news-card-video
6 Ramadhan 1446 HKamis, 06 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten Media Partner

Bendera Setengah Tiang di Tidore untuk Haul Sultan Nuku

15 November 2019 20:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bendera pusaka sang saka merah putih dan bendera Kesultanan Tidore berkibar setengah tiang di halaman Kadato Kie Kesultanan Tidore. Foto: Faris Bobero/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Bendera pusaka sang saka merah putih dan bendera Kesultanan Tidore berkibar setengah tiang di halaman Kadato Kie Kesultanan Tidore. Foto: Faris Bobero/cermat
ADVERTISEMENT
14 November 1805 atau tepat hari Kamis (4/11/2019) -- 214 silam -- Tidore berduka. Sultan Nuku berpulang di usia 67 tahun.
ADVERTISEMENT
Mengenang kepergian sang sultan yang digelari "Sri Paduka Maha Tuan Sultan Saidul Jehad el Ma'bus Amiruddin Syah Kaicil Paparangan" itu, Garda Nuku menggelar Haul Nuku berupa ziarah makam para sultan.
Diawali dengan ziarah makam Sultan Syaifuddin alias Jou Kota di Kelurahan Tomalou, Sultan Ciriliyati atau Sultan Djamaluddin di Tongowai, kemudian Makam Sultan Nuku, serta makam Sultan Zainal Abidin dan Sultan Djafar Syah di Soasio.
Sebelumnya, pamflet Nuku Word Festival banyak dibagikan di jejaring media sosial. Rangkaian kegiatan yang diisi dengan ziarah makam para sultan, dan diakhiri dengan ratib rabana/taji besi (debus) di Pandopo Kadato Kie Kesultanan Tidore ini, disertai imbauan: 'menaikan bendera setengah tiang sebagai tanda berduka'.
Makam Sultan Syaifuddin alias Jou Kota di Kelurahan Tomalou. Foto: Faris Bobero/cermat
"Mari, dari lubuk hati yang paling dalam, kita kirimkan Alfatihah buat Nuku. Jangan terlalu cepat melupakannya," pesan Ketua Garda Nuku, Abdullah Dahlan, lewat pamflet yang disebar.
ADVERTISEMENT
Cermat sempat berkeliling Pulau Tidore, namun imbauan itu hanya dilaksanakan di Kadato Kie Kesultanan Tidore dan salah satu rumah warga di Kelurahan Tomalou.
Ziarah Makam Sultan Ciriliyati alias Djamaluddin di Tongowai. Foto: Faris Bobero/cermat
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Tidore, Yakub Husain mengatakan, belum ada pemberitahuan. "Saya sudah sampaikan ke Kaban Kesbangpol (Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik). Beliau yang koordinasi," singkat Yakub kepada cermat Kamis (14/11).
Dikonfirmasi terakhir, Jumat (15/11), Yakub bilang, soal kebijakan menaikan bendera setengah tiang, bukan ranah Disbudpar. "Itu di Kesbang. Tapi kalau terkait dengan pahlawan itu Dinsos (Dinas Sosial)," katanya.
Ditambahkan Yakub, inisiatifnya menghubungi Kesbangpol untuk memastikan, apakah kebijakan menaikan bendera setengah tiang berkaitan dengan tugas, pokok dan fungsi Kesbangpol atau bukan. "Makanya saya telpon sampaikan beliau," tandasnya.
Bendera pusaka sang saka merah putih dan bendera Kesultan Tidore nampak berkibar setengah tiang di halaman utama Kadato Kie Kesultanan Tidore. Foto: Faris Bobero/cermat
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Tidore Kepulauan, Mahmud Abdullah, mengaku baru disampaikan Kadisbudpar sehari sebelum Haul Nuku digelar.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak tahu informasi itu. Saya tahu setelah ditelpon pak Kadis Pariwisata, nah di situ baru saya tahu," ujar Mahmud, yang mengaku baru diberitahu sore harinya, setelah pulang dari kantor.
Menanyakan apakah Pemerintah Kota (Pemkot) Tidore Kepulauan tidak menjadwalkan momen-momen kepahlawanan tersebut, Mahmud bilang, "soal Haul Nuku, saya juga baru tahu setelah disampaikan Kadisbudpar."
Makam Sultan Nuku di Tidore. Foto: Faris Bobero/cermat
"Saya konfirmasi protokoler, padahal ini sudah pulang kantor ini. (Nomor handphone) so tara (sudah tidak) aktif. Wah, saya mau konfirmasi di mana lagi kalau begitu," tuturnya.
Menurut dia, jika telah diagendakan lewat Wali Kota atau Wakil Wali Kota, tentu akan ada instruksi ke bawah. "Karena kita mau ambil langkah juga kan, tidak bisa. Harus koordinasi ke atas lagi. Karena agenda ini, kalau tidak salah tahun 2018 ada (bendera setengah tiang)," katanya.
ADVERTISEMENT
Dewan Pembina Garda Nuku, Nuryadin Rahman, mengaku imbauan menurunkan bendera setengah tiang nyaris tak terlihat di Tidore."Ini yang sangat disayangkan," sesalnya.
Mestinya, lanjut dia, Pemkot Tidore tidak harus menunggu. "Karena sudah tahu kan, bahwa setiap tahun itu digelar (Haul Nuku," tambahnya.
Ia berharap di tahun berikutnya, festival ini harus melibatkan banyak orang. Apalagi Nuku adalah satu-satunya Pahlawan Nasional dari Maluku Utara.
"Nuku bukan cuma milik orang Tidore. Jadi semua harus ada rasa saling memiliki. Nilai-nilai ini yang harus digerakkan, karena ini mulai hilang," katanya.
Sejatinya, kata dia, ziarah makam para sultan bertujuan untuk membangun nilai kebersamaan dan keragaman. Garda Nuku ingin memberikan sebuah kontemplasi atau perenungan.
"Kenapa kita harus menghargai para leluhur? Jadi ini (ziarah makam hingga bendera setengah tiang) bertujuan menggerakan orang lain untuk bisa memberikan hal yang lebih besar," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Ke depan, pihak panitia akan menjalin koordinasi dengan Pemkot Tidore. Selain Haul, akan membahas beberapa agenda lainnya. Termasuk soal bendera setengah tiang.
"Karena itu tanggungjawab pemerintah dan masyarakat. Bukan cuma kita di Garda Nuku. Karena itu pahlawan nasional," tandasnya.
Bendera pusaka sang saka merah putih dan bendera Kesultanan Tidore nampak berkibar setengah tiang di halaman Kadato Kie Kesultanan Tidore. Foto: Faris Bobero/cermat
Sekretaris Jenderal Garda Nuku, Budi Janglaha, menegaskan imbauan menaikan bendera setengah tiang adalah sebuah gerakan sosial dan moral. "Di sini kita butuh perhatian pemerintah," tegas Budi.
Budi bilang, ini sudah kali ketiga. Sedangkan di Haul Nuku ini, tidak hanya makam Sultan Nuku yang diziarahi. Tetapi seluruh makam para sultan yang ada di Pulau Tidore.
Rencanannya, kata dia, Nuku Word Festival digelar di Weda, Halmahera Tengah. Karena Weda sendiri merupakan salah satu basis pasukan Nuku yang dikenal dengan sebutan pasukan Gamrange, meliputi Maba, Patani, Weda.
ADVERTISEMENT
"Tapi karena kurang kesiapan, jadi kita alihkan di Tidore. Itu pun kesiapan kami di Tidore cuma 2-3 hari," katanya.
Budi bilang, di tahun berikutnya, akan dibuat secara nomaden atau berpindah-pindah. Karena Nuku sendiri banyak membangun gerakan dari luar."Ke depan akan ke Seram hingga Raja Ampat," ucapnya.