Berkunjung ke Benteng Tjsobbe, Maluku Utara

Konten Media Partner
16 Oktober 2019 15:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Monumen kedatangan kapal Trinidad dan Victoria, yang merupakan jejak perjalanan pelaut Spanyol pada 500 tahun silam. Lokasinya tak jauh dari tembok benteng. Foto: Nurkholis Lamaau/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Monumen kedatangan kapal Trinidad dan Victoria, yang merupakan jejak perjalanan pelaut Spanyol pada 500 tahun silam. Lokasinya tak jauh dari tembok benteng. Foto: Nurkholis Lamaau/cermat
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tak banyak yang tahu latar belakang sejarah berdirinya Benteng Tjsobbe di Kelurahan Rum Balibunga, Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara.
ADVERTISEMENT
Keberadaan benteng di tepi bukit curam itu, hanya menyisakan separuh dari dinding benteng. Tak ada papan informasi yang menjelaskan tentang sejarah benteng tersebut.
Tidak jauh dari lokasi benteng, terdapat monumen kedatangan kapal Trinidad dan Victoria, yang merupakan jejak perjalanan pelaut Spanyol pada 500 tahun silam yang dipimpin oleh Fernando de Magelhaens. Pantauan cermat, sebagian bangunan benteng sudah tak terlihat. Hanya menyisakan jalan lingkar Tidore Kepulauan.
Dinding Benteng Tjsobbe di Kelurahan Rum Balibunga, Tidore Utara, Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara. Foto: Nurkholis Lamaau/cermat
Di atas benteng yang ditumbuhi pepohonan dan rerumputan liar, kerap dijadikan tempat 'pacaran' sejumlah muda-mudi. Bahkan benteng tersebut berdekatan dengan kawasan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tidore.
Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Maluku Utara, Muhammad Husni, saat dikonfirmasi cermat dari Tidore, Rabu (16/10), mengatakan, benteng tersebut masuk dalam rencana pemugaran. "Tapi kami harus lakukan studi teknis dulu," katanya.
ADVERTISEMENT
Menurut Husni, dulunya di kawasan tersebut diduga terdapat salah satu benteng. Namun bentuknya sudah tidak utuh. Bahkan tak ada data yang menjelaskan secara rinci. "Jadi kalau kita membangun dan tidak sesuai fakta, itu kan malah lebih merusak," katanya.
Dari atas benteng, terdapat pepohonan dan rerumputan liar. Lokasi ini kerap dijadikan tempat beradu mesrah para muda-mudi. Nampak terlihat kapal tongkang pengakut batubara di depan benteng. Foto: Nurkholis Lamaau/cermat
Sehingga, jalan satu-satunya adalah melakukan pemugaran sebagai bukti bahwa, di wilayah tersebut pernah ada aktivitas yang ditandai dengan kehadiran benteng. "Jadi apapun yang tersisa, itu akan kita bugar," jelasnya.
Target pemugaran, kata Husni, sudah mulai jalan. Semua direalisasikan secara bertahap. "Yang pasti tidak terlalu lama. Apalagi dalam 2 tahun berturut-turut ini ada event internasional, yaitu Magelhanes dan Sail Tidore," tuturnya.
Soal anggaran, Husni tak menyebut nilainya. Namun menurut dia, sepanjang datanya mendukung, maka pihak Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman tak akan mempersulit.
ADVERTISEMENT
"Saat ini datanya sudah lengkap," tandasnya.
Papan nama Benteng Tsjobbe yang kini sudah tidak terlihat lagi. Foto: Istimewa
Justru saat ini, lanjut Husni, BPCB Malut mengusulkan ke Pemerintah Kota Tidore Kepulauan, untuk menyediakan museum open space atau museum terbuka di setiap desa. "Tinggal dibuatkan dana alokasi desa (DAD)-nya saja," jelasnya.
Menurut Husni, usulan museum open space sangat mendukung. Karena hampir setiap desa di Tidore memiliki sejarah. Hal ini akan membuat para pengunjung akan berkeliling dari desa ke desa. "Itu bisa jadi destinasi wisata sejarah dan budaya. Tentu perekonomian di sekitarnya akan terbangun," tuturnya.
Namun, sejauh ini belum ada penegasan terkait fungsi ruang di Tidore. Hal ini terlihat di Rum Balibunga. Di mana, kawasan pelabuhan dan ekonomi straregis ini, malah berdiri PLTU Tidore.
Jalan lingkar pulau Tidore yang diyakini memotong separuh bangunan benteng. Foto: Nurkholis Lamaau/cermat
Menanggapi hal itu, Husni bilang saat ini sudah ada peraturan daerah (Perda) soal cagar budaya. Selanjutnya tinggal mengikuti petunjuk teknis dan standar operasional prosedure. "Itu yang harus dipertegas," tandasnya.
ADVERTISEMENT
"Jadi saya pikir Pemerintah Kota Tidore sudah sangat bagus. Karena sudah punya Perda soal cagar budaya. Tinggal adendum yang lebih luas, supaya kita bisa bergerak," kata Husni menambahkan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tidore Kepulauan, Yakub Husen, mengaku dulunya ada papan nama benteng tersebut. Namun sekarang sudah tidak ada. "Jadi ke depan kami akan buat semacam museum terbuka. Nanti di situ ada penjelasan dan foto-foto terkait benteng tersebut," terangnya.
Yakub mengaku, Benteng Tjsobbe sudah menjadi bahan diskusi Disbudpar Tidore dan BPCB Malut. "Kami sudah punya perencanaan atau gambaran untuk pengembangan benteng itu," tuturnya.
"Bahkan kalau saya tidak salah dengar, katanya jalan poros lingkar Pulau Tidore itu mau digeser sedikit. Karena di awal pembangunan (jalan) tidak pernah dipikirkan, jadi langsung main potong saja di tengah-tengah benteng," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Namun, jika dalam pemugaran tak bisa mengembalikan keasilan benteng, kata Yakub, pihaknya akan menambahkan sedikit narasi dari sejarah benteng tersebut. "Sehingga bisa menjadi cagar, walau sudah tidak bisa mengembalikan keasilannya," katanya.
Sebab, kata dia, dalam peraturan menteri telah ditetapkan cagar budaya nasional dan daerah. Sedangkan sejauh ini, cagar budaya nasional di Tidore baru satu, yakni makam Nuku."Kalau cagar budaya daerah ya benteng itu," jelasnya.
Menyentil keberadaan PLTU yang berdekatan dengan benteng, Yakub katakan, bukan hanya benteng tetapi juga berpengaruh pada monumen kedatangan kapal Trinidad dan Victoria. "Memang batas (luas area monumen) hanya sampai di situ," katanya.
Sehingga dalam pengembangannya, Disbudpar fokus pada sejarahnya. Sedangkan perluasan wisata lebih difokuskan di Pulau Maitara. Karena semua satu paket kawasan. "Sebab kalau di Rum, untuk pengembangan wisata sejarah sudah tidak bisa lagi, jadi mungkin hanya situs sejarahnya saja. Jadi solusinya dibuatkan keterangan untuk menjelaskan ke pengunjung," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Sementara, terkait rencana revitalisasi Benteng Tjsobbe, pihaknya telah berkoordinasi dengan BPCB Malut. "Itu sudah menjadi tanggung jawab mereka (BPCB)," jelasnya.
Dijelaskan Yakub, tahun ini BPCB bakal merevitalisasi dua benteng, yakni Benteng Tore, sebuah benteng yang dibangun Bangsa Portugis atas perintah Sancho de Vasconcelos setelah mendapat izin dari Sultan Gapi Baguna pada 6 Januari 1576 di arah utara Soa Sio Tidore.
Kemudian Benteng Tahula, salah satu benteng yang dibangun bangsa Spanyol pada tahun 1601 atas perintah Gubernur Spanyol, Cristobal de Azcqueta Menchacha, dan menjadi properti pertahanan Spanyol hingga 1662.
"Kami sudah berkoordinasi dengan BPCB, dan mereka akan masuk dalam tim revitalisasi. Yang jelas tahun ini fokus benteng Tore dan Tahula. Termasuk (benteng) Tjsobbe juga. Mereka target menyelesaikan tahun ini," tuturnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Yakub, upaya merevitalisasi benteng tersebut tidak bisa dilakukan sekaligus, tetapi harus bertahap. Di mana, langkah awal adalah melakukan penelitian. "Ini hampir setiap bulan BPCB ke Tidore. Apalagi jelang Sail Tidore ini. Mereka bantu kami," katanya.
---
Nurkholis Lamaau