news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Ayu Meraih Omzet 1 Milyar dalam Satu Tahun

Konten dari Pengguna
24 Januari 2022 15:56 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cerita Santri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ayu berkisah tentang perjalanan hidup dan bsinisnya dalam dalam gelaran Daqu Memanggil.
zoom-in-whitePerbesar
Ayu berkisah tentang perjalanan hidup dan bsinisnya dalam dalam gelaran Daqu Memanggil.
ADVERTISEMENT
Banyak pebisnis yang menjalani karirnya dengan naik-turun, bangkrut, lalu sukses. Termasuk yang dialami Ayu.
ADVERTISEMENT
Ayu Dinamika Islami, adalah alumni Pesantren Tahfizh Daarul Quran Putri Cikarang Angkatan ke 4. Perjalanan karirnya membuatnya tertarik menggeluti bisnis. Hingga sekarang menjadi pemilik bisnis usaha makanan ringan “Kingpee”.
Ayu mengawali karirnya dari nol. Sejak menginjakkan kaki pertama kali di Pesantren Daqu, ia tidak memiliki apa-apa.
Setelah kehilangan ayahnya karena kecelakaan, Ayu tinggal bersama 4 orang adik dan ibunya yang mengambil peran sebagai kepala keluarga. Sang bunda kemudian membuka usaha warteg.
Singkat cerita, dengan kegigihannya, Ayu berhasil mendapatkan beasiswa untuk mondok di Pesantren Daqu. “Aku pasti mau meringankan beban orang tuaku,” terang Ayu.
Ayu jarang mendapat uang jajan layaknya santri pada umumnya. Namun, Ayu memahami keadaan sang bunda yang bekerja sendiran untuk menghidupi lima orang anak.
ADVERTISEMENT
Sempat di suatu saat Ayu sedang sangat ingin jajan. Namun apa daya, ia tidak memiliki uang. Hingga sebuah kejadian yang cukup memilukan terjadi.
Saking pengennya jajan, waktu itu aku lihat anak masih kelas 1 SMP, lagi buka ciki, cikinya nyebar depan aku, itu cikinya aku makan,” kenang Ayu.
Kejadian tersebut tepat sebelum waktu Adzan Ashar berkumandang. Setelah Sholat Ashar berjama’ah, Ayu berdoa pada Allah SWT.
“Ya Allah, mungkin saat ini aku sulit buat makan. Tapi, suatu saat aku akan bisa bantu orang buat cari makan,” tutur Ayu memohon pada Sang Khalik.
Takdir pun menunjukan jalan lain. Ibu Ayu divonis mengidap kanker stadium akhir. Kondisi keuangan Ayu juga semakin memburuk. Hingga saat ia lulus dari Pesantren Daqu atau tepatnya di usianya ke 18 tahun, ibunya wafat.
ADVERTISEMENT
Waktu itu, adik Ayu yang terakhir baru akan memasuki jenjang SD. Ketika ayahnya wafat, si bungsu bahkan baru berumur 11 bulan. Ayu dipaksa menjadi dewasa dan bekerja untuk menghidupi 4 orang adiknya sendirian.
Mulai dari bekerja di Marketing Gallery Daarul Quran, fotografer di Bundaran HI, bahkan pernah menjadi tukang cuci piring di warung pecel lele, semua pernah dilakukannya. Banting tulang mencari nafkah untuk kehidupan adik-adiknya. Sampai Ayu memutuskan kuliah di STMIK Antar Bangsa selama 4 semester. Di sanalah Ayu bertemu dengan suaminya.
Sebelum menikah, Ayu menjabarkan pada suami tentang kondisinya. Sempat terbersit di pikiran Ayu tentang kekhawatiran ekonomi keluarga yang akan mereka bangun. Namun, sang suami berhasil menenangkan hati Ayu.
ADVERTISEMENT
“Rezeki itu Allah yang atur. Bahkan semut di dalam lobang saja itu sudah ada rezekinya. Lalu apa yang kamu khawatirin?” jelas Ayu menirukan ucapan sang suami kala itu.
Mereka menikah secara sederhana. Salah satu alasannya karena Ayu ingin menggunakan uang pernikahannya itu untuk membuka suatu bisnis minuman di Kawasan Bisnis CBD Ciledug, Tangerang. Sayang, usaha itupun gulung tikar.
Belum berhenti sampai situ, mereka mencoba peruntungan dalam bisnis konveksi. Dalam keadaan hamil, Ayu masih membantu mengangkat barang-barang operasional bisnis tersebut, meski sang suami kerap melarangnya. Namun, sayangnya jerih payah itu belum jua membuahkan hasil. Mereka, khususnya Ayu, masih belum beruntung dalam dunia bisnis hingga harus gulung tikar untuk kedua kalinya.
Di usia 18 tahun, Ayu sudah kehilangan ayah dan ibunya dan menjadi kepala keluarga.
Roda kehidupan terus berputar. Ayu dan suami menjalani pahit-manisnya kehidupan. Kemanisan hidup yang dialami mereka salah satunya ketika sang suami diterima untuk bekerja pada bagian ekspor dan impor di Australia. Namun, ia harus meninggalkan Ayu yang baru saja melahirkan anak kedua. Tak patah arang, Ayu mulai berbisnis makanan ringan dengan uang mahar pernikahannya, meski tanpa sepengetahuan sang suami nun jauh di sana.
ADVERTISEMENT
Ayu tak mau gagal ketiga kalinya. Ia banyak mempelajari tentang bisnis tersebut. Di awal perjalanan bisnis makanan ringan yang ia beri nama “Kingpee” ini, Ayu mengolah sendiri produknya. Nama produk yang ia berikan memang cukup unik. Namun, ada sebuah doa yang ia selipkan.
“Kenapa namanya Kingpee? Kan artinya ‘Raja Ngompol’ U know, pertama kali aku bikin bisnis ini, niatku mau membantu suamiku buat beli pampers buat anak-anak,” terang ayu.
Ayu memasarkan sendiri produk tersebut. Beruntung ayu pernah mondok di Pesantren Daqu. Ia pun mampir untuk memperkenalkan porduknya pada pimpinan Daarul Qur’an, salah satunya Ustadz Anwar Sani (Pimpinan Daarul Qur’an Direktorat Zakat dan Wakaf).
“Ketika kita masuk pesantren, kita punya banyak link. Dan ini yang aku sadari ketika aku sudah lulus dari pesantren,” terang Ayu.
ADVERTISEMENT
Ayu juga tidak melupakan pondoknya, Pesantren Daqu Putri Cikarang. Berbekal sepeda motor, hujan badai ia lalui untuk menuju pondoknya itu. Di sana ia disambut oleh Ustadzah Rina, istri dari Pengasuh Pesantren Daqu Cikarang waktu itu, Ustadz Shobri M Rizal.
“Kemudian beliau bilang, ‘Insya Allah banyak cabangnya,’ saya bilang, ‘Aamiin Ya Allah,’ karena ini juga lagi hujan,” kenang ayu mengingat momen yang menjadi titik balik perjalanan bisnsisnya.
Selang dua minggu, bisnisnya benar-benar berkembang. Ia mendapat penghargaan selaku pebisnis pemula dari Kementerian Pemuda dan Olahraga dan mendapat dana hibah sebesar 15 juta rupiah. Dengan dana itu, Ayu mulai scale up bisnisnya. Tak lupa, ia juga belajar digital marketing untuk mengembangkan market bisnis yang ia tekuni.
ADVERTISEMENT
Penghargaan yang ia peroleh ternyata mengundang minat investor. Sebuah perusahaan kakap pun tertarik berinvestasi untuknya. Namun, terang Ayu, mekanisme bisnis tersebut bersinggungan dengan riba.
Sang suami yang mendengar cerita tersebut kembali mengingatkan Ayu tentang pesan yang pernah ia berikan pada Ayu. “Lakukan semuanya dengan bersih. Insya Allah semuanya kana berkah.”
Perjanjian bisnis tersebut pada akhirnya tidak terjadi. Padahal, bisnis Ayu bersama suaminya itu berpeluang memeroleh dana investasi lebih dari satu milyar rupiah.
Allah SWT benar-benar menepati janjinya pada hambanya yang mau berusaha melalui jalan yang ia ridhoi. Usaha Kingpee yang dibuka Ayu pun mampu memeorelah omzet 1 miliar rupiah, dalam satu tahun dua bulan pertamanya, murni dari jerih payah mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut Ayu capai di usianya yang masih terbilang muda, 25 tahun. Bisnisnya memiliki banyak cabang dan laris manis. Ayu mengakui, ini juga berkat doa dari para guru yang mengajarnya di Pesantren Daqu dahulu. Karena itu, jika kita pantang menyerah, mimpi setinggi apapun bisa digapai.
“Kalau kata Allah Kun Fayakun, maka gak ada yang gak mungkin,” jelas Ayu sembari bersyukur. Keinginannya membantu sang suami “membeli pampers untuk anak” pun terkabul. Bahkan saat ini ia bisa membnatu banyak orang untuk membeli pampers anak-anak mereka.
Ayu bersama pimpinan Daaqrul Qur'an. Ayu merasa beruntung pernah mejadi santri Pesantren Daqu.
Perjalanan bisnis Ayu yang sempat merasakan kegagalan membuatnya banyak belajar. Ia berpesan pada para pebisnis pemula untuk tidak mengikuti langkahnya, terjun dalam bisnis tanpa pengetahunan apapun.
Namun, bukan hanya pesan, Ayu juga memfasilitasi siapa saja yang mau memulai bisnis untuk belajar bersama dalam program yang ia kelola di inkubator bisnis perusahannya. Wadah tersebut juga dibina oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga.
ADVERTISEMENT
Di inkubator bisnis tersebut, Ayu mengajarkan penerapan sistem bisnis dari panutan bisnisnya, Ibunda Siti Khadijah, istri Rasulullah SAW.
“Pertama kita harus tahu dulu siapa orang yang bisa dipercaya. Karena perempuan pun dalam berbisnis ada banyak sekali batasan. Kemudian kita harus tahu ilmunya agar kita tahu arahnya. Akhirnya terbentuk sistemnya,” jelas Ayu.
Kisah ini ia sampaikan di depan para alumni Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an yang hadir di acara Daqu Memanggil, Minggu (23/1/2021). Acara itu digagas oleh Ikatan Alumni Daarul Qur’an atau IKADAQU. Selain silaturrahmi, mereka juga mengikuti seminar Quarter Life Crisis dan diajak bersiap menghadapinya.
Ayu menjadi narasumber dalam sub-acara Cerita Alumni. Barang tentu kisahnya menginspirasi sekaligus menjadi referensi ilmu dalam menghadapi quarter life crisis.
ADVERTISEMENT
“Kalau mau memulai sesuatu, yakinkan dulu hati kita,” jelas Ayu. “Ketika aku punya kekuatan mimpi, aku pasti akan punya kekuatan untuk menjadikannya nyata,” ucap Ayu diselingi tepuk tangan para hadirin di tengah lapangan basket dan futsal Pesantren Daqu Tangerang tersebut.
Penulis: Farid Adnan, Santri Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Tangerang Kelas 11.