Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Kisah Daffa: Santri Daqu Anak Penjual Ikan, Calon Pilot Pesawat Tempur TNI AU
22 November 2022 11:43 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Cerita Santri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Foto seorang pilot terpampang di balik pintu lemari Daffa Rizqullah, santri Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an angkatan 11. Stelan serba jingga dengan background pesawat tempur nampak gagah menampilkan sosok sang pilot.
ADVERTISEMENT
Foto tersebut setiap hari ditengok Daffa. Ada alasan khusus Daffa meletakkan foto pilot di sana, yang kisahnya diceritakan sang bunda, Sri Wahyuni, atau biasa disapa Yuyun.
Daffa merupakan anak kedua dari 5 bersaudara. Santri asal Tarakan, Kalimantan Utara ini mondok di Pesantren Daqu Tangerang sejak SMP.
Ia mengikuti dua kerabatnya, Farhan dan Fadlan, yang notabene adalah pamannya, masuk ke Pesantren Daqu Tangerang.
Daffa mondok juga didasari keinginan sang bunda punya anak yang hafiz Qur’an. Yuyun sendiri mengaku termotivasi oleh ceramah Ustad Yusuf Mansur tentang syafaat anak penghafal Qur’an.
Berawal dari kegemarannya pada permainan bertema penerbangan, ia pun ingin merasakan menerbangkan pesawat.
Sang bunda yang mengetahui hobi Daffa mengumpulkan gambar-gambar pesawat awalnya menyangka itu hanya keisengan seorang anak kecil. Namun, Daffa nyatanya tak pernah menganggap enteng impiannya itu.
ADVERTISEMENT
Sebuah gambar pilot yang didapat dari majalah dirgantara ia pampang di balik pintu lemari pondok. Gambar itu terpasang kurang lebih 4 tahun hingga Daffa lulus.
Menjelang kelulusannya, Daffa memberanikan diri terbuka pada sang bunda dan ayahnya, Rusman, perihal cita-cita tersebut.
Yuyun kemudian bercerita jika Daffa bersama 3 orang sahabatnya memang sepakat untuk masuk ke sebuah kesatuan.
Sahabatnya, Syeva, bahkan sudah menjadi taruna di Akademi Kepolisian atau Akpol. Juga Adien yang menjadi taruna di IPDN.
Daffa dan sahabat-sahabatnya itu berkeinginan mengadakan reuni suatu saat kelak dengan seragam kesatuannya masing-masing. Motivasi itu yang membuat Daffa akhirnya yakin ingin menjadi seorang pilot.
Namun, qadarullah, di tahun 2018 musibah menimpa keluarga Daffa.
Ayah Daffa yang merupakan pengusaha jual beli ikan bandeng hasil tangkapan nelayan terjerusmus dalam lubang riba.
ADVERTISEMENT
“Dulu saya sering dikasih pinjaman di bank yang berbungga untuk modal usaha. Karena masih berasa enak belum mendapatkan musibah. Akhirnya setelah 6 bulan semakin besar pinjamannya,” kenang Yuyun.
“Seluruh asset yang ada, mobil, rumah dan tanah, habis dijual,” cerita Yuyun lagi.
Tak cukup sampai situ, cobaan pun makin banyak berdatangan.
“Kapal kita itu mengambil ikan satu tambak dari petambak yang panen ikan. Sampai kejadian kapal kita tenggelam, ikan itu tenggelam semua tapi untungntya Allah masih selamatkan anak buah,” kata Yuyun dnegan nada lirih.
Satu tahun lebih keluarga Daffa tinggal di sebuah ruko yang berlokasi di Pasar Beringin, Tarakan. Ruko itu merupakan pemberian nenek Daffa.
Daffa kala itu sudah berada di tingkat SMA. Cita-citanya menjadi pilot sudah ia utarakan pada kedua orangtuanya. Yuyun pun tak ingin meruntuhkan cita-cita sang anak tersebut.
ADVERTISEMENT
Di tengah kegundahan itu, Yuyun kemudian berkonsultasi dengan pengasuh Pesantren Daqu Tangerang, Ustad Syaiful Bahri.
Ustad Syaiful menerangkan jika yang menimpa Yuyun dan suami merupakan bagian dari 10 dosa besar. Jalan pertaubatan ditambahn amalan-amalan disarankan Ustadz Syaiful untuk dilakukan Yuyun beserta suami.
Di akhir tahun 2019, perlahan cahaya mulai menerangi keluarga Daffa lagi. Sang bunda kini punya toko kelontong di depan ruko tempat mereka tinggal. Sementara snag ayah mulai bangkit dari keterpurukan usahanya. Kedua usaha ini kemudian menghidup keluarga mereka hingga kini.
Menjelang lulus di tahun 2021, Daffa memberanikan diri mengutarakan kembai cita-citanya itu pada sang bunda. Kali ini, Yuyun tak mau menyerah dengan keadaan.
Ia mencari informasi beberapa sekolah penerbangan di Jakarta dan Bali. Namun Yuyun buru-buru mengurungkan niat karena melihat kisaran biaya yang menyentuh 1 milyar rupiah.
ADVERTISEMENT
Daffa yang mulai beranjak dewasa memahami kondisi ekonomi keluarganya yang baru pulih. Ia pun mengurungkan impian masa kecilnya itu.
Sempat terpuruk, namun Daffa ingat perkataan guru-gurunya di Pesantren Daqu Tangerang. “Kun fayakun,” jika Allah sudah berkehendak apapun bisa terjadi.
Daffa akhirnya memilih mencoba peruntungan masuk kesatuan Angkatan Udara Tentara Nasional Indonesia atau TNI AU. Hanya angkatan udara yang Daffa mau karena ia ingin mengejar impian menerbangkan pesawat.
Keinginan ini disampiakan kembali pada sang bunda dan ayah. Tak berselang lama setelah kelulusannya di tahun 2021, Daffa dengan bimbingan sang bunda, mendaftar sebagai calon taruna di Lanud Dhomber, Balikpapan.
Cobaan lain menimpa Daffa. Cibiran silih berganti menghampiri. Orang-orang di sekitar keluarga Daffa menilai Daffa tak punya keturunan seorang tantara, ditambah tidak ada relasi untuk mencapai ke sana. Apalagi, keadaan ekonomi keluarga yang baru pulih.
ADVERTISEMENT
Namun, Yuyun selalu menguatkan Daffa.
“Minta sama Allah aja bersandar kepada Allah jangan perdulikan kata orang, minta sama yang punya dunia,” ujar sang bunda.
Meski begitu, Yuyun tak kalah khawatir dengan pilihan Daffa. Apalagi ia sering mendengar kejadian nahas menimpa pesawat terbang.
Kali ini, giliran Daffa yang menguatkan sang bunda.
“Mama kan selalu bilang kematian itu takdir, kita gak tau kapan waktunya, di mana tempatnya, semuanya Allah yang mentukan,” ujar Daffa kepada bundanya itu, seperti yang diutarakan Yuyun.
Dua bulan lamanya Daffa berada di Balikpapan. Sampailah ia pada pengumuman kelulusan. Di momen itu, Daffa dinyatakan tidak lulus.
Daffa yang sudah terbiasa mendapat penolakan dan dibebani cobaan, mulai terlatih mentalnya. Santri mutqin 20 juz ini pun tak patah arang meski harus menunggu setahun lagi untuk mendaftar.
ADVERTISEMENT
Sembari menunggu pendaftaran dibuka kembali, Daffa memilih mengasah kemampuannya dengan mengikuti les.
Untuk melatih fisiknya, Daffa setiap hari membantu sang ayah berjualan di pasar. Ia juga suka membantu pamannya packing ikan di pasar dan sempat mendapatkan bayaran dari sana.
Tak lupa Daffa masih konsisten muroja’ah dan melakukan amalan-amalan sunnah pembuka pintu rezeki dan pelancar rezeki.
Daffa pun sempat mengikuti lomba hifzhil Qur’an 20 juz tingkat Kota Tarakan dan berhasil menyabet gelar juara kedua.
Yuyun bahkan tak menduga anaknya juga mendaftar di salah satu universitas swasta dan dinyatakan lolos seleksi masuk Jurusan Farmasi lewat jalur tahfizh Qur’an.
Tetapi hati kecil Daffa tetap menginginkan menjadi pasukan Angkatan Udara.
Tahun 2022 pun tiba. Daffa kembali mencoba peruntungannya mendaftar lewat Lanud Dhomber Balikpapan.
ADVERTISEMENT
Dua bulan kembali ia tempuh di Balikpapan. Pertolongan Allah SWT itu pun tiba. Daffa dan seorang calon taruna dinyatakan lolos seleksi untuk dikirim ke Lanud Adisoemarmo, Solo.
Kekonsistenan dan kesabaran Daffa benar-benar terbayar. Pada tes tahap kedua ini Daffa termasuk dari 149 taruna-taruni yang dinyatakan lolos dari total 308 calon taruna.
Yuyun yang menyaksikan perjuangan sang anak tentu bahagia mendengar kabar tersebut. Daffa yang kini tengah menempuh pendidikan di Akademi Militer Magelang telah diambil sumpahnya sebagai calon taruna.
“Pas di Magelang itu saya duduk dan berasa seperti mimpi, karena di sekeliling saya banyak anak-anak jendral. Saya masih gak nyangka,” ujar sang bunda mengenang momen tersebut.
“Saya selalu berdoa, ‘Ya Allah, kalau memang cita-cita Daffa menjadi perwira TNI AU membuatnya makin bertaqwa pada-Mu, tidak lali dengan ibadah dan Al-Qur’annya, hamba ridho Ya Allah,” terang Yuyun lagi.
Kunci sukses Daffa memang lengkap. Selain afirmasi mimpi, riyadhoh Qur’an dan amalan, juga ridho orang tua. Maka ketika di pendidikan, Daffa tak ingin kehilangan ketiganya.
ADVERTISEMENT
Kabar gembira kembali datang pada Yuyun. Daffa mengabarkan pada ibunya itu bahwa seorang teman meminta diajarkan ilmu Al-Qur’an padanya.
Ridho ini, kata Yuyun, adalah kunci yang harus diberikan orang tua pada anaknya. Sebaliknya, sang anak juga harus berusaha mendapatkan kunci tersebut dengan cara selalu berbakti pada orang tua.
“Untuk orang tua, kalau anak kita punya cita-cita yang mungkin kita pikir tidak memungkinkan dengan keadaan kita jangan berputus asa, Allah yang berkehendak. Insya Allah pasti bisa. Yakin aja Allah pasti bisa,” pesan Yuyun.
“Kalau buat santri-santri, semoga memotivasi bahwasanya santri itu bisa jadi apapun, kejar terus cita-cita mu. Kejar akhiratmu. Insya Allah dunia akan mengejarmu,” lanjutnya.