Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Belajar Rukiah, Mengusir Syaitan Sekaligus Meningkatkan Keimanan pada Allah SWT
24 Juli 2021 10:24 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Cerita Santri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kesempatan berharga pun didapat santri Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Tangerang untuk belajar rukiyah dari pakarnya. Pembelajaran sekaligus disertai praktik sehingga mereka bisa memahami rukiah lebih dalam.
Acara itu digelar di Masjid Nabawi, Pesantren Daqu Tangerang, Jum’at (23/7/2021). Praktisi sekaligus founder Yayasan Rehab Hati Foundation, Ustadz Nuruddin Al-Indunisiyy, yang membimbing para santri belajar rukiah.
Dalam pembelajaran ini, para santri mengikuti 3 sesi. Di sesi pertama, mereka mendapat materi pengenalan rukiah beserta aspek-aspek yang berkaitannya. Di sesi kedua, para santri mendapat teori rukiah disertai praktek sederhana. Dan terakhir sesi tanya jawab sekaligus rukiah masal, dipimpin langsung oleh Ustadz Nuruddin.
Di acara pembukaan, Pengasuh Pesantren Daqu Tangerang, KH Syaiful Bahri, menyambut baik pembelajaran ini. Menurut beliau, rukiah tidak hanya soal mengeluarkan jin, namun juga dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
ADVERTISEMENT
“Ini ilmu baru buat kalian. Siapkan gelas kosong kalian (maksudnya menyiapkan diri untuk menerima ilmu baru). Mudah-mudahan bisa diikuti dengan baik,” terangnya.
Kala Iblis berjanji pada Allah SWT untuk selalu mengganggu anak Adam agar mereka tidak mengikuti perintah Allah, sejak itulah ia mengutus syaitan dari kalangan jin untuk menggoda manusia. Maka dalam rukiah kita juga perlu memahami jenis syaitan yang dimaksud.
Ustadz Abdullah ‘Azzam, salah satu praktisi ruqyah Rehab Hati, dalam paparannya menjelaskan hal tersebut.
“Syaitan adalah kata sifat. Setiap yang membangkang terhadap perintah Allah itu syaitan. Maka syaitan bisa dari golongan jin dan manusia,” ungkapnya. Bahkan, beberapa hewan yang digolongkan hewan fasik pun juga bisa masuk dalam kalangan syaitan.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh, ketika seseorang mampu melihat syaitan dari kalangan jin, bisa jadi pertanda dia sedang diganggu dan butuh dirukiah.
“Misal, kalau di satu kamar ada 10 orang, ada satu orang yang lihat, bukan kamarnya yang harus dirukiyah tapi orang yang melihat tadi mengalami gangguan,” jelas Ustadz Abdullah.
Ustadz Nuruddin Al-Indunisiyy pun menambah materi untuk melengkapi pengtahuan para santri sebelum mereka praktik. Ia menjelaskan, gangguan jin hanya bisa dilawan menggunakan “senjata ghaib” karena wujud syaitan dari kalangan jin juga ghaib bagi manusia.
“Cara mengalahkannya dengan senjata ghaib. Ad-Du’a silaahul mukmin. Doa adalah senjatanya orang-orang mukmin,” terangnya mengutip sebuah hadits.
Ustadz Nuruddin juga menjelaskan beberapa ciri seseorang saat mendapat gangguan syaitan. Yang pertama adalah susah tidur. Kemudian ia juga merasa malas beribadah.
ADVERTISEMENT
“Kemudian yang ketiga ada 3 bagian tubuh yang sering sakit, (yaitu) Kepala; mata, telinga, jantung; serta lambung,” paparnya. Karena itu, ketika dirukiah, bagian-bagian tersebutlah yang disentuh sembari dibacakan bacaan rukiah.
Pada praktiknya kekuatan utama yang dibutuhkan adalah keberanian dan kebersihan hati. Karena sejatinya syaitan lah yang takut pada manusia. Keadaan akan berbalik, atau rukiah tak berhasil, bila perukiah takut terhadap syaitan dalam bentuk jin yang masuk tubuh manusia.
Para santri melakukan praktik saling berhadapan dengan teman di sebelahnya. Meski tak ada yang benar-benar bisa merukiah, mereka mampu dengan fasih melafalkan ayat-ayat rukiah. Di anatara ayat itu yaitu Al-Ma’tsurot.
Ustadz Nuruddin juga menjelaskan jika para santri amat berpotensi menjadi perukiah sebab mereka senantiasa dengan Al-Qur’an yang juga jadi ayat-ayat rukiah.
ADVERTISEMENT
Rukiah masal menjadi penutup rangkaian acara. Beberapa di antara para santri pun merasakan kelegaan setelah dirukiah masal tersebut. Menangis, meratapi, dan efek-efek rukiah lainnya mereka alami. Ini juga jadi pengalaman baru yang bermakna bagi para santri.