Cengkih, Rempah Asal Maluku Utara yang Pernah Jadi Bahan Pengobatan di Dunia

Konten Media Partner
28 Juli 2021 18:56 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cengkih kering. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Cengkih kering. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Sejarah rempah tidak bisa lepas dari Maluku Utara, terutama daerah seperti Ternate, Tidore, Bacan, dan Jailolo. Sejak lama, rempah sudah menjadi primadona dan diburu bangsa-bangsa di dunia.
ADVERTISEMENT
Adnan Amal, dalam Buku Kepulauan Rempah-Rempah, mencatat tanaman rempah yang paling terkenal di Maluku Utara adalah cengkih. Tanaman ini mula-mula tumbuh liar di Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan Kasiruta.
Cengkih disebutnya baru dibudidayakan sekitar tahun 1450. Kekayaan akan rempah tersebut membuat para pedagang dari Cina, Melayu, Jawa, Arab, Persia, Gujarat, dan Eropa, harus berlayar jauh hingga ke tanah Maluku Utara.
Para pedagang tersebut bahkan membawa tekstil, beras, perhiasan, dan kebutuhan hidup lainnya untuk ditukarkan dengan rempah-rempah.
Tanaman ini memang selain diburu untuk kepentingan ekonomi, juga untuk kebutuhan kesehatan. Di dunia, saat cengkih dan pala sedang berada di masa keemasan, kerap dijadikan sebagai bahan pengobatan.
Sejarawan Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, Irfan Ahmad, mengatakan bangsa Cina yang lebih dulu tiba di Maluku Utara bahkan menyembunyikan jalur asal rempah ini.
ADVERTISEMENT
Mereka tahu betapa berharga dan khasiatnya tanaman ini sehingga memilih untuk tidak menyampaikan kepada dunia di mana tanaman bernama latin Syzygium aromaticum ini berasal.
“Iya benar (rempah untuk pengobatan) bahkan sampai Timur Tengah dan Cina. Ini berlangsung cukup lama, hanya saja jalan menuju Maluku (Utara) disembunyikan oleh saudagar Cina,” ucap Irfan, saat dihubungi cermat melalui aplikasi pesan singkat, Senin (26/7).
Irfan mengakui itu, bahwa dalam sejarah rempah, bahan-bahan seperti cengkih dan pala kerap dijadikan sebagai terapi serta obat penyembuhan penyakit.
“Kalau orang Cina dipakai para tabib, dan dipakai untuk penyembuhan berbagai penyakit. Tapi tidak disebutkan secara spesifik jenis penyakit apa. Mungkin saja, sangat disembunyikan,” ungkapnya.
Bahkan, dalam ritual raja-raja di Cina sejak abad ke-3 SM hingga abad pertengahan, setiap orang yang akan bertemu raja, diwajibkan mengunyah cengkih. Ritual ini semata-mata agar bau mulut setiap orang yang bertemu raja dipastikan harum.
ADVERTISEMENT
“Sama juga di Arab dan Eropa jarang terpublikasi khasiat cengkeh yang dikhususkan pada kesehatan. Yang terpublikasi hanya pada pengawetan makanan dan bumbu masak. Tapi mumi Firaun diduga kuat menggunakan rempah-rempah asal Nusantara dan di dalamnya juga terdapat cengkih dan merica,” jelasnya.
Riwayat tanaman ini terus mengalami perkembangan. Dalam sejarahnya, selain sebagai bahan yang dipakai para tabib, juga digunakan untuk aromaterapi, dan mengobati sakit gigi. Cengkih pun dipakai sebagai bahan dupa di Tiongkok dan Jepang.
Betapa khasiatnya tanaman ini sehingga pada sekitar abad ke-15, harga 1 kilogram cengkih sama dengan harga 7 gram emas. Kini cengkih, menjadi bahan paling penting dalam industri kuliner.