Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten Media Partner
Akademisi: Suhu Ekstrem di Perairan Malut Bisa Jadi Sebab Ikan Mati Mendadak
26 Februari 2020 18:08 WIB

ADVERTISEMENT
Ikan-ikan yang ditemukan mati mendadak di perairan Ternate, Maluku Utara, pada Selasa (25/2) hingga Rabu (26/2) ini, membuat warga merasa khawatir.
ADVERTISEMENT
Seperti berita cermat sebelumnya, "Ikan Hiu hingga Gurita Mati Mendadak di Perairan Halsel dan Ternate". Disebutkan salah satu diver Ternate saat menyelam di depan Taman Love Ternate atau Pantai Falajawa, menemukan sejumlah ikan dasar mati dan belum diketahui penyebabnya.
Pantauan cermat di perairan Ternate, pada Rabu siang tadi, tepatnya di pesisir Landmark Ternate. Warna air memang agak kecokelatan dan berbau amis. Tampak juga sejumlah ikan mati dalam posisi sudah terapung.
Akademisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Khairun (Unkhair), Dr Nurhalis Wahidin, saat ditemui cermat, mengatakan, berdasarkan data citra satelit, perairan Ternate sejak 24-25 Februari, mengalami penurunan suhu.
Penurunan suhu permukaan laut di lokasi ditemukannya ikan mati berkisar antara 17-18 derajat celcius. Suhu tersebut, kata Nurhalis, untuk perairan tropis tergolong cukup ekstrem. "Apabila suhu permukaan air laut terlalu rendah itu bisa dipicu oleh pengadukan atau upwelling," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Ia bilang, faktor cuaca, embusan angin yang kencang di permukaan, juga dapat menyebabkan perpindahan masa air dari dasar ke permukaan, begitu sebaliknya.
"Untuk fenomena suhu saja itu suhu yang terlalu ekstrem untuk ditoleransi ikan-ikan. Memang pada 25 Februari suhu agak normal, tapi masih ada suhu yang 17-29 derajat celcius," ungkapnya.
Menurut dia, kendati demikian, belum dapat dipastikan apa yang terjadi di bawah laut ketika terjadi penurunan suhu permukaan laut.
"Kita belum tahu di bawah laut itu lebih panas dan terperangkap, menyebabkan ikan-ikan mati atau sebaliknya suhunya lebih dingin dari permukaan. Tapi kalau suhunya begitu (17-18 derajat celicius) ikan-ikan sulit untuk bertahan hidup," tuturnya.
Kondisi penurunan suhu ini, diakuinya serupa yang terdapat di perairan Makian, Halmahera Selatan, lokasi yang juga dikabarkan ditemukannya ikan-ikan mati mendadak pada Senin (24/2). Suhu ekstrem ini, kata dia, memang bukan peristiwa biasa.
ADVERTISEMENT
Mengenai kondisi ikan yang mati apakah berbahaya atau tidak, ia mengaku, hal itu butuh uji laboratorium untuk membuktikannya. Namun, ia menyarankan, sebelum hasil uji laboratorium keluar, warga Ternate diimbau sebaiknya jangan dulu mengonsumsi ikan yang didapat dari perairan Ternate.
Sementara itu, Dr Muhammad Aris, yang juga merupakan akademisi FPIK Unkhair Ternate, ini membantah apabila ada informasi yang beredar di media sosial bahwa matinya ikan-ikan tersebut karena adanya blooming alga atau ledakan populasi plankton yang cukup besar.
"Blooming alga lebih banyak terjadi di perairan tertutup. Sementara lokasi kejadian terjadi di perairan dangkal dan terbuka. Dan ikan-ikan yang mati itu ikan-ikan perairan dangkal," ucap Aris.
Ia menjelaskan, untuk perairan terbuka seperti Ternate, itu sirkulasi airnya lancar sehingga sangat memungkinkan tidak akan terjadi blooming alga.
ADVERTISEMENT
"Kejadian blooming alga itu ditandai dengan perubahan warna air. Namun, semua perubahan warna air tidak berarti bisa disimpulkan sebagai blooming alga. Bisa juga karena pengadukan masa air," jelasnya.
Ia bahkan menduga, perubahan warna yang terdapat di perairan Ternate lebih ke faktor bahan pencemaran. Seperti polutan atau bahan-bahan yang tidak bisa terurai di air secara baik, sehingga memberikan perubahan warna pada air.
"Tapi ini hanya asumsi saja. Hanya asumsi kita berangkat dari dasar-dasar yang ilmiah," ungkapnya.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Bidang Pengawasan Sumberdaya Laut, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kota Ternate, Iskandar Abdurahman, mengaku, sampel air sudah diambil di perairan Ternate, dan dibawa ke Manado, Sulawesi Utara, sore tadi.
"Ada tiga botol sampel. Tapi hasilnya akan disampaikan oleh yang berwewenang," ujar Iskandar, singkat.
ADVERTISEMENT