Cerita Korban Asal Malut Alami Pelecehan Seksual di Yogyakarta hingga Tidore

Konten Media Partner
22 Maret 2023 16:02 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pelecehan seksual. Foto: kumparan.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pelecehan seksual. Foto: kumparan.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
RK, perempuan lulusan salah satu kampus di Surakarta, Solo, tak sanggup menyembunyikan kekesalannya terhadap seorang pria berinisial AA.
ADVERTISEMENT
AA adalah mahasiswa asal Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara, yang diketahui berkuliah di Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.
Kepada cermat, Senin (20/3), RK pun bercerita. Ia bilang, hubungannya dengan AA bermula dari chat biasa. Kala itu, semua berlangsung sewajarnya.
Tapi semakin hari, RK mengaku tidak nyaman. Sebab, pelaku kerap menelepon larut malam. "Katanya kangen. Padahal kami tidak punya hubungan apa-apa," ucap RK.
Dalam kondisi terombang-ambing, perempuan asal Tidore itu mengunggah tulisan disertai tangkapan layar berisi percakapan bersama AA, di story instagramnya.
Ternyata, unggahan RK mendapat banyak tanggapan dari kaum perempuan. "Mereka adalah korban dari AA. Jumlahnya sekitar 10 orang dengan modus berbeda-beda," ungkap RK.
Para korban ini umumnya diajak makan, hingga ditelepon saat larut malam, bahkan spam chat. "Bukti-buktinya sudah kami simpan," ungkap RK.
ADVERTISEMENT
Bahkan, ada tiga korban yang mengalami perlakuan fisik dari AA. "Misalnya memegang punggung sampai mencoba memaksa mencium," ungkap RK.
RK pun bersedia menyerahkan nomor kontak ketiga korban tersebut kepada cermat. Korban pertama berinisial I, mahasiswi lulusan salah satu kampus di Yogyakarta.
Peristiwa itu terjadi pada 2021. Saat itu, korban meminta bantu pelaku untuk diantarkan ke rumah temannya mengambil sepeda motor yang dititip.
Pelaku bersedia. Tapi di tengah perjalanan, pelaku minta mampir sejenak di kontrakannya. "Alasannya saat itu mau salat Ashar di masjid, jadi saya iyakan," ucap I.
Di kontrakan, korban memilih menunggu di luar. Tapi pelaku mengajak masuk ke dalam kamar. Korban pun menuruti, sembari mengisi daya baterai handphone.
Tak lama berselang, pelaku pulang. Korban pun meminta segera diantar ke rumah temannya mengambil sepeda motor. Tapi pelaku menahan dan mengajak korban bercerita.
ADVERTISEMENT
Bahkan, pelaku berbaring di atas kasur dan mendekati korban yang duduk di sampingnya. "Pelaku lalu menatap wajah saya," ucap I.
Korban mulai risih saat pelaku menyebut, "aku suka wajahmu, terlihat lucu." Saat itu juga, pelaku langsung menarik kepala korban dan hendak mencium.
Tapi korban mendorong sambil menangis dan berteriak histeris. Pelaku panik dan meminta maaf, lalu mengantar korban ke rumah temannya.
Korban kedua adalah IK, mahasiswi Universitas Khairun Ternate. Peristiwa itu terjadi pada 2022, saat pelaku pulang berlibur dan mengajak IK jalan-jalan.
Saat itu, korban sempat menolak ajakan tersebut dengan alasan takut pacar dari pelaku marah. "Tapi dia (AA) bilang tidak apa-apa," katanya.
Korban pun menuruti. Suatu malam, pelaku menghubungi korban untuk memastikan, kapan bisa bertemu. Tapi korban menolak dengan alasan mengantuk.
ADVERTISEMENT
"Jadi dia bilang, kalau tara (tidak) jadi bertemu itu sampaikan dari awal, supaya kita iko (ikut) papa deng mama ke Sofifi," tutur IK menirukan ucapan pelaku saat itu.
Karena pertimbangan rasa, korban mengikuti ajakan pelaku. Korban pun dijemput dan dibawa ke salah satu rumah di Kelurahan Indonesiana, Tidore.
Dalam perjalanan, pelaku mengaku ada teman-temannya yang akan ke rumah juga. "Tapi sampai di rumah tidak ada siapa-siapa," ungkapnya.
Di rumah, pelaku pergi membeli makanan dan meminta korban menunggu. Sesaat kemudian, pelaku tiba dan mengajak korban ke dapur.
Malam itu, tak ada hal-hal aneh yang terbesit di pikiran korban. "Karena saya dan dia berteman baik," katanya.
Setelah makan, keduanya bergegas ke ruang tengah. Korban sempat bertanya, kenapa teman-teman yang lain tidak datang. Pelaku hanya diam.
ADVERTISEMENT
Tiba-tiba, pelaku duduk berdekatan di sisi korban. Korban pun mulai merasa risih. "Karena sudah jam 10 malam (22.00 WIT)," katanya.
Melihat pelaku mulai menunjukkan gelagat aneh, korban meminta pulang. Tapi saat berdiri, pelaku menyeret tangan korban di depan pintu kamar.
"Dia bilang kalau mau pulang cium dulu. Saya jadi takut dan langsung berteriak. Dia minta saya diam. Katanya, nanti didengar tetangga, " ungkap IK.
Tapi pelaku tidak berhenti sampai di situ. Korban kembali dipaksa menuruti kemauan pelaku. "Dia kembali tarik tangan saya dan mencium," ucapnya.
Korban seketika kembali berteriak dengan suara nyaring. Pelaku pun menyerah dan menuruti kemauan korban. "Dia langsung antar saya pulang," ucapnya.
Korban ketiga berinisial SMK. Perempuan lulusan kampus pariwisata di Yogyakarta itu, mengalami pelecehan seksual secara verbal dan non-verbal sekitar 2020 .
ADVERTISEMENT
Saat itu, pelaku mengajak korban ke kedai kopi klotok, Yogyakarta. Tapi korban tak pernah merespons. "Dia sering telepon saya setengah 4 subuh (pukul 03.30 WIB)," ucapnya.
Karena tak pernah digubris, pelaku pun nekat mendatangi kontrakan korban. "Saat itu saya tidak mau keluar dari kamar karena takut," ucap SMK.
Keesokan harinya, korban membalas chat pelaku dengan mengatakan, jangan bersikap seperti itu lagi. "Tapi dia tidak menyerah," katanya.
Suatu ketika, pelaku datang ke kontrakan korban dengan tujuan mengajak korban memasak. Saat itu, korban baru bangun dari tidur.
Tiba-tiba, pelaku masuk ke kamar dan berbaring di samping korban. "Tangannya langsung meraba punggung saya sambil bertanya, apakah saya pakai bra?" tutur SMK.
Tak terima diperlakukan seperti itu, korban pun marah dan membentak pelaku. "Saya berteriak suruh dia keluar dari kamar," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
cermat berupaya mengkonfirmasi pelaku. Namun hingga berita ini tayang, nomor ponselnya tak kunjung ditemukan.
---
Redaksi telah mengganti judul sebelumnya Cerita Korban Asal Malut Alami Pelecehan Seksual di Yogyakarta hingga Sofifi setelah ada koreksi dari rekan narasumber kedua. Atas kesalahan ini, redaksi memohon maaf.