Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2

ADVERTISEMENT
Memperingati Hari Bumi yang dirayakan setiap 22 April, beberapa elemen lembaga dan komunitas di Kota Ternate, Maluku Utara, melakukan kampanye terkait isu ekologis.
ADVERTISEMENT
Aksi yang dilakukan di beberapa titik di Ternate itu membawa tema besar, yakni "Maluku Utara Tolak Perampasan Ruang Hidup".
Aksi ini digagas oleh Komunitas Slavery bersama Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Maluku Utara, Komunitas Falasany, dan Himpunan Pelajar Mahasiswa Sula (HPMS).
Koordinator aksi, Sahman Sapsuha, mengatakan ada tiga isu turunan yang difokuskan dalam kampanye kali ini. "Pertama itu tentang Tobelo tolak reklamasi," ucap Sahman saat ditemui cermat, Senin (22/4).
Ia bersama komunitasnya menolak adanya rencana reklamasi di Desa Rawajaya, Kecamatan Tobelo, Halmahera Utara. Sebab menurutnya, penimbunan laut bakal mengancam ekosistem yang ada di pulau-pulau sekitarnya.
"Itu akan berpengaruh pada ekologis. Seperti terumbu karang dan juga akses masyarakat, terutama yang beprofesi sebagai nelayan," ujar Sahman.
ADVERTISEMENT
Isu kedua adalah penolakan terhadap perusahaan kelapa sawit di daratan Gane, Halmahera Selatan. Menurutnya, kehadiran PT. Korindo di wilayah itu membawa efek buruk kepada masyarakat,
"Pembabatan hutan itu mengancam terjadinya global warning," ujar mahasiwa kesehatan di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara ini.
"Ketiga adalah terkait kehadiran PT. Samalita di Desa Wailoba. Di situ mereka (PT Samalita) diberi ijin untuk penanaman bibit kakao, tapi fakta yang terjadi justru penebangan pohon dengan skala masif," kata Sahman.
Desa Wailoba sendiri berada di Kecamatan Mangoli Tengah, Kabupaten Kepulauan Sula. Ketiga isu ini menjadi fokus kampanye mereka dalam momentum Hari Bumi kali ini.
Dalam aksi tersebut, para aktivis lingkungan ini melakukan teatrikal, yang menggambarkan kondisi Maluku Utara yang kian hari terdesak pertambangan.
ADVERTISEMENT
Tampak sebuah bola bumi yang bergambar peta Maluku Utara dengan beberapa corak merah di sekitarnya. Sahman bilang, peta ini adalah lokasi yang terjadi perampasan ruang hidup.
Dengan aksi tersebut, Sahman berharap masyarakat bisa sadar bahwa saat ini Maluku Utara sedang berada dalam cengkraman investor.
"Kami juga meminta kembalikan kearifan lokal, di mana torang (kami) menanam tanpa mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebihan," tandas Sahman.
---
Rizal Syam