Beragam Pelajaran Dari Peristiwa Hijrah

Konten dari Pengguna
15 Agustus 2022 9:42 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cerita Santri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Beragam Pelajaran Dari Peristiwa Hijrah
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Tangerang menggelar Tabligh Akbar sebagai rangkaian kegiatan menyambut tahun baru 1444 Hijriah. Tabligh Akbar yang digelar di lapangan futsal pada Jumat (5/8) malam ini menghadirkan Habib Alwi Bin Musthofa Alaydrus dan juga Habib Muhammad bin Abdullah Assegaf, sebagai pembicara.
ADVERTISEMENT
Dalam kesempatan ini Habib Alwi menyampaikan banyak sekali kisah-kisah seputar Hijrah dan keutamaan-keutamaan di bulan Muharram.
Habib Alwi mengingatkan bahwa bulan Muharram sebagai bulan pertama di kalender Islam, kalender Hijriah, identik dengan peristiwa hijrah Nabi Muhammad Saw dari Makkah ke Madinah.
Hijrah secara umumnya berarti berpindah dari suatu tempat yang jelek, buruk, dsb, menuju ke tempat atau menjadi lebih baik dan bagus. Dari definisi tadi, muncullah sebuah tanya, “Saat Rasulullah saw, hijrah dari Kota Mekah ke kota Madinah dulu. Apakah itu berarti kota Mekkah jelek atau Buruk?”
Tentu saja tidak. Kota Mekah itu sendiri merupakan tanah yang suci, tanah kelahiran sang Rasul. Yang buruk pada Kota Mekah kala itu adalah orang-orang kafir yang tinggal di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Habib Alwi pun bercerita, Setelah Rasulullah saw diturunkan wahyu dan bertemu dengan sepupu dari Khadijah, Waraqah bin Naufal, Waraqah pun memberi tahu Nabi bahwa nantinya ia akan dimusuhi, diincar, dibunuh, dan segala macam hal buruk lainnya. Rasulullah mengatakan bahwa dirinya sama sekali tidak punya masalah dengan semua itu. Namun saat Waraqah berkata bahwa nantinya bisa saja diusir dari kota Mekah, Nabi pun mulai menangis karena sedih.
Bayangkan saja, berdakwah selama 13 tahun di tanah kelahiran sendiri, hanya untuk dikriminalisasi, diincar atau dibunuh, bahkan sampai diusir dari tanah kelahirannya sendiri, bagaimana rasanya?
Dari kisah ini, kita bisa tahu bahwa cinta wilayah, cinta tanah air, cinta negara juga merupakan sebagian dari iman.
ADVERTISEMENT
Setelah 13 tahun lamanya akhirnya nabi mendapatkan kabar bahwa ada satu kota yang merindukan Rasulullah saw. Kota tersebut bernama Yatsrib, yang nantinya akan berganti nama menjadi Madinah Al-Munawarah.
Beberapa orang dari kota Yatsrib datang ke Mekah, mewakili kota mereka bertemu dengan Nabi dan meminta Nabi agar datang ke Yatsrib dan mengunjungi mereka di sana.
Rasul mengiyakan permintaan mereka namun tidak langsung bergerak untuk pergi ke Yatsrib. Sebelum itu, Rasul mengirim Mush'ab bin Umair ke kota Yatsrib untuk memeriksa beberapa hal terlebih dahulu kemudian beberapa bulan kemudian, Rasul pun bersiap-siap untuk Hijrah ke Yatsrib.
Para Alim Ulama sepakat bahwa yang paling banyak membantu Rasul dalam persiapan untuk hijrah ke Yatsrib adalah dari kaum muda, terutama sahabat Ali Bin Abi Thalib.
ADVERTISEMENT
Bahkan Ali Bin Abi Thalib sampai setuju untuk menggantikan Rasulullah di ranjangnya pada malam keberangkatan Rasul ke Yastrib dan saat bersamaan di luar para kafir Quraisy menjaga agar Rasulullah tidak berangkat dan mengancam akan membunuh.
Saat Rasul hendak pergi hijrah, ada seseorang yang ingin sekali untuk menemani rasul saat beliau hijrah, orang tersebut adalah sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq, dan saat Abu Bakar diberi tahu bahwa beliau diminta Rasul untuk menemani beliau saat Hijrah nantinya, ia kegirangan, sampai-sampai semuanya ia keluarkan untuk Hijrah bersama Rasul. Beliau tidak peduli dengan hartanya ataupun kondisinya selama dia masih bisa Hijrah bersama dengan Rasulullah.
Di sini, Habib Alwi pun berkata, bahwa hidup itu lebih berharga daripada permata, berlian, atau segala macam bentuk harta lainnya.
ADVERTISEMENT
Saat awal tahun seperti ini, baiknya kita semua bermuhasabah, introspeksi diri, pikirkan apa saja yang telah kita berikan pada Allah dan Rasul-Nya. Perbanyaklah bersholawat.
“Hidup kita ini hanyalah hitungan waktu. Sehari saja terlewat, maka sebagian dari diri kita pun juga berkurang. Detak jantung kita, kalau jantung bisa berbicara, mereka akan berkata kalau pada hakikatnya hidup kita ini hanyalah hitungan menit dan detik” ujar Habib Alwi kepada para santri-santri.
Beliau pun kembali mengingatkan para santri untuk terus bermuhasabah, apa saja yang kurang dari kita dan apa saja yang kita bisa perbaiki menjadi lebih baik lagi. Beliau mengajak untuk terus memperbaiki diri kita.
Beliau berkata bahwa seorang pemuda yang ahli ibadah, yang senang sekali beribadah, di masa tuanya nanti, keutamaannya seperti seorang rasul diantara orang-orang biasa. Beliau juga berujar bahwa barang siapa yang di hari itu terus membuat orang tuanya senang, membuat orang tuanya ridho terhadapnya, namun di hari itu ia juga membuat Allah murka, Allah akan tetap ridho terhadapnya. Namun sebaliknya, jika di hari itu ia membuat orang tuanya marah ataupun membuat orang tuanya tidak ridho, namun di hari itu ia membuat Allah ridho, Allah akan tetap tidak ridho terhadapnya seperti halnya dengan orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Habib Alwi juga bercerita, bahwa dulu, ada seorang pemuda yang datang kepada Rasulullah yang mengatakan bahwa ia ingin ikut berjihad bersama Rasulullah dalam perang. Rasul pun bertanya pemuda tersebut apakah ia masih memiliki seorang orang tua. Pemuda tersebut pun menjawab bahwa masih ada ibunya di rumah. Rasul pun berkata pada pemuda itu untuk terus saja berbakti dengan ibunya, maka pahalanya akan setara dengan pahala haji orang-orang lain.
Dan kisah yang terakhir dari Habib Alwi. Kala itu Rasul sedang menceritakan tentang neraka dan surga kepada para sahabat. Beliau berkata bahwa beliau akan berdiri di depan gerbang neraka dan nabi ibrahim akan berdiri di depan gerbang surga. Para sahabat pun berprotes, bertanya mengapa nabi muhammad harus berdiri di depan gerbang neraka yang bau dan panas sedangkan nabi ibrahim berada di depan gerbang surga yang harum dan sejuk.
ADVERTISEMENT
Rasul pun menjelaskan bahwa alasan mengapa ia berdiri disitu, beliau berkata bahwa alasannya adalah karena dia ingin menyelamatkan umat-umatnya dari memasuki neraka. Disaat ada salah satu umatnya akan memasuki neraka, nabi muhammad akan bersujud di depan allah dan meminta agar umatnya di masukkan ke dalam surga. Karena Nabi melakukan tindakan tersebut, allah pun menjadi cemburu terhadapnya dan mengabulkan permintaan nabi.
Itulah hebatnya nabi kita, saking cintanya dengan umatnya, beliau sampai rela untuk melakukan semua itu hanya demi menyelamatkan satu orang umatnya agar tidak masuk neraka. Masya Allah.
Penulis: Ihsan Fadhil, santri kelas 11