Konten dari Pengguna

Perjalanan Healing Kami ke Situ Gunung Sukabumi yang Eksotis

Dwi Hapsari
Part time freelance writer and fulltime housewife Diploma Bahasa Jepang Unpad 03
2 Februari 2023 17:34 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
21
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dwi Hapsari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jembatan Gantung Situ Gunung sumber foto: Shutterstock.com
zoom-in-whitePerbesar
Jembatan Gantung Situ Gunung sumber foto: Shutterstock.com
ADVERTISEMENT
Halo! Kali ini saya akan menceritakan perjalanan saya dan keluarga ke Situ Gunung Sukabumi, Jawa Barat. Karena saya memang tinggal di daerah Jawa Barat maka perjalanan travelling saya kebanyakan masih di daerah sekitar Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Yuk, kita mulai. Mungkin sebelumnya teman-teman belum familiar dengan nama Situ Gunung, apalagi jika teman-teman bukan dari Sukabumi atau daerah di sekitarnya. Tetapi semenjak Situ Gunung mempunyai Jembatan terpanjang di Asia Tenggara yang dibangun pada tahun 2019 yang bernama Situ Gunung Suspension Bridge, popularitas wisata alam ini langsung melesat hingga ke mancanegara.
Jembatan gantung dengan panjang 243 meter dan tinggi 121 meter dari permukaan tanah yang terletak di tengah hutan Taman Wisata Situ Gunung ini memang cukup menarik perhatian banyak turis, baik lokal maupun asing.
Waktu itu tahun 2019 saat Situ Gunung Suspension Bridge baru diresmikan pada bulan Maret. Saya sudah sangat ingin mengunjungi tempat tersebut karena tertarik ingin mencoba sensasi melewati jembatan gantung yang sangat panjang dan tinggi tersebut. Tentunya karena bisa memacu adrenalin.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, saya dan keluarga kecil saya mempunyai kesempatan untuk berwisata ke sana sewaktu libur lebaran di 2019. Karena belum terlalu banyak yang tahu, khususnya orang-orang dari kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Bogor, dan lain sebagainya. Maka perjalanan menuju ke sana sangat lancar dan tidak ada kendala macet sama sekali.
Lain halnya dengan saat ini, setiap libur lebaran tiba, daerah menuju Situ Gunung pasti macet dan di tempat wisatanya pun antrean akan mengular panjang. Apalagi Tol Bocimi tahap II yang baru saja dibuka membuat banyaknya wisatawan dari kota-kota besar mulai banyak yang mengunjungi Situ Gunung Suspension Bridge ini.
Saat itu saya tiba di tempat tujuan sekitar pukul 10.00 pagi. Saya beserta suami dan anak saya merasa sangat senang dengan kondisi alam yang masih asri, banyaknya pohon Pinus dan Damar yang rindang, juga dengan udara khas pegunungan yang sangat sejuk sekali.
ADVERTISEMENT
Letak Situ Gunung ini berada di atas, cukup jauh dari pusat kota Sukabumi, tepatnya di Kadudampit Sukabumi. Kawasan Situ Gunung masih berada di lingkup kawasan Taman Nasional Gede Pangrango.
Sumber foto: Shutterstock.com
Pertama kali sampai di sana, kami membeli tiket masuk untuk 2 orang dewasa sebesar Rp100 ribu. Anak saya yang masih berumur 4 tahun, diperbolehkan masuk tanpa membayar tiket. Untuk diketahui harga tiket tersebut harga tiket pada tahun 2019, sedangkan harga tiket sekarang bisa dilihat langsung ke websitenya.
Setelah itu, kami berjalan menuju jalan setapak berbatu yang lebarnya mungkin bisa untuk 1 mobil. Kami lewati jalan setapak dengan pemandangan pohon-pohon yang menjulang tinggi, mungkin kami perkirakan umur pohon tersebut sudah puluhan mungkin ratusan tahun yang lalu. Lalu, sesekali ada monyet jenis Surili yang mengintip dari pepohonan. Di atas dahan ada tulisan yang menyebutkan, "Tidak boleh memberi makan monyet sembarangan." Tentu saja kami harus menuruti aturan tersebut.
ADVERTISEMENT
Selang 10 menit berjalan, kami melihat ada tempat, seperti tempat beristirahat untuk para wisatawan, yaitu berupa bale besar yang di dalamnya terdapat welcome drink dan snack yang gratis untuk kita nikmati. Makanan ringannya berupa pisang rebus, singkong, dan ubi rebus.
Untuk minumnya ada teh dan kopi yang panas. Memang hidangan yang sangat cocok dengan daerah yang dingin seperti itu. Jika ada yang ingin menyantap makanan berat, di sebelahnya ada juga food corner, tetapi itu berbayar ya tidak gratis.
Sumber foto: Shutterstock.com
Sambil menikmati hidangan, ada juga spot foto. Para wisatawan bisa meminta difotokan atau bisa juga swa foto di sana. Setelah puas berselfie dan beristirahat kami memutuskan jalan lagi menuju Jembatan Gantung. Kami melewati musala dan panggung amphitheater di mana panggung tersebut digunakan untuk hiburan, yaitu pertunjukan kesenian khas sunda.
ADVERTISEMENT
Sungguh, sangat menarik di tengah hutan ada pertunjukan seni Sunda. Sangat recommended jika anda ingin healing ke tempat ini. Kami berjalan lagi melewati area camping ground yang bisa disewa apabila teman-teman ingin bermalam di sana. Tak lama akhirnya kami sampai di Jembatan Gantung tersebut.
Jembatan Gantung Situ Gunung sumber foto: Shutterstock.com
Awalnya, kami merasa agak sedikit takut dan agak ragu ingin menyeberangi jembatan tersebut, tetapi kami dipakaikan alat pengaman, seperti ikat pinggang untuk keselamatan kami. Dan terlebih dahulu kami diberi tahu oleh petugas tata cara melewati jembatan dengan benar dan apa yang harus dilakukan apabila ada kejadian yang tak diinginkan.
Akhirnya, dengan mantap kami melewati jembatan tersebut dengan berdoa terlebih dahulu. Di pinggir jembatan belum terasa ngeri karena belum terasa menakutkan, tetapi saat di tengah-tengah jembatannya terasa ada goyangan, bergoyang-goyang karena hentakan orang-orang yang berjalan serta angin yang menerpa jembatan, dan saat kita melihat ke bawah terlihat pohon-pohon yang rimbun hingga tak terlihat tanah yang ada di bawahnya.
ADVERTISEMENT
Pemandangan yang sangat indah sekali, lebih indah lagi apabila kita bisa melihat sunrise atau sunset dari atas jembatan. Tak lupa juga kami berfoto-foto di atas jembatan untuk mengabadikan moment perjalanan dan menjadikannya kenangan yang indah tak terlupakan.
Setelah menyeberangi jembatan, kami melepas alat pengaman dan jalan kaki lagi menuju destinasi lain, yaitu Curug Sawer, air terjun yang berada bawah jembatan. Kami harus berjalan kaki lagi selama kira-kira 20 menit menuju Curug Sawer.
Perjalanan menuju Curug Sawer ini sangat menyenangkan karena jalannya dibuat senyaman mungkin untuk pengunjung. Tidak ada tanah yang membuat sepatu kami menjadi kotor, karena sudah ditempelkan batu-batu sehingga meskipun berjalan kaki kami tidak merasa lelah.
Setelah sampai di bawah, terdapat musala dan tempat beristirahat, seperti bale-bale yang disediakan. Di sana terdapat juga warung-warung dari masyarakat sekitar yang menjajakan makanan dan souvenir oleh-oleh.
Curug Sawer Situ Gunung sumber foto: Shutterstock.com
Setelah melewati warung-warung tadi, sampailah kami di Curug Sawer. Wow, melihat air terjun yang turun dari atas, seketika membuat perasaan kita menjadi tenang dan bahagia. Mungkin itu yang dinamakan healing, wisata yang membuat hati bahagia.
ADVERTISEMENT
Perlu diketahui di sini ada peraturan bahwa para wisatawan tidak boleh turun ke sungai untuk mandi atau berdiri di bawah air terjun. Wisatawan hanya diperbolehkan melihat air terjun di tempat yang sudah disediakan. Tentu peraturan ini dibuat untuk keselamatan para wisatawan. Ketika kami menikmati memandangi Curug Sawer, tak lupa kami pun berswafoto bersama. Setelah itu, kami bergegas ke musola dan beristirahat makan siang.
Situ Gunung sumber foto: Shutterstock.com
Nah, masih ada satu lagi tempat wisata yang terdapat di sana yang belum dikunjungi, yaitu Situ Gunung itu sendiri. Mengapa dinamakan Situ Gunung? Karena Situ atau danau ini berada di pegunungan. Ada sekilas cerita sejarah tentang Situ Gunung ini, jadi situ ini merupakan situ buatan, bukan situ yang terbentuk alami ya teman-teman.
ADVERTISEMENT
Konon sejarahnya situ ini dibuat oleh Rangga Jagad Syhadana atau dipanggil Mbah Jalun, yaitu seorang bangsawan dari Kerajaan Mataram yang melarikan diri dari penjajah Belanda. Mbah Jalun dan istri melarikan diri hingga sampai di lereng Gunung Gede-Pangrango.
Sedangkan Situ Gunung merupakan danau yang dibuat olehnya, yang dibuat dengan mengeruk tanah dengan menggunakan kulit kerbau sehingga menjadi danau. Situ Gunung ini dibuat sebagai bentuk rasa syukur beliau karena mempunyai seorang anak bernama Jaka Lulunta. Demikian, sekilas sejarah Situ Gunung.
Semoga cerita perjalanan sekaligus healing saya ke Situ Gunung ini, bisa menjadi referensi bagi kalian yang sedang mencari tempat wisata yang bisa healing di alam bebas. Karena kembali ke alam atau back to nature adalah memang sebuah kebutuhan manusia saat ini yang sudah jenuh dengan rutinitas kehidupan kota yang penuh dengan kesibukan. Salam healing dari kami.
ADVERTISEMENT