Konten Media Partner

7 Benteng Bersejarah di Tidore Belum Terurus

21 Agustus 2021 11:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kondisi Benteng Tahula terlihat dari atas. Foto: Faris Bobero/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Kondisi Benteng Tahula terlihat dari atas. Foto: Faris Bobero/cermat
ADVERTISEMENT
Sebagian benteng bersejarah di Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara, belum mendapat perhatian. Bahkan, beberapa jejak benteng di antaranya diketahui hampir hilang.
ADVERTISEMENT
Kepala Bidang (Kabid) Sejarah dan Kepurbakalaan, Dinas Pariwisata Tidore Kepulauan, Usman Musa, mengemukakan berdasarkan catatan peta yang dimiliki, benteng bersejarah di Tidore Kepulauan berjumlah sebanyak sembilan benteng.
Sembilan benteng itu di antaranya benteng Tomanyira dan benteng Maresco di Kelurahan Mareku. Benteng Mare yang berada di Pulau Mare. Benteng Tore dan benteng Tahula di Kelurahan Soasio. Benteng Romeo (Roem) di Kelurahan Rum. Benteng Cobo, dan Benteng Biji Negara di Kelurahan Toloa, dan satu benteng di kelurahan Ome yang jejaknya mulai hilang.
Usman mengatakan, benteng-benteng tersebut merupakan tanggung jawab pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya. Dari sembilan benteng itu, baru dua benteng yang memiliki sertifikat dan diserahkan ke pihak Balai Pelestarian Cagar Budaya, yaitu benteng Tore dan benteng Tahula. Artinya, masih tujuh benteng lagi yang perlu mendapat perhatian.
ADVERTISEMENT
Ia menjelaskan, benteng bersejarah di Kelurahan Rum itu sebenarnya bernama Roem namun tulisannya Romeo. Benteng itu kemudian menjadi cikal bakal nama Kelurahan Rum. Benteng di Kelurahan Rum itu beberapa waktu kemarin sudah ditinjau oleh pihak Balai.
Sedangkan benteng yang terletak di tanjung Mareku itu masih menjadi polemik. Pihak Mareku mengaku, benteng yang berlokasi di tanjung itu adalah benteng Marescu sementara data di Balai Pelestarian Cagar Budaya itu adalah benteng Tomanyira.
"Kalau untuk benteng di Mare itu jejaknya masih ada. Benteng Biji Negara di Toloa itu juga jejaknya masih ada tapi itu belum tercatat di Balai. Tapi dari Balai akan perhatikan itu," kata Usman Musa, Jumat (20/8).
Ia menegaskan, Pemkot Tikep saat ini sedang bekerjasama dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya untuk merawat benteng-benteng tersebut.
ADVERTISEMENT
Saat ini, kata dia, pelestarian benteng tersebut masih dominan menjadi tanggung jawab pihak Balai karena spesifikasi sumber daya manusia di Pemkot Tikep masih kurang.
Kemungkinan, kata Usman, di tahun depan, Balai Pelestarian Cagar Budaya akan melakukan pemeliharaan Benteng Biji Negara. Karena pihak Balai berencana akan menempatkan juru pelihara (jupe) di benteng di sana. Pemeliharaan itu juga akan di lakukan di benteng yang berada di Kelurahan Rum.
"Benteng-benteng ini akan jadi tanggung jawab bersama antara Balai dan Pemkot," tandasnya. (BCS)