Di Istanbul, Santri Daqu Pamerkan Keunggulan Pesantren

Konten dari Pengguna
25 Maret 2021 15:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cerita Santri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Di Istanbul, Santri Daqu Pamerkan Keunggulan Pesantren
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Sebanyak 11 santri Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an mengikuti Istanbul Youth Summit yang berlangsung di Istanbul, Turki, 22-25 Maret 2021. Di hadapan pelajar dan guru pembimbing dari beberapa negara mereka memamerkan institusi pendidikan pesantren dan perannya dalam mencetak pemimpin di masa depan.
Tergabung dalam grup 11 rombongan Daarul Qur’an yang diketuai oleh Ustadz Rizal Adlan Mustafa dengan anggota; M. Luthfi dari Kalimantan, Nauvalli Harma daei Serang, Dzulfikarsyah dari Lampung, Abdul Haris dari Jakarta, Recky Valerian dari Lampung, Faiq Al Hasani dari Bondowoso, Fiqram Almuammar dari Manokwari, Luqman Nur Hakim dari Madura, Rizki Magbul dari Karimun, Niko Tsakif dari Yogyakarta dan Ayaturrahman dari Kalimantan, mempresentasikan makalah berjudul "Boarding School Education System to Create Indonesian Future Leaders".
Dalam pemaparan tersebut, para santri menjelaskan pesantren merupakan sistem pendidikan asli Indonesia yang telah lama dipakai sejak zaman walisongo dan tetap bertahan hingga sekarang. Tidak hanya sebagai tempat belajar dan mengajar, dalam sejarahnya pesantren juga berhasil mencetak pemimpin bangsa.
Terbukti dengan banyaknya alumni-alumni pesantren yang menjadi pahlawan kemerdekaan dan pejuang Indonesia, diantaranya adalah Pangeran Diponegoro, HOS Cokroaminoto yang merupakan santri dari Pondok Tegalsari Jawa Timur. Pendiri Muhammadiyah dan Nahdlatul ulama KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy'ari juga merupakan lulusan pondok pesantren. Selain terdapat Jendral Sudirman, Wahid Hasyim, Bung Tomo, Zainal Arifin, Haji Agus Salim, Fatahillah, Buya Hamka dan masih banyak lagi juga merupakan alumni dari Pondok Pesantren.
ADVERTISEMENT
Santri Darul Qur’an juga menjelaskan bahwa sistem pendidikan yang saat ini digunakan merupakan sistem pendidikan warisan Belanda dan bukan asli Indonesia. Sehingga menciptakan generasi yang hanya mementingkan Nilai daripada Kejujuran dan mengakibatkan banyaknya Korupsi yang terjadi dari tingkat RT, Bupati, Gubernur, Anggota dewan bahkan Menteri.
Lebih ironisnya terdapat 10 Profesor dan 200 Doktor yang terjerat ke dalam kasus korupsi di Indonesia.
Untuk memperbaiki hal tersebut, yang pertama kali harus dilakukan adalah memperbaiki sistem pendidikan. Solusinya dengan menggunakan sistem pendidikan Pesantren. Dengan harapan dapat menciptakan pemimpin Indonesia yang Shiddiq, Amanah, Fathonah, dan Tabligh (jujur, dapat dipercaya, cerdas, bertanggung jawab, transparan dan selalu taat Kepada Tuhan Yang Maha Esa).