningkatkan standar kualitas dan memastikan produk yang dihasilkan memenuhi persyaratan internasional
Ketiga, Green Manufacturing. China ingin mengurangi dampak lingkungan dari kegiatan industri. Oleh karena itu, strategi ini mendorong perusahaan untuk mengadopsi praktik manufaktur yang ramah lingkungan, menggunakan energi terbarukan, dan mengurangi emisi karbon. Pada tahun 2023, sekitar 40% dari total kapasitas pembangkit listrik baru di China berasal dari sumber energi terbarukan
ADVERTISEMENT
Keempat, Made in China 2025 juga bertujuan untuk memodernisasi sektor manufaktur China dengan menerapkan teknologi canggih seperti kecerdasan buatan, internet of things (IoT), dan robotika. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan fleksibilitas dalam proses produksi
Kelima, China berkomitmen untuk meningkatkan akses pasar dan perlindungan hak kekayaan intelektual. Pemerintah telah meluncurkan kebijakan yang mendorong investasi asing dan kerjasama dengan mitra internasional dalam bidang inovasi dan teknologi.

Dampak

Program Made in China 2025 telah mencapai beberapa keberhasilan dalam mengembangkan industri canggih dan teknologi. Banyak perusahaan China telah menjadi pemimpin global dalam berbagai sektor, seperti telekomunikasi, barang elektronik, kendaraan listrik, dan peralatan energi terbarukan. Mengutip data dari CAAM (China Association of Automobile Manufacturers), terdapat lebih dari 10 juta kendaraan listrik yang terdaftar di China pada tahun 2022. Kemudian, perusahaan seperti Huawei dan Xiaomi telah menjadi pemimpin global dalam sektor telekomunikasi dan elektronik konsumen. Program ini telah memberikan stimulus bagi pertumbuhan ekonomi China, menciptakan lapangan kerja baru, dan memperkuat daya saing China di pasar global.
ADVERTISEMENT
China telah menjadi salah satu pemimpin dalam pengembangan jaringan 5G dan teknologi kecerdasan buatan (AI). Perusahaan-perusahaan lokal seperti Huawei dan Alibaba tidak hanya beroperasi di pasar domestik, tetapi sudah masuk ke pasar internasional termasuk Indonesia. Contoh keberhasilan lain, dilihat dari implementasi Made in China 2025 dalam sektor kendaraan energi baru. Posisi China kini menjadi pasar terbesar di dunia untuk mobil listrik. Perusahaan seperti BYD dan NIO telah tumbuh menjadi pemimpin global dalam industri ini.

Tantangan Internal dan Eksternal

Namun, program Made in China 2025 juga menghadapi beberapa tantangan yang perlu diatasi. Salah satu tantangan utama adalah ketergantungan pada teknologi asing, yang masih menjadi masalah bagi banyak perusahaan China. Beberapa komponen teknologi masih harus diimpor dari negara lain. Selain itu, adanya ketidakpastian dalam kebijakan internasional dan ketegangan geopolitik juga dapat mempengaruhi pelaksanaan program ini.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, terdapat tantangan secara internal seperti adanya kesenjangan antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Perlu adanya perubahan struktural untuk mendukung inovasi yang berkelanjutan. Meskipun pemerintah telah berusaha untuk mengatasi masalah ini, implementasi kebijakan sering terhambat oleh adanya birokrasi dari pihak tertentu.

Implikasi Global

Transformasi industri dalam strategi Made in China 2025 tidak hanya berdampak pada ekonomi lokal, tetapi juga memiliki kontribusi besar dalam perekonomian dunia. Dengan meningkatnya kemampuan teknologi, China berpotensi mengubah dinamika perdagangan internasional. Dominasi teknologi China menggeser kekuatan ekonomi global, dimana negara-negara lain harus beradaptasi dengan cepat untuk tetap bersaing.
Made in China 2025 adalah inisiatif ambisius untuk mengubah China menjadi kekuatan manufaktur berbasis teknologi tinggi. Strategi ini berfokus pada inovasi, peningkatan kualitas, manufaktur ramah lingkungan, modernisasi, dan keterbukaan pasar. Meskipun telah mencapai beberapa keberhasilan signifikan, China masih menghadapi tantangan seperti ketergantungan pada teknologi asing dan ketegangan geopolitik. Dengan strategi yang tepat, China berpotensi menjadi pemimpin global di industri canggih.
ADVERTISEMENT
China perlu memastikan bahwa pertumbuhan industrinya berkelanjutan, seperti pengembangan teknologi hijau dan pengurangan emisi karbon dalam proses manufaktur. Inisiatif ini selaras dengan komitmen China untuk mencapai Net Zero Emission pada tahun 2060. Made in China 2025 tidak hanya tentang dominasi China, tetapi juga tentang bagaimana dunia merespon perubahan yang dibawa oleh revolusi teknologi. Dengan mengadopsi pendekatan yang lebih kooperatif, dunia dapat menciptakan ekosistem teknologi yang adil dan saling menguntungkan.
Cecillia Advenda Pranayadati, Mahasiswa Program Studi Ekonomi, Universitas Sanata Dharma