Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Rahasia Sukses Manajemen Pendidikan dalam Islam
29 Juni 2021 14:52 WIB
·
waktu baca 3 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 13:44 WIB
Tulisan dari Cerita Santri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Manajemen dalam dunia pendidikan juga diperlukan agar para peserta didik mampu dibentuk sesuai visi misi lembaga pendidikan. Hal tersebut juga dilakukan oleh Lembaga Pendidikan Daarul Qur’an. Kombinasi antara keimanan akan kuasa Allah dengan ikhtiar membangun lembaga menjadikan saat ini Daarul Qur’an telah memiki lima puluh cabang pesantren tahfizh serta ribuan rumah tahfizh yang tersebar ke seluruh penjuru negeri.
ADVERTISEMENT
KH Yusuf Mansur sebagai “Founding Father” Daarul Qur’an turut membagikan resep dapur dari pencapaian Daarul Qur’an itu. Ia membagikannya bersama mahasiswa Pascasarjana Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an (PTIQ) Prodi Manajemen Pendidikan Islam.
Bertajuk diskusi Manajemen Pendidikan Islam, acara digelar di Institut Daarul Qur’an (Idaqu), Jl. Cipondoh Makmur Raya, Cipondoh, Tangerang. Acara di hari Minggu (27/6/2021) itu juga dihadiri oleh Pimpinan Daarul Qur’an Direktorat Pendidikan, KH Ahmad Jamil, serta pakar Tahfizhul Qur’an dunia yang berkhidmad di Daarul Qur’an, Dr. Zaid Al-Ghaily. Sambutan positif juga diungkapkan oleh Dosen Magister Manajemen Pendidikan Islam PTIQ, Dr. Farizal MS, M.M.
Diskusi yang diharapkan berlangsung dua arah ternyata tidak terlihat. Bukan karena kesibukan Kyai Yusuf dengan segudang agendanya hingga menghambat waktu diskusi, namun rahasia yang beliau ungkapkan nyatanya mampu menutup semua persoalan manajemen pendidikan.
ADVERTISEMENT
“Ilmu ini penting untuk manajemen pendidikan, termasuk manajemen bisnis dan manajemen apapun. Catet nih. Sering-sering datang ke Allah, mendekatkan diri, ngadu, ngomong.” Ya, inti yang beliau bagikan adalah soal berpasrah pada yang maha kuasa.
Perjalanan Daarul Qur’an juga berawal dari mimpi Kyai Yusuf yang kala itu masih terlilit dengan berbagai persolan. Keinginan beliau untuk memperdalam kembali kalamullah membawanya memohon pertolongan pada Allah SWT.
“Teori sederhana ini juga yang melahirkan para pejuang hebat dengan izin Allah SWT. Jangan kebanyakan mikir, jangan kebanyakan kerja, kalau tanpa didampingi oleh Allah, Jalla jallaluh,” terangnya. Karena sejatinya setiap perbuatan tak ada artinya tanpa ridho Allah SWT.
Kejaiaban akan kuasa Allah SWT tak hanya dirasakan oleh Kyai Yusuf. Beliau pun berkisah tentang seorang pengusaha yang dihadapkan pada rumitnya permasalahan pajak perusahaan. Dalam kondisi itu, ia malah diberikan amanah untuk membuka sebuah rumah tahfizh. Lambat laun, justru dari situ persoalan bisa diatasi.
ADVERTISEMENT
Kyai Yusuf juga mengisahkan perjalanan Jody Brotosuseno, owner Waroeng Group dengan puluhan cabang gerai steak yang tersebar di Indonesia. Saat ini, Jody juga jadi donatur perkembangan Daarul Qur’an.
“Manajemen Langit” itu pula yang mengalahkan manajemen ala manusia dalam bersiasat kala sang owner berhasil membuka sebuah gerai di daerah Tegal. “Allah itu maha mengajarkan siapa saja yang menghendaki ilmu. Seluruh urusan samain aja SOP nya,” pesan Kyai Yusuf.
Perjalanan Daarul Qur’an juga bukan tanpa masalah. Hambatan itu pula yang sekarang justru jadi keunikan Daarul Qur’an dengan ground Tahfizhul Qur’annya.
Kyai Yusuf mengisahkan, saat pertama kali membuat pesantren di tahun 2003 dengan basic Tahfizh Qur’an, Daarul Qur’an ditentang bahkan oleh Lembaga Tahfizh Dunia. Sebabnya, saat itu Tahfizh Qur’an dianggap sebagai ilmu eksklusif yang hanya bisa dipelajarai oleh kalangan ‘alim.
ADVERTISEMENT
Dengan semangat untuk meningkatkan kecintaan masyarakat muslim Indonesia akan kitab sucinya, Kyai Yusuf dan koleganya, termasuk Kyai Jamil, menjelaskan hal itu pada para pakar tahfizh dunia tersebut. Sampai akhirnya kini Daarul Qur’an dipercaya menjadi penanggung jawab penyebaran tahfizh Qur’an ke berbagai negara.
Manajemen dalam dunia pendidikan juga jangan terlalu kaku. Apalagi setiap lembaga memilki keunikan maisng-masing. Begitulah pesan Kyai Yusuf.
Ia mengisahkan lagi tentang persolan yang dihadapi Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an di awal berdirinya.
“Udah tau kelas gak cukup, malah nerima santri di atas kuotanya. Secara manajemen, ini kan masalah. Tapi dari situ akhirnya santri-santri pada mental-mental ke berbagai daerah. Dan itulah yang akhirnya menghasilkan 50 cabang Pesantren Tahfizh Daarul Qur’an, di luar ribuan cabang rumah tahfizh.”
ADVERTISEMENT
Ilmu ini pun bisa diterapkan di berbagai bidang manajemen. “Seluruh urusan samain aja SOP nya,” jelas Kyai Yusuf.