Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Menghafal 2 Juz dalam Satu Tahun, Fauzan Sukses Raih Gelar Santri Terbaik
13 Januari 2022 13:01 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Cerita Santri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Seperti biasanya di waktu istirahat sekolah, para santri Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an Lampung merehatkan diri. Ada yang menuju Daqumart membeli beberapa makanan ringan, bermain bola di lapangan, atau sekedar duduk-duduk menunggu waktu dzuhur tiba.
ADVERTISEMENT
Muhammad Fauzan Rabbani, salah satu santri kelas 8 tengah berjalan menuju masjid seusai mengganti pakaiannya tak lama setelah adzan berkumandang, di siang itu, Kamis, 11 November 2021. Namun, salah satu guru memanggilnya. Guru tersebut mengatakan kalau ia dipanggil oleh Ustadz Imron Rosyadi, Pengasuh Pesantren Daqu Lampung, ke ruangannya di gedung sekolah.
Fauzan, panggilannya, waktu itu santai saja seakan tidak ada keanehan sama sekali, berhubung yang memanggilnya adalah pengasuh pondok. Sesampainya di ruangan Ustadz Imron, ia malah disuruh menemui salah satu asatidz untuk melakukan sesi foto.
Dalam penjelasan asatidz tersebut, fotonya akan dikirim pada orangtuanya karena mereka meminta. Fauzan mulai merasakan kejanggalan, namun ia memahami alasan tersebut. Hingga sesi foto sederhana itu berakhir, tidak ada hal lain yang dirasakannya.
ADVERTISEMENT
Keesokan harinya, Jum’at, 12 November 2021, usai pelaksanaan sholat Jum’at di masjid yang berada di depan pesantren, Fauzan diminta maju ke hadapan teman-temannya. Seluruh santri Pesantren Daqu Lampung yang berjumlah 135 orang itu pun tidak ada yang tahu mengapa Fauzan disuruh maju.
Di tengah kebingungan itu, akhirnya diumumkan maksud pemanggilan Fauzan ke depan. Ia dinobatkan sebagai santri terbaik bidang tahfizh di tahun itu. Riuh tepukan tangan pun mulai memenuhi masjid.
Usai seremoni itu, Fauzan dan seluruh santri kembali ke kelas untuk melanjutkan pelajaran. Di tengah perjalanan menuju kelas, Fuzan dibuat kaget dengan sebuah baliho pengumuman prestasi yang baru saja ia terima dengan foto dirinya yang begitu besar. Sekarang Fauzan paham, sesi foto kemarin ternyata digunakan untuk kejutan kecil yang membanggakan ini.
“Gak nyangka banget. Apalagi, kan, baru 3 juz saja sudah jadi santri terbaik. Saya menyangkanya orang lain yang akan dapat,” terangnya waktu ditemui sehari setelah baliho bergambar dirinya itu berdiri.
ADVERTISEMENT
Seperti yang Fauzan katakan, saat itu hafalannya mencapai 3 juz. Putra pasangan Rofiqi dan Lailawati ini bahkan masuk pondok “hanya” bermodalkan Juz ‘Amma atau juz 30.
Ketekunannya membuahkan hasil. Dalam satu tahun ia menyelesaikan 2 juz lanjutan, yakni juz 1 dan 29. Ia pun layak mendapat apresiasi atas prestasinya itu.
Fauzan tidak tumbuh di lingkungan anak-anak pengajian atau pesantren saat usia SD dahulu, di daerah rumahnya yang berada di Way Kanan, Lampung Utara. Bahkan ia hanya belajar di sekolah umum tanpa pernah masuk Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA, sekarang TPQ atau Taman Pendidikan Qur’an) layaknya bocah-bocah seusianya. Fauzan belajar Al-Qur’an dengan seorang guru yang dipanggil ke rumah.
Fauzan pernah diminta masuk pesantren oleh orang tuanya. Pesantren tersebut berlokasi di Kabupaten Pesawaran. Namun, Fauzan menolak.
ADVERTISEMENT
Penolakan Fuzan tak lantas membuat orang tuanya menyerah. Mereka bertekad memondokkan Fauzan setelah lulus SD.
Sampai seorang kerabat mengabarkan bahwa anak mereka, sepupu Fauzan, mondok di Pesantren Daqu Lampung yang ada di Kecamatan Tegineneng, masih di Kabupaten Pesawaran, sekitar 4 jam dari tempat tinggal keluarga Fauzan.
Kini mental Fauzan sudah siap, ditambah ada sepupunya juga di sana. Ia pun segera mengiyakan permintaan kedua orang tuanya itu. Siapa sangka, hanya dalam satu tahun, Fauzan sudah berprestasi di bidang tahfizh yang mana dahulu menjadi cita-cita orang tua Fauzan saat memondokkan dirinya.
Sejujurnya, Fauzan tidak menargetkan sampai memperoleh predikat terbaik. Ia hanya ingin lulus sesuai target pesantren, yakni 15 juz. Namun ia yakin ini berkat doa orang tuanya.
ADVERTISEMENT
Karena itu ia mulai menargetkan prestasi-prestasi lain. Yang masih membuatnya penasaran adalah target akademik memperoleh peringkat pertama di kelas. Selama ini dirinya terpaku di peringkat 2.
“Masih penasaran aja, dari awal masuk pesantren dapatnya ranking 2 terus,” jelas Fauzan.
Tak ketinggalan, ia akan terus berusaha memperbaiki dan meningkatkan hafalannya. Ustadz Isro selaku guru halaqohnya pun terus memotivasi Fauzan. Di samping baik, kata Fauzan, Ustadz Isro adalah motivator ulung.
“Pesan dari ustadz harus semangat dan rajin lagi belajarnya. Beliau baik, saya jadi hafalannya lancar. Nagajarnya santai. Kalau mau setoran ya setoran, kalau mau muroja’ah ya muroja’ah,” tutur Fauzan tentang ustadz yang sudah 2 tahun mengawalnya menghafal Al-Qur’an tersebut.
Biasanya, Fauzan menghafal di waktu-waktu sebelum sholat 5 waktu. Namun, ia berpesan agar mereka yang sedang dalam proses menghafal Al-Qur’an bisa menemukan waktu terbaiknya sendiri dalam menghafal.
ADVERTISEMENT
“Ngafalnya yang rajin dan jangan malas-malasan. Ngafalnya fokus, kalau lagi bercanda, bercanda, kalau ngafal, ya ngafal,” ujarnya melanjutkan pesan tersebut.
Kini Fauzan menatap salah satu even tahfzih terbesar di Daarul Qur’an, yakni Wisuda Tahfizh Nasional atau WTN. Di even ini minimal kategori santri yang bisa diwisuda adalah 5 juz. Selanjutnya ada 15 juz lalu 30 juz.
WTN menjadi salah satu wasilah Daarul Qur’an mewujudkan Dream Daqu 5 benua melalui tahfizhul Qur’an. Sehingga diharapkan para santri penghafal Al-Qur’an ini bisa dilihat dunia dan berkontribusi untuk kepentingan umat.
Selain itu, para santri juga bisa memperoleh sanad Al-Qur’an dengan mengikuti ujian sanad Al-Qur’an yang dilakukan di Markaz Al-Qur’an, Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an, bersama para masyayikh dari organisasi tahfizh dunia.
ADVERTISEMENT
Tak ayal hal tersebut juga menjadi mimpi Fauzan lainnya. Ia yakin, setelah lulus tingkat SMP di Pesantren Daqu Lampung lalu melanjutkan di Pesantren Daqu pusat yang ada di Tangerang, ia bisa lebih membanggakan orangtuanya dengan raihan prestasi-prestasi tahfizhul Qur’an tersebut.