Konten dari Pengguna

Jalan Panjang Untuk Pulang Santri Cugenang

26 November 2022 5:59 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cerita Santri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Jalan Panjang Untuk Pulang Santri Cugenang
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Sejatinya jadwal renang santri Pondok Pesantren Daarul Anwar Cugenang, Cianjur di hari Selasa (22/11). Namun, ustad Dhaifinallah Abi Rafdi, yang kerap dipanggil ustad Abi, selaku pengasuh ingin memberikan reward kepada para santri, maka jadwal berenang dimajukan di hari Senin (21/11).
ADVERTISEMENT
Sejak subuh para santri mulai menyiapkan peralatan yang akan dibawa ke kolam renang. Mereka akan berenang di The Jhon's Cianjur Aquatic Resort yang berjarak 30 menit perjalanan dari Pesantren yang berlokasi di Desa Sarampad, Kec. Cugenang.  Mobil angkot sudah disewa untuk membawa para santri dan ustadzah. Tepat pukul 8.30, setelah sarapan pagi, rombongan berangkat ke arah Kota Cianjur.
Senin pagi itu seperti hari biasanya saja. Cuaca cerah mengiringi keberangkatan para santri. Warga sekitar pondok beraktivitas seperti biasanya. Ada yang mulai berangkat ke sawah, ke kebun, dan juga menengok ternaknya. Aktivitas di pesantren juga seperti biasa. Security duduk di pos jaga, ibu dapur mulai menyiapkan makan para santri.
Tepat pukul 09.00 rombongan tiba di The Jhon's Cianjur Aquatic Resort. Setelah melakukan persiapan singkat para santri mulai menceburkan diri ke kolam renang. Mereka bermain dengan gembira. Seperti yang dijanjikan ustad Abi, hari itu mereka manfaatkan sebaik-baiknya untuk healing, melepas penat dari penuhnya kegiatan di pesantren.
ADVERTISEMENT
Pukul 11.30 wib, kegiatan berenang berakhir, para santri berganti pakaian dan menyiapkan diri untuk shalat dzuhur. Sekitar jam 12.45 rombongan menuju City Mall Cianjur. Restoran ramen yang berada di lantai 1 dipilih para santri untuk makan membunuh lapar usai berenang.
Sebuah guncangan keras mengganggu keasyikan para santri yang sedang menunggu pesanan disusul teriakan “gempa… gempa…” dari pengunjung Mall. Saat itu belum semua makanan santri terhidang di meja. Mereka memutuskan keluar dari Mall tanpa memakan apa yang dipesan.
Puing-puing telah berserakan di basement parkir City Mall. Tanpa menunggu waktu panjang Abi memberi komando untuk lekas keluar dari arah mall untuk kembali ke pesantren.
“Saat itu saya berpikir pulang ke pesantren adalah langkah yang aman” ujar Abi.
ADVERTISEMENT
Abi dan para santri sama sekali tidak terpikir pusat gempa terjadi di Cugenang, tempat pesantren mereka berdiri.
“Saya pikir gempa di tempat yang jauh.”
Rasa khawatir mulai muncul ketika sepanjang perjalanan dari arah Kota Cianjur menuju Cugenang menyaksikan kerusakan bangunan akibat gempa, “Semakin mendekat semakin banyak kerusakan dan semakin rapat.”
Abi pun memutuskan untuk menelpon Kang Yana, petugas umum di pesantren, untuk menanyakan kabar.
“Tadz, pesantren hancur, gak bisa ditempati lagi”
Abi terkejut mendengar kalimat itu. Ia berharap bisa lebih cepat menuju pondok. Tapi kemacetan sudah terjadi. Jalan masuk ke arah Desa Sarampad pun ditutup. Tidak bisa dilewati, “Jalan putus,” kata warga yang berjaga.
Tapi, ada beberapa mobil angkot yang diperbolehkan lewat untuk evakuasi korban. Abi dan para santri pun menaiki mobil tersebut untuk diangkut ke pesantren. Tapi ini bukan perjalanan yang mudah. Setiap kali supir angkot harus memberhentikan mobil untuk membersihkan jalan yang tertutup gedung bangunan.
ADVERTISEMENT
Santri mulai histeris menyaksikan warga yang berlumuran darah dan beberapa terjepit bangunan yang roboh. Kengerian juga ada di benak Abi tapi ia berusaha menutupi sekaligus meminta para santri untuk tetap berdzikir.
Jarak yang tadinya hanya 30 menit, ditempuh dalam waktu 4 jam. Tepat pukul 5.30 rombongan tiba di pesantren. Santri pun menangis begitu juga Abi melihat kondisi asrama yang pondasinya bengkok dan gedung tempat halaqoh mereka rusak sebagian.
“Meski tidak roboh, tapi struktur bangunan, terutama asrama, sudah tidak layak ditempati lagi,” kisah Abi.
Di tengah kesedihan Abi mulai berpikir untuk evakuasi. Ketiadaan listrik dan signal telekomunikasi membuat komunikasi sulit dilakukan. Ia pun memutuskan santri untuk dibawa ke jalan raya Cianjur terlebih dahulu untuk keamanan mengingat masih ada aktivitas gempa susulan.
ADVERTISEMENT
Para santri diangkut dengan 5 motor, di mana 1 motor ditumpangi oleh 3 orang. Mereka pun meninggalkan pesantren tanpa sempat membawa barang-barang pribadi yang berada di dalam asrama. Tepat pukul 19.30 mereka tiba di jalan raya Cianjur.
****
Senin (21/11) jam 14.00, kabar gempa di Cugenang pun sampai di Pesantren Daarul Qur’an Ketapang, Tangerang. Para pengurus saling berkomunikasi di grup whatsapp. Kabar dari Cugenang belum datang. Meski begitu sejumlah langkah antisipasi sudah disusun.
Pesantren Daqu terdekat dari Cugenang adalah Pesantren Daqu al-Jannah Cariu. Evakuasi pun dilakukan dipimpin ustad Sholeh Nurdin, pengasuh Daqu al-Jannah Cariu,  yang membawa 1 mobil penumpang dan mobil bak. Menyusul kemudian 1 mobil dari Pesantren Daqu Karawang yang dipimpin ustad Mualifin.
ADVERTISEMENT
Namun rombongan tidak dapat langsung lokasi karena akses jalan ditutup. Jalan hanya boleh dilewati kendaraan darurat seperti mobil ambulan dan tim SAR. Perlahan komunikasi membaik, ustad Sholeh bisa tersambung dengan ustad Abi, mereka pun janjian ketemu di satu titik jalan yang masih bisa diakses.
“Saat itu hanya ada 1 mobil. Akhirnya kami penuhi mobil dengan santri dan ustadzah. Posisinya saat itu, bangku belakang diisi 5 orang, bangku tengah 5 orang dan bangku di depan 3 orang” kisah Abi.
Setelah berjumpa dengan tim penjemput, rombongan dibawa ke Pesantren Daqu al-Jannah Cariu. Mereka tiba Selasa (22/11) jam 00.30. Di sana telah disiapkan nasi goreng untuk para santri. Seusai makan mereka dipindahkan lagi ke Pesantren Daqu Putri Cikarang.
ADVERTISEMENT
Di pesantren Daqu Putri Cikarang mereka mendapat dukungan dari para santri yang saling berlomba memberikan baju layak pakai untuk ganti para santri. Ustad Anwar Sani yang tiba di Cikarang pukul 8.30 pun mengajak santri ke pasar untuk membeli perlengkapan lain utamanya pakaian dalam.
Setelah berdiskusi para santri akhirnya ditempatkan sementara di Pesantren Daqu Bandung hingga masa recovery selesai dan pesantren bisa dihuni kembali.
“Satu persatu santri dijemput orang tua. Nantinya para santri akan belajar online dulu sementara” ujar Abi.
****
Gempa berkekuatan 5,6 skala richter mengguncang Cianjur, Senin (21/11). Laporan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut guncangan terasa di Cianjur, Garut, Sukabumi, Cimahi, Lembang, Cikalong Wetan, Rangkasbitung, Bogor, Bayah, Rancaekek, Tangerang Selatan, Tangerang, dan DKI Jakarta.
Gempa ini berpusat di 10 km Barat Daya Kabupaten Cianjur dengan kedalaman 10 kilometer.
ADVERTISEMENT
Hingga Jumat (25/11) sore, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, ada 310 korban jiwa tewas, ribuan korban luka-luka, puluhan orang masih hilang dan 363 sekolah, 144 tempat ibadah, 3 unit fasilitas kesehatan, dan 16 gedung perkantoran rusak.