Inovasikan Sistem Irigasi, Hamdan CS Gondol Medali Perak Ajang Internasional

Konten dari Pengguna
24 Mei 2022 15:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cerita Santri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Hamdan mampu berprestasi meski persiapan tak memungkinkan.
zoom-in-whitePerbesar
Hamdan mampu berprestasi meski persiapan tak memungkinkan.
ADVERTISEMENT
Berawal dari rasa malasnya ketika diminta orang tua untuk menyiram tanaman, Hamdan Haidar Indarto, Santri Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Semarang, Ungaran, Kab. Semarang, asal Pati, Jawa Tegah ini, tercetus untuk membuat sebuah sistem irigasi persawahan yang lebih hemat air.
ADVERTISEMENT
Rasa malas ketika menyiram tanaman itu muncul karena Hamdan, sapaannya, merasa harus bolak-balik mengambil air. Belum lagi jika air yang digunakan terlalu banyak sehingga boros. Lalu ia mulai terpikir hal tersebut juga bisa terjadi ketika petani mengurus sawah di ladang.
Pesantren Daqu Semarang yang letaknya dekat dengan banyak persawahan pun menjadi inspirasi Hamdan untuk meneruskan ide ini. Ia tak sendiri. Bersama 4 orang temannya, termasuk sahabatnya Iqbal Maulana Saputra, turut mengembangkan sistem irigasi sawah berbasis sensor ini.
“Jadi ketika tanah di sawah itu sudah mulai lembab, maka otomatis si mesin pompanya akan mati. Begitupun ketika di sawah sudah mulai kering, pompanya akan menyala,” tutur Hamdan menerangkan inovasinya tersebut.
Sistem irigasi ini berbasis sensor. Para petani di sekitar pondoknya sendiri masih menggunakan sistem irigasi manual. Menurut perhitungan Hamdan bersama timnya, sistem ini mampu menghemat air hingga 30% dibanding sistem irigasi manual.
ADVERTISEMENT
Selain untuk irigasi sawah, sistem ini juga bisa digunakan untuk kebutuhan berkebun rumahan. Rasa malas yang dirasakan Hamdan pun bisa teratasi dengan adanya sistem ini. Selain itu, tentunya penggunaan air di rumah juga lebih hemat.
Rasa malasnya justru membuka pikiran Hamdan.
Sebuah sistem yang Hamdan CS kembangkan ini kemudian diikutkan dalam sebuah kompetisi bertajuk Youth Internasional Science Fair (YISF) yang diselenggarakan oleh Indonesian Young Scientist Association (IYSA) di Universitas Dian Nuswantoro (Udinus), Kota Semarang, Jawa Tengah. Sebanyak 459 tim dari 22 negara berkompetisi dalam ajang yang digelar 14-17 Maret tersebut.
“Sistemnya kayak pameran. Jadi kalau misalnya ada pengunjung yang datang kita menggunakan Bahasa Indonesia. Tapi kalau juri yang datang, kita wajib pakai Bahasa Inggris,” jelas Hamdan.
ADVERTISEMENT
Sistem irigasi yang dibangun Hamdan dan kawan-kawan membutuhkan waktu yang cukup singkat dalam pembuatannya. Namun, Hamdan mengaku terbantu dengan adanya Iqbal yang telah mengkuti ajang serupa sejak kels 7 SMP. Jadi, walaupun persiapannya singkat, mereka tetap memiliki waktu untuk menampilkan hasil yang maksimal.
Hal tersebut berbuah manis. Dalam pengumuman pemenang perlombaan, Hamdan dan tim dinobatkan sebagai juara 2 dalam kategori SMA dan sederajat. Medali perak pun berhasil digondol ke Pesantren Daqu Semarang.
Rasa senang menyelimuti Hamdan dan kawan-kawan. Dirinya yang ditunjuk sebagai ketua tim pun merasa bersyukur atas hasil ini. Anak bontot dari tiga bersaudara ini juga berhasil membanggakan orang tuanya.
Hamdan memang dikenal anak yang cukup berprestasi di sekolah. Pada semester pertama kelas 9, ia berhasil menduduki peringkat 5 rangking satu kelas. Prestasi tersebut meneruskan tren positif yang diraih Hamdan selama menempuh pendidikan di Pesantren Daqu Semarang.
Keikutsertaan yang pertama tak menyurutkan semangat Hamdan untuk berprestasi.
Melalui prestasi internasional yang ia raih ini, Hamdan ingin menersukan progresnya hingga cita-citanya tercapai, yakni menjadi seorang ahli di bidang teknik sipil. Proses membangun sistem irigasi sawah berbasis sensor tersebut juga bisa diintegrasikan dalam rancangan sebuah pembangunan hunian yang ia buat kelak.
ADVERTISEMENT
Selain itu, bidang teknik sipil yang ingin ia geluti juga dalam rangka melanjutkan profesi sang ayah. Karena sang ayah pula Hamdan menyukai ragam rancangan bangunan hingga memutuskan ingin menjalani profesi serupa dengan ayahnya.
Meski begitu, ia juga memiliki keinginan menjadi ahli dalam bidang teknik mesin. Kegemarannya dengan dunia otomotif mendorong keinginan tersebut.
Apapun cita-citanya, kata Hamdan, yang terpenting kita harus serius dalam menjalani prosesnya. Hamdan sudah memberi contoh bagaimana kesungguhan tersebut berbuah prestasi bertaraf internasional. Selain itu, juga harus diiringi doa pada Allah SWT.
“Niat yang utama. Doanya dibanyakin. Dan istiqomah terhadap apa yang diinginkan,” terang Hamdan.