Pusaran Budaya Kerja Toxic: Dilema Bertahan atau Resign?

Ceicilia
Mahasiswa Program Studi Manajemen Universitas Pembangunan Jaya
Konten dari Pengguna
6 Agustus 2023 17:11 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ceicilia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi lingkungan kerja toxic. Foto: Shutterstock/Littleaom
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lingkungan kerja toxic. Foto: Shutterstock/Littleaom
ADVERTISEMENT
Lingkungan kerja toxic dapat memberikan dampak yang serius pada kesehatan fisik dan mental karyawan. Perilaku toxic dapat berbentuk dari beberapa perilaku seperti pengabaian, diskriminasi, pelecehan verbal, dan intimidasi.
ADVERTISEMENT
Seseorang yang terjebak dalam lingkungan toxic, kebanyakan tidak berani keluar dari lingkungan tersebut karena mereka takut untuk mengambil konsekuensi yang mungkin akan terjadi ketika mereka keluar dari hal tersebut.
Namun, pada saat yang bersamaan juga seseorang tersebut perlu meninggalkan lingkungan kerja tersebut agar dapat dapat menjaga kesehatan fisik dan mental, serta kesejahteraan mereka.
Lingkungan kerja merupakan tempat atau ruangan yang di mana di dalamnya terdapat kegiatan pekerjaan hingga hubungan antar-karyawan, manajemen, dan juga kebijakan dari perusahaan.
Lingkungan kerja yang sehat merupakan salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan kesejahteraan karyawan. Namun sekarang ini kita ketahui bahwa tidak semua lingkungan kerja mencerminkan kondisi yang sehat.
Beberapa dari kita mungkin bekerja dalam lingkungan kerja yang toxic, perilaku yang tidak sehat, dan konflik antara satu sama lain yang mengakibatkan karyawannya tidak betah untuk bekerja.
ADVERTISEMENT

Ciri Lingkungan Kerja Toxic

Sumber: pexels.com

Adanya Senioritas

Senioritas yang dimaksud dalam hal ini adalah karyawan yang mereka sudah lama dan berpengalaman dalam suatu organisasi ataupun industri tersebut.
Mereka memiliki pengetahuan, keterampilan, dan wawasan yang lebih luas serta mereka memberikan pengaruh besar kepada karyawan yang lebih baru. Namun senioritas ini bukan menjadi penghalang seseorang agar dapat menjadi lebih berkembang lagi dalam dunia kerjanya.

Beban Jam Kerja Lebih Banyak dan Sering Lembur

Jam kerja lebih banyak dan sering lembur juga termasuk dalam kerjaan lingkungan toxic karena karyawan tersebut bekerja lebih dari jumlah kerja standar yang ditetapkan oleh perusahaan.
Biasanya ini dilakukan karena perusahaan tersebut ingin memenuhi target dalam tengat waktu yang diberikan dengan cepat. Dibalik itu juga sering lembur juga memberikan dampak negatif bagi karyawan tersebut seperti penurunan produktivitas dalam jangka panjang dan stres serta kelelahan.
ADVERTISEMENT
Di balik semua itu terdapat cara untuk mengatasi lingkungan yang toxic di antaranya dengan kita tetap fokus dan mengerjakan apa yang menjadi tugas kita serta berkomunikasi dengan orang yang kita percaya.
Jangan sesekali kita mencoba untuk bergabung dalam hal tersebut karena ini dapat menyebabkan kita jatuh dan ikut terjerumus juga dalam lingkungan yang toxic ini.
Pada dasarnya jam bekerja banyak dan sering lembur juga dapat memberikan manfaat bagi perusahaan maupun individu. Namun, apabila keseringan tentunya ini dapat mengganggu kesehatan fisik maupun mental pribadi tersebut.
Sehingga dari sini dapat kita simpulkan, bekerja dan bertahan dalam lingkungan kerja yang toxic merupakan pilihan individu tersebut. Selagi hal tersebut tidak memberikan dampak negatif dan dampak yang fatal untuk orang tersebut.
ADVERTISEMENT
Kita harus menghargai keseimbangan hidup kita karena dengan menghargai hal ini kita dapat mencapai kehidupan kita yang lebih produktif, baik, dan memberikan kesejahteraan.