Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
Ijazah Sanad untuk Sang Anak, Balasan Sedekah "Usang" Melampaui 700 Kali Lipat
5 November 2021 11:28 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Cerita Santri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Wisuda Tahfizh Nasional (WTN) 2021 yang diselenggarakan di Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Tangerang, 22 Oktober 2021 kemarin juga turut melepas santri pemegang sanad Al-Qur’an. Ada dua orang, Habibie Bahrein dan Nanda Felizan. Keduanya merupakan santri kelas 12 Pesantren Daqu Tangerang. Mereka bersanding dengan 40 orang santri lain yang lulus sebagai pemegang sanad, baik kitab tajwid maupun kaligrafi.
ADVERTISEMENT
Khusus Nanda Felizan, ini kesekian kali ia ikut “rombongan kecil” dari para santri yang terpilih dalam sebuah pencapaian. Kala pertama kali mondok di tingkat SMP, satu angkatannya berjumlah 340 orang. Namun, di akhir waktu mondok hanya tersisa 160 orang, termasuk dirinya.
Memperoleh sanad tentu melewati jalan terjal. Maka tidak semua orang bisa mendapatkannya. Felizan, bersama Habibie, diizinkan Allah SWT menggapai hal tersebut. Keseriusan Felizan dalam menghafal Al-Qur’an akhirnya membuatnya meraih capaian ini. Namun, jauh ke belakang, berkah dari orang tua Felizan juga berperan dalam hal ini.
Kisahnya diceritakan oleh sang ayah, Febri Yoga Mustika. Seperti kata Febri, prestasi Felizan di sekolah tergolong biasa saja. Kelebihan Felizan terletak pada keseriusannya ketika menginginkan sesuatu. Beruntung bagi Febri, Felizan mau masuk pesantren sekaligus menghafal Al-Qur’an dengan keinginan sendiri, di mana hal tersebut merupakan impian setiap orang tua muslim.
ADVERTISEMENT
Bermula di antara tahun 2011 dan 2012, Febri yang kala itu bekerja di kantor Balaikota Pemerintah DKI Jakarta, Jl. Medan Merdeka Selatan, Gambir, Jakarta Pusat, menuju sebuah masjid milik MNC Group yang lokasinya tak jauh dari tempat kerjanya, tepatnya di belakang kantor. Di masjid itu memang kerap mengundang ulama kondang untuk memberikan kajian. Dan di hari itu giliran Ustadz Yusuf Mansur.
Kajian bersama Ustadz Yusuf Mansur itu digelar di tengah Bulan Ramadhan. Saat itu, satu minggu lagi lebaran. Seperti kebanyakan orang tua, Febri menyisihkan tabungannya untuk merayaan hari besar umat Islam tersebut bersama keluarga. Di rekeningnya tertulis nominal 4,5 juta rupiah.
“Entah saya tertarik atau terpengaruh, saya kurang tau juga, ya,” tuturnya diikuti gelak tawa.
Pasalnya, dana yang tinggal “segitu-gitunya” justru raib usai kajian tersebut. Bukan kecopetan, namun seluruhnya ia sedekahkan untuk pembangunan pesantren para penghafal Al-Qur’an yang dirintis Ustadz Yusuf Mansur, yang terkenal dengan sebutan “Ustadz Sedekah”, di mana pesantren itu kelak menjadi tempat Felizan mondok, yakni Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an.
ADVERTISEMENT
Persoalan naik kereta rel listrik (KRL) ke tempat tinggalnya di Bekasi pun membuatnya kelimpungan. “Untungnya ada sisa sedikit,” kata Febri. Uang receh sisa kembalian membeli makanan itupun ia gunakan untuk pulang.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT mengganjar balasan hingga 700 kali lipat bagi para penyedekah (Q.S. Al-Baqarah: 261). Bagi kebanykan orang, termasuk Febri, yang diyakini akan dilipatgandakan tersebut adalah materi yang disedekahkan. Dalam kasus Febri, tentu nominal 4,5 juta rupiah itu yang ada dalam pikirannya.
Lima tahun berlalu. Belum ada tanda-tanda nyata dari pelipat gandaan tersebut. Febri bahkan sama sekali tak mengingatnya lagi. Hingga suatu malam ia bermimpi Felizan sedang berdiri di salah satu gedung Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an, tepatnya Gedung Al-Ikhlas.
ADVERTISEMENT
“Padahal saya belum pernah sama sekali ke situ, kenal (nama Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an) pun enggak,” kata Febri.
Rupanya mimpi tersebut isyarat sebuah kebenaran. Tapi ia tak menceritakan mimpi itu pada Felizan. Sampai suatu saat, ketika Felizan sudah berada di akhir kelas 6 SDIT, anak itu benar-benar ingin masuk pesantren. Guru Felizan di sekolah bertanya pada para murid tentang siapa yang mau melanjutkan pendidikan ke pesantren. Tangan Felizan seorang yang menunjuk.
Ketika diumumkan hasil seleksi oleh KH Ahmad Jamil selaku Pimpinan Direktorat Pendidikan Daarul Qur’an, Felizan berada di urutan kedua dari 340 santri lain. Sampai titik ini, Febri bahkan belum mengetahui kalau tempat anaknya mondok itu milik Ustadz Yusuf Mansur, yang dalam sebuah kajiannya, Febri menggelontorkan sejumlah dana untuk pembangunan pesantren tersebut.
ADVERTISEMENT
Tiga tahun waktu yang dibutuhkan Felizan untuk menghafal seluruh isi Al-Qur’an. Memasuki tingkat SMA di kelas 10, ia merasakan WTN pertamanya. Waktu itu ia berada dalam rombongan peserta kategori 30 juz. Dari situ perjalanan Felizan mengambil sanad dimulai.
Awalnya, kata ayahnya, Febri, Felizan tak tertarik masuk halaqoh sanad karena dirasa sulit. Tapi Febri berpesan pada anaknya itu untuk terus menekuni apa yang ia cita-citakan. Di samping karena Febri juga tahu kelebihan anaknya tersebut.
“Pesan saya cuma satu, tekun saja di situ. Mau belajar apa? tahfizh, Al-Qur’an, tafsir? Pokoknya tekunin,” jelasnya. Wasilah itu membawa Felizan berhasil lulus dan menerima sanad Al-Qur'an dalam halaqoh Sheikh Ahmad Al-Khannas, seorang Sheikh asal Damaskus, Suriah, yang berkhidmad di Pesantren Daqu, pemegang sanad urutan 29. Di Indonesia, urutan itu termasuk yang tertinggi.
ADVERTISEMENT
Perjalanan menghafal Al-Qur’an Felizan juga diiringi berkah lain. Saat ia duduk di kelas 11, Felizan didapuk menjadi imam sholat berjama’ah di masjid Walikota Jakarta Pusat. Karena itu pula ia dikenal dengan sebutan “Imam Muda”.
Begitu banyak kebahagiaan yang dirasakan Febri ketika anaknya mondok. Padahal, jika dikilas balik, ia tak berniat sama sekali memondokkan sang anak.
“Sebenenrnya saya juga gak mau masukin dia ke pondok karena kasian. Kebetulan di deket rumah itu, kan, ada SDIT baru juga. Jadi tadinya mau ke situ,” ungkap Febri.
“Kemudian, keluarga saya juga gak ada yang mondok, dari kakek-kakeknya juga, termasuk dari istri saya yang dari Sulawesi. Keluarga saya juga belum ada sama sekali,” tambah Febri.
ADVERTISEMENT
Bahkan ia tak pernah punya keinginan Felizan menjadi penghafal Qur’an. Maka ketika teman kantornya di Badan Pendapatan Daerah DKI Jakarta, kantornya saat ini, bertanya perihal doa apa yang ia panjatkan agar punya keturunan seorang hafizh Qur’an, Febri tak mampu menjawab.
Pertanyaan demi pertanyaan yang datang membuat Febri merenung. Musabab apa hingga Allah SWT mengizinkannya punya putra penghafal Al-Qur’an, yang dalam Al-Qur’an pun kedudukannya amat spesial. Sampai akhirnya ia mengingat kejadian di Masjid MNC sekian tahun yang lalu.
“Anak saya masuk pesantren, mungkin karena berkah sedekah itu juga. Karena rezeki, kan, bukan cuma berupa materi aja, ya,” tuturnya seperti yang ia pikirkan usai merenungi ragam pertanyaan tersebut.
Tapi pertanyaan lain masih menggelayut di kepalanya. “Lalu, apa yang dimaksud 700 kali lipat itu,” renungnya lagi. Ia pun mendapati jawabannya.
ADVERTISEMENT
“Setelah saya kilas balik, ternyata ini yang dimaksud UYM (Ustadz Yusuf Mansur) tentang sedekah itu. Malah nilai materinya gak ternilai, kan?” tanyanya, yang juga menjadi pertanyaan pada dirinya sendiri kala itu.
Maka benarlah janji Allah SWT. Bahwa sedekah kita akan dibalas berkali-kali lipat. 7, 700, bahkan tak terhingga. Balasannya pun bukan sekedar materi. Bisa jadi jauh melamapui itu. Seperti seorang penghafal Al-Qur’an yang akan menyelamatkan 10 anggota keluarganya ketika mereka hendak diseret ke neraka.
"Dari Sayyidina Ali RA, Rasulullah SAW bersabda, 'Barangsiapa membaca Al-Quran dan menghapalnya, dan menghalalkan apa yang dihalalkannya serta mengharamkan apa yang diharamkannya, maka Allah SWT akan memasukannya ke surga dan akan menerima syafaatnya untuk sepuluh orang keluarganya yang wajib masuk neraka.'” (HR Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Darami)
ADVERTISEMENT
Dengan begitu, ayah, ibu, dan kedua adik Felizan bisa dipastikan menjadi orang yang akan ia pilih untuk ikut bersamanya bersanding di sisi mulia Allah SWT. Aamiin.