Konten dari Pengguna

Cerita Petani Kelapa Setelah Anjloknya Harga Kopra

Tim cermat
Cerita Maluku Utara | Partner Kumparan 1001 Media Online
15 Februari 2019 21:42 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Tim cermat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Amat Husen bersama anak-anaknya sedang membuat kopra di Desa Oba, Tidore Kepulauan. Foto: Risman Rais
zoom-in-whitePerbesar
Amat Husen bersama anak-anaknya sedang membuat kopra di Desa Oba, Tidore Kepulauan. Foto: Risman Rais
ADVERTISEMENT
Amat Husen terlihat telanjang dada sambil menatap kepulan asap di tempat pembuatan kopra. Nampak keringat membasahi tubuhnya.
ADVERTISEMENT
Sudah seminggu Amat Husen dan anak-anaknya bekerja membuat kopra, mulai dari memetik kelapa, mencungkil daging kelapa, hingga mengasapinya untuk dijadikan kopra. Hal ini dilakukan mulai dari pukul 07 pagi hingga pukul 17.00 sore.
Akibat harga kopra yang turun, Amat Husen harus bekerja sebagai tukang bangunan untuk memenuhi kebutuhan rumah.
“Saya buat kopra hanya untuk dapat makan-minum sehari-hari sedangkan biaya sekolah anak-anak saya kadang menyiasati dengan kerja bangunan,” keluh Amat Husen 36 tahun, warga Desa Oba, Kecamatan Oba Utara, Kota Tidore kepulauan beberapa waktu lalu.
Dulu, Amat Husen dapat menyewa warga untuk membantu proses pembuatan kopra, tetapi sekarang tidak lagi, faktor utama seperti biaya makan-minum yang cukup tinggi berbanding terbalik dengan upah kopra. “Awalnya harga Kopra gudang di Oba Rp5000-Rp7000 sekarang jato (anjlok) hingga Rp3500-Rp3700,” kata Amat.
ADVERTISEMENT
Kata Amat, jika kopra miliknya dikerjakan oleh orang dalam seminggu, ia harus mengeluarkan uang sebesar 500ribu sampai 800ribu untuk biaya makan-minum. “Sedangkan upah yang diperoleh dari hasil penjualan Kopra kecil berbeda dengan sebelumnya,” ucap Amat.
Pemilik Gudang Kopra Ardhi ketika ditemui pada Jumat (15/01) mengatakan, kopra yang ia beli langsung dari petani dengan harga Rp4600, suplai Kopra yang ada di gudang semuanya dari Halmahera seperti Oba Kota Tidore Kepulauan, Jailolo, Gane Barat, Gane Timur Halmahera Selatan dan, Buli, Ekor Halmahera Timur,” kata Ardhi.
Gudang Kopra di Kelurahan Fitu, Ternate Selatan. Foto: Risman Rais
Disela-sela kesibukan pengangkutan dan menimbang kopra bersama karyawan di gudang yang sebesar setengah lapangan bola itu Ardhi mengatakan, Kopra yang masuk di gudang sehari bisa mencapai 1-6 ton. Mereka tidak langsung angkut ke kontainer namun ditampung dulu untuk mengeringkan air yang menyerap. “Setelah itu, gantikan karung dan pengakutan untuk dibawa ke Surabaya,” ucap Ardhi.
ADVERTISEMENT
“Harga tinggi maupun tidak kami tetap untung Rp1000 perkilo, sebulan kami dapat pengangkutan hingga 10 kontainer,”Tambahnya.
“Harga Kopra di pabrik tidak menentu setiap saat tergantung Kurs Dollar, pengalaman selama di Surabaya, saya selalu tanyakan kepada perusahaan, dan perusahaan selalu mengatakan bahwa itu pengaruh dari harga dolar,” ucap Ardhi
***
Sementara itu, Wakil ketua Komisi II DPR RI Herman Khaeron mengatakan, strategi petani yang lebih baik menjadikan kompetensi sumberdaya lokal sebagai kekuatan ekonomi berdayakan potensi yang ada. Olehnya itu, sediakan industri, investasi dan penyediaan pasar, bukan menghilangkan potensi lokal yang hidup di masyarakat.
“Kopra telah hidup dengan masyarakat. Kopra mampu menunjang pendapatan masyarakat, janganlah ada kebijakan pemerintah untuk mengganti sebab, sentuhan industri yang harus dijadikan prioritas,”kata Herman.
ADVERTISEMENT
Anggota DPR RI dapil Jawa Barat ini melanjutkan, kita tidak boleh kalah dengan tekhnologi modern yang hanya menjual air kelapa.
Ketua Koperasi rakyat halmahera (KOPRA) Sahrin Hamid mengatakan, prospek pembuatan pabrik kopra telah ada, “kita berupaya agar perencanaan operasi Pabrik Kopra akan direalisasikan pada bulan Maret mendatang,” kata Sahrin.
---
Risman Rais