Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Kisah Klasik di Balik Lawang Sewu
26 April 2022 17:28 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Celsy AP tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lawang Sewu merupakan salah satu bangunan tua peninggalan Belanda yang telah berdiri kokoh selama hampir ratusan tahun serta telah melewati berbagai perkembangan zaman. Lawang Sewu terletak ditengah pusat Kota Semarang dan bersebrangan langsung dengan Monumen Tugu Muda dan Museum Mandala Bhakti yang saat ini lokasi-lokasi tersebut telah dijadikan sebagai tempat wisata khas Kota Semarang. Namun dibalik megah dan kokohnya bangunan Lawang Sewu tersimpan berbagai cerita yang sejarah menarik. Lawang Sewu atau dalam Bahasa Indonesia “Lawang” yang berarti pintu dan “Sewu” yang berarti seribu sehingga Lawang Sewu memiliki arti seribu pintu. Masyarakat Semarang menyebutnya demikian dikarenakan jumlah pintunya yang dianggap sangat banyak. Namun realitanya jumlah pintu tersebut hanya berjumlah 429 saja tetapi bangunan ini memiliki jendela yang panjang dan lebar sehingga apabila dilihat seperti layaknya sebuah pintu.
ADVERTISEMENT
Gedung Lawang Sewu ini dibangun oleh Belanda ketika Pemerintah Belanda menduduki Indonesia dan berada di Kota Semarang pada tanggal 27 Februari 1904 dan selesai diresmikan pembangunannya pada tanggal 1 Juli 1907. Pembangunan gedung yang memakan waktu selama kurang lebih 3 tahun. Arsitektur bangunan yang modern ini dirancang oleh seorang arsitektur dari Belanda yaitu Prof. Jacob F. Klinkhamer dan BJ Queendag. Pada awalnya bangunan ini difungsikan sebagai Kantor Pusat Perkeretaapian Hindia Belanda (NIS atau Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij) yang termasuk sebagai salah satu kantor pusat pertama. Gedung ini dibangun oleh rancangan Romanes Revival dan pembangunan gedung ini dinilai menarik karena menyesuaikan dengan iklim tropis yang ada di Indonesia, mengingat di zaman sekarang ini terdapat berbagai gedung yang tidak menyesuaikan iklim tropis di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Gedung Lawang Sewu dianggap memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi karena gedung ini merupakan salah satu saksi bisu tentang terjadinya sebuah peristiwa pertempuran yang terjadi di Kota Semarang atau disebut sebagai Pertempuran 5 Hari di Semarang yang terjadi mulai dari tanggal 14 Oktober 1945 sampai 19 Oktober 1945. Pertempuran tersebut tentunya sangatlah membekas diingatan masyarakat karena kala itu para pemuda Indonesia tengah berjuang mati-matian dalam melawan para tentara Jepang yang menduduki Kota Semarang. Dengan perjuangan para pemuda Indonesia serta lokasi pertempuran yang kebetulan terjadi disekitar gedung Lawang Sewu ini, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk membuat sebuah monumen yang bertujuan untuk mengenang para pahlawan yang telah gugur dalam pertempuran tersebut dengan nama Monumen Tugu Muda.
ADVERTISEMENT
Sementara itu pada Gedung Lawang Sewu diketahui bahwa sempat beberapa kali gedung tersebut beralih fungsi dan mengalami pemugaran. Hingga kemudian menjadikan gedung ini kosong tak terpakai. Namun sempat beberapa kali gedung ini dijadikan sebagai tempat pameran. Atas kondisi tersebut Pemerintah Kota Semarang memilih untuk menjadikan Lawang Sewu sebagai salah satu jenis bangunan bersejarah yang memiliki nilai sejarah sangat tinggi dan menjadikan gedung ini sebagai tempat wisata yang dapat dikunjungi oleh seluruh masyarakat dari dalam ataupun luar negeri. saat ini Gedung Lawang Sewu telah menjadi salah satu destinasi sejarah yang memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi. dengan hal ini kita selaku masyarakat Indonesia dan generasi penerus bangsa harus mengerti apa saja hal-hal ataupun upaya yang dapat dilakukan untuk melestarikan peninggalan bersejarah tersebut serta upaya apa saja untuk menjaga eksistensinya agar tetap terjaga dengan baik.
ADVERTISEMENT