Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
Biografi Maudy Ayunda, Perempuan Muda dengan Segudang Prestasi
14 April 2022 10:41 WIB
Tulisan dari Celine Indira Susilo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Perempuan muda dengan sebutan ‘It Girl’ satu ini akan selalu menjadi inspirasi banyak orang.
ADVERTISEMENT
Kata ‘It Girl’ sendiri berarti mendapatkan perhatian dari banyak orang, memiliki kekuatan untuk didengar dan memotivasi serta memiliki prestasi yang menginspirasi. Pemiliki sebutan tersebut tak lain ialah Maudy Ayunda.
ADVERTISEMENT
Ayunda Faza Maudya atau biasa dikenal dengan Maudy Ayunda lahir pada tanggal 19 Desember 1994 di Jakarta, Indonesia. Maudy Ayunda merupakan anak pertama dari pasangan Didit Jasmedi dan Mauren Mudjoko. Maudy Ayunda mempunyai adik perempuan bernama Amanda Khairunnisa yang usianya 3 tahun lebih muda.
Masa kecil Maudy Ayunda.
Saat masih kecil, Maudy cenderung pendiam dan pemalu. Ia merupakan anak rumahan dan sering menghabiskan waktu dengan membaca buku yang sudah dilakukannya sejak berumur 3 tahun. Kecintaannya pada buku membuatnya berhasil menulis buku pertamanya berjudul “A Forest of Fables” pada usia 10 tahun yang mana ia menyumbangkan hasil penjualannya untuk para korban tsunami di Aceh. Selain buku, Maudy pun menyukai berbagai aktivitas seperti menulis, bernyanyi, berenang, bermain piano dan gitar. Salah satu hobinya yang sudah tak asing didengar adalah belajar. Ia merupakan orang yang sangat gemar belajar dan sangat bersemangat saat akan menghadapi ujian. Ibunya juga mengatakan bahwa Maudy selalu ranking kelas dan meraih aneka perhargaan di sekolahnya.
ADVERTISEMENT
Awal karier entertainment Maudy Ayunda.
Debut pertama Maudy Ayunda di dunia hiburan tanah air diawali dengan membintangi film “Untuk Rena” pada tahun 2005. Melalui perannya, Maudy bahkan menerima penghargaan Aktris Utama Terpilih oleh Festival Film Jakarta 2006 di usianya yang baru 11 tahun. Setelah debutnya di layar lebar, Maudy berhenti sejenak untuk fokus pada pendidikannya saat itu. Setelah 4 tahun, Maudy kembali membintangi film berjudul “Sang Mimpi” yang merupakan sekuel film “Laskar Pelangi”. Sejak saat itu, Maudy terus menunjukan kebolehannya dalam berakting di film-film populer seperti, “Perahu Kertas”, “Trinity, the Nekad Traveler”, Habibie & Ainun 3”, dan sebagainya. Tak hanya berakting, Maudy debut sebagai penyanyi dengan merilis album pertamanya pada tahun 2011.
ADVERTISEMENT
Pendidikan Maudy Ayunda.
Sejak TK sampai kelas 2 SD, Maudy bersekolah di sekolah Al-Izhar yang berkurikulum nasional. Namun setelah itu, Maudy pindah ke sekolah Mentari Intercultural School yang berkurikulum nasional plus. Ibunya mengungkapkan bahwa rasa kecewanya dengan sistem pembelajaran menghafal merupakan alasannya untuk memindahkan Maudy ke sekolah tersebut yang saat itu baru memiliki dua angkatan. Awalnya, Maudy sempat kesulitan mengikuti pelajaran lantaran saat itu ia terbiasa dengan bahasa Indonesia serta Jawa dan belum lancar berbahasa Inggris. Namun ia menganggap kesulitan tersebut sebagai tantangan untuk belajar bahasa baru dan mengejar ketertinggalannya. Maudy pun bersekolah di sekolah tersebut hingga SMP. Kemudian, Maudy pindah ke British School Jakarta saat SMA. Maudy bahkan mampu membayar biaya sekolah dengan uang tabungannya sendiri yang didapatkan dari kariernya menjadi model dan brand ambassador di beberapa merek. Selain berprestasi di bidang akademis, ia aktif di berbagai kegiatan sekolah dan organisasi. Hingga pernah menjadi ketua OSIS di sekolahnya. Setelah lulus dari bangku SMA, Maudy memutuskan untuk melanjutkan studinya di luar negeri.
ADVERTISEMENT
Ia pun mendaftar dan berhasil diterima di beberapa universitas terbaik di dunia, seperti Oxford University di Inggris dan Colombia University di Amerika Serikat. Ia akhirnya memilih Oxford University, Inggris dengan jurusan Filosofi, Politik, Ekonomi (PPE). Tiga tahun setelah kelulusannya, Maudy memutuskan untuk melanjutkan studinya ke jenjang S2 dengan beasiswa LPDP. Ia kembali berhasil diterima di dua universitas terbaik dunia, Stanford University dan Harvard University. Ia sempat mengungkapkan kegalauannya dalam memilih dan akhirnya memilih Stanford dengan mengambil 2 jurusan. Ia mengambil Joint Degree Program (JDP) yang merupakan kombinasi dua gelar pasca sarjana yang dapat diambil mahasiswa secara bersamaan. Ia memilih jurusan administrasi bisnis dan menambahkan pendidikan sebagai jurusan tambahan pada akhir semester pertama. Hebatnya, Maudy Ayunda hanya membutuhkan waktu 2 tahun untuk menuntaskan studi S2nya. Kini terdapat tiga gelar yang melengkapi namanya menjadi Ayunda Faza Maudya, B.A., M.A., M.B.A.
ADVERTISEMENT
Hidup mandiri di negara asing.
Menuntut ilmu di luar negeri berarti hidup keluar dari zona nyamannya. Kehidupannya sebagai seorang mahasiswi di Oxford sangat jauh dari kenyamanan di Jakarta. Selain melakukan kewajibannya sebagai mahasiswa, ia pun harus belajar menghidupi diri sendiri di lingkungan baru bersama wajah-wajah baru. Segala perjuangan dan kerja kerasnya akhirnya terbayarkan dengan gelar sarjana yang didapatkannya hanya dalam kurun waktu sekitar 3 tahun.
Pada tahun 2019, ia kembali menempuh jalur yang sama untuk melanjutkan studi S2 di Stanford University, Amerika Serikat. Ia mengaku masih merasa takut hidup sendiri di tempat baru dengan kebiasaan, budaya yang belum familiar baginya. Beberapa bulan setelah ia berada di Amerika, pandemi menerjang dan mengharuskannya untuk kuliah secara daring. Ia mengungkapkan keresahannya selama pembelajaran daring bahwa dirinya sering mengalami sakit kepala dan pusing karena terlalu lama menatap layar.
ADVERTISEMENT
Lahirnya Maudy Ayunda Foundation.
Mimpinya untuk memelopori “Edutainment” membuatnya mendirikan suatu yayasan bernama Maudy Ayunda Foundation. Yayasan tersebut dibuatnya sebagai bentuk kepedulian terhadap siswa-siswi Indonesia dengan program yang berfokus pada beasiswa terhadap anak-anak miskin dan mentoring. Selain itu, ia juga menjadi co-founder gerakan Leaders Camp. Gerakan tersebut adalah gerakan berbagi ilmu ke sekolah-sekolah, menyebar sejuta buku, menyediakan beasiswa dalam dan luar negeri, dan kegiatan lainnya.
Kontribusinya terhadap Indonesia.
Selain membangun karier di dunia hiburan dan pendidikan, Maudy juga menaruh perhatian pada dunia sosial, politik, dan ekonomi Indonesia. Pada tahun 2015, ia pernah berkesempatan mendampingi Perdana Menteri Inggris saat mengunjungi Jakarta dan menjadi pembicara termuda di Forum Ekonomi Global 2015. Ia juga ditunjuk sebagai juru bicara melawan perbudakan modern di Istana Wakil Presiden pada Maret 2017. Tak sampai di situ, ia kembali ditunjuk untuk berpartisipasi menjadi juru bicara untuk Presidensi G20 Indonesia. Ia dipercaya oleh menteri Komunikasi dan Informatika untuk menyampaikan informasi terkait pelaksanaan kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Indonesia. Melalui kesempatan dan karyanya tersebut, Maudy mengedukasi dan memberikan pesan-pesan inspiratif kepada seluruh masyarakat terutama para anak muda Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kehidupan Maudy Ayunda yang 'terlihat' sempurna.
Cantik, muda, berbakat, dan berprestasi merupakan kata yang sangat menggambarkan Maudy Ayunda. Kehidupan dan kariernya yang terlihat sempurna membuat banyak orang mengaguminya. Namun, tidak semua orang memberikan tanggapan yang positif terhadap prestasinya. Beberapa orang merasa bahwa kesuksesan Maudy Ayunda didapatkannya melalui privilese yang dimilikinya. Disebutkan bahwa Maudy berjalan di karpet merah kemudahan dan fasilitas, sehingga lebih mudah baginya untuk meraup prestasi-prestasi. Namun, kepintarannya untuk menempatkan diri dan memanfaatkan segala dukungan, kerja keras serta kegigihannya merupakan faktor dari keberhasilannya sekarang. Ia mengatakan bahwa hak istimewa bisa membutakan atau membuka mata, pilihan ada ditangan kita. Maka dari itu, kisah kehidupannya yang terlihat sempurna ternyata memiliki banyak cerita dibaliknya. Kisah Maudy Ayunda mengajarkan jika kehidupan merupakan aset yang singkat juga berharga sehingga harus digunakan untuk hal-hal positf dan bermakna bagi orang-orang di sekitar kita.
ADVERTISEMENT