Konten Media Partner

Berburu Senja di Wisata Rumah Pohon Pulo Tareba, Ternate

3 Januari 2020 17:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penulis saat berfoto di wisata rumah pohon, Tolire, Ternate. Foto: Titin Fijayanti
zoom-in-whitePerbesar
Penulis saat berfoto di wisata rumah pohon, Tolire, Ternate. Foto: Titin Fijayanti
ADVERTISEMENT
Sore itu, Kamis (2/1), sekira pukul 16.23 WIT, saya bersama adik saya, Titin Fijayanti, keluar dari rumah di Kelurahan Fitu, Ternate, menuju ke objek wisata baru, yakni Pulo Tareba, tepatnya di Kelurahan Takome, arah barat di atas danau Tolire Besar.
ADVERTISEMENT
Perjalanan dari tempat tinggal kami membutuhkan waktu kurang lebih 25 menit. Posisi wisatanya cukup jauh dari permukiman. Untuk menuju ke tempat ini pengendara motor harus melalui jalan setapak sebelah utara kantor Kelurahan Takome.
Jarak tempuh dari permukiman ke lokasi sekira satu kilometer. Sedangkan pengunjung yang menggunakan mobil maka harus melewati jalan di samping kuburan Takome, yang berjarak kurang lebih dua kilo meter.
Penulis saat duduk di atas wisata rumah pohon. Foto: Titin Fijayanti
Dalam beberapa catatan, disebutkan Danau Tolire terbentuk akibat letusan Gunung Gamalama pada tahun 1775. Kala itu, erupsi Gunung Gamalama melenyapkan Desa Soela Takomi bersama 141 penduduknya. Setelah desa itu lenyap, muncul dua danau yang kini dikenal dengan Danau Tolire Kecil dan Tolire Besar.
Seiring berjalannya waktu, warga setempat membuat sejumlah titik wisata di sekitar dua danau itu. Pengunjung saat ini dapat menikmati pisang mulu bebek dan es kelapa muda campur, serta aneka kuliner lainnya yang dijual di sekitar lokasi.
Memotret senja di Danau Tolire. Foto: Iin Afriyanti/cermat
Tepat di depan pertigaan jalan masuk danau tersebut, juga terlihat sejumlah warung milik warga dan gazebo berjajar sepanjang jalan.
ADVERTISEMENT
Sebutan lain destinasi ini adalah Talaga Lamo. Saat sampai di lokasi, kami disambut pegiat wisata. Ewin, namanya. Saya sempat berbincang dengannya. Ternyata dia mantan wartawan televisi nasional. Tak lama, Ewin berlalu dan menunggu kami di lokasi kemah yang tak jauh dari tempat ini.
Kami menikmati kopi hitam yang diseduhkan oleh pegiat wisata lain. Boti, namanya. Rindang pepohonan, kicauan bermacam-macam burung sembari terbang mengelilingi Talaga Lamo dengan gradasi warna hijau tua, ditambah latar matahari sore yang indah, membuat kami tak ingin membuang kesempatan mengabadikan momen ini.
Melihat matahari terbenam dari rumah pohon. Foto: Titin Fijayanti
Saya duduk di atas rumah pohon yang dibuat Ewin bersama rekan-rekannya. Posisi rumah pohon menghadap tepat ke arah danau dan laut. Mereka membuatnya dari potongan papan dan kayu. Sungguh menenangkan saat berada di sini.
ADVERTISEMENT
Usai mengabadikan foto, kami kemudian menuju ke lokasi kemah. Di sana sudah ada rekan-rekan pegiat wisata Komunitas Rumah Kotak. Ewin menjamu kami dengan seduhan kopi hitam sembari duduk bersama di depan panggung lokasi wisata tersebut.
Kepada saya, Ewin bercerita awalnya warga setempat mau membuat objek wisata di pantai. Namun, Ewin bersama rekan-rekannya menawarkan ide agar membuatnya di Pulo Tareba.
“Iya, kami buat wisata alam karena sudah banyak wisata pantai, sehingga ini merupakan pilihan terbaik saat ini, apalagi suasana alam di Pulo Tareba ini cukup unik," ucap Ewin, sambil meneguk kopi hitam.
Sekitar lokasi wisata rumah pohon, Tolire, Ternate. Foto: Iin Afryanti
Ewin bilang, wisata ini dibentuk oleh Komunitas Rumah Kotak bersama Karang Taruna Pemuda serta warga tempatan. Ia mengaku, tempat ini juga ada banyak jenis burung dan tergolong endemik.
ADVERTISEMENT
“Ada burung kakatua, rangkong atau taon, maleu kaki merah, nuri Ternate, kakatua ijo, nuri bayan juga ada di sini. Saya dan teman-teman bersama warga sudah mengamati burung-burung yang ada,” ungkapnya.
Lokasi wisata ini, kata dia, masih dalam tahapan pembangunan. Tidak hanya spot foto, rumah pohon, dan sepeda gantung, pihaknya juga tengah menyediakan flying fox dan outbound.
Penulis bersama komunitas rumah kotak di lokasi wisata. Foto: IinFijayanti
“Pada jelang tahun baru kami sempat membuat reiva outdoor camp lll 2019, pada 28-29 Desember kemarin. Banyak yang hadir sampai lokasi wisata dipenuhi tenda, bahkan ada enam wisatawan yang datang dari Papua untuk menghadiri,” jelasnya, sambil mengaku setelah semua fasilitas di lokasi ini rampung, ia berencana membuat peluncurannya.
Setelah itu, saya bersama Titin, meminta pamit sekira pukul 20.18 WIT. Kami diantar menuju kampung oleh pegiat wisata dengan tiga kendaraan motor beriring-iringan, hingga sampai ke permukiman.
ADVERTISEMENT
---
Penulis: Iin Afriyanti Hasan