Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Destinasi Wisata Cengkeh Afo, Melihat Pohon Cengkeh Tertua di Dunia
17 Februari 2019 0:21 WIB
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
ADVERTISEMENT
Pada masa lalu, Ternate, Maluku Utara, menjadi pusat rempah-rempah dunia. Cengkeh Afo adalah salah satu bukti kejayaan Ternate. Berada di lembah Gunung Gamalama, cengkeh tertua di dunia itu masih dapat disaksikan hingga hari ini.
ADVERTISEMENT
Cermat berkunjung ke salah satu destinasi wisata di Ternate, yang dikelola oleh Komunitas Cengkeh Afo dan Gamalama Spices pada Sabtu sore (16/2). Menggunakan kendaraan roda dua dari arah pusat kota, Cermat tiba pukul 17.30 WIT. Perjalanan dari pusat kota ke lokasi wisata sekiranya hanya 10 menit.
Berada tepat di Kelurahan Tongole, Ternate Tengah. Jalan ke lokasi wisata memang menanjak. Posisi pohon cengkeh Afo sendiri berada di ketinggian 600 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dari lokasi itu, hamparan rumah di bawah kaki Gunung Gamalama dapat terlihat dengan jelas.
Dari ketinggian itu juga dapat terlihat penampakan Pulau Tidore dan Pulau Maitara. Pulau Maitara sendiri merupakan salah satu pulau yang berada di mata uang kertas seribu rupiah.
ADVERTISEMENT
Saat berada di lokasi wisata Cengkeh Afo, kita seolah ditarik ke masa lalu; melihat pohon cengkeh tertua berdiri gagah dikelilingi hamparan pepohonan pala, juga kapal-kapal yang lalu-lalang di selat Tidore dan Ternate.
Kata “Afo” sendiri berasal dari Bahasa Ternate yang berarti “tua”. Di lokasi tersebut, memang terdapat tiga pohon cengkeh yang diprediksi usianya sudah mencapai 200 dan 416 tahun. Hanya saja, pohon cengkeh yang berusia 416 tahun sudah mati pada awal tahun 2000.
Pohon cengkeh yang berusia 200 tahun itu terletak berdekatan dengan pintu masuk lokasi wisata. Tepat di sisi pohon, dipasang papan informasi mengenai sejarah Cengkeh Afo. Sementara satu lagi yang masih bisa dilihat, sekiranya berusia 250 tahun, jaraknya berkisar 100 meter lebih dari pintu masuk.
ADVERTISEMENT
Aroma rempah-rempah Ternate memang tercium sampai ke Eropa. Bukti kejayaan ekonomi Ternate pada masa lalu adalah dengan berdatangannya bangsa-bangsa Eropa. Menggunakan kapal dan kekuatan militer mereka bahkan membangun benteng-benteng agar dapat menetap serta mengusai rempah-rempah di Ternate.
Dalam beberapa catatan sejarah, tanaman rempah-rempah itu juga yang membuat para pedagang dari China, Melayu, Jawa, Arab, Persia, dan Gujarat datang ke daerah ini, dengan membawa tekstil, beras, perhiasan, dan kebutuhan hidup lainnya untuk ditukar dengan rempah-rempah.
Citra Mayarani, salah satu pengunjung yang sempat Cermat temui, mengaku senang bisa mengunjugi ke lokasi wisata Cengkeh Afo. Bersama dua rekannya, mereka takjub bisa berkunjung ke lokasi bersejarah itu.
Citra mengatakan, selain bisa menikmati wisata tersebut, ia dapat membagikan pengalamannya itu ke teman-teman yang sedang berada di Pulau Jawa.
ADVERTISEMENT
“Tempatnya bagus, sekalian bisa promosi juga, saya kan pernah kuliah di Jogja, teman-teman dari luar banyak,” ujar Citra.
Citra mengaku sudah tiga kali mengunjungi lokasi wisata Cengkeh Afo. Mengenai cerita cengkeh tertua itu, ia mengaku sudah mendengarnya sejak masih sekolah di bangku pendidikan pertama. Bahkan, ia merasa senang, lokasi itu membuat ia cukup tenang untuk membaca buku sekalian bisa menikmati makanan lokal yang dijual di lokasi tersebut.
Menariknya, di lokasi wisata itu banyak bangunan yang didesain atau dibuat dari bahan dasar bambu. Warga Tongole memang memanfaatkan pohon bambu yang sangat mudah dijumpai di daerah itu untuk fasilitas wisata. Surau kecil yang berada di lokasi wisata itu juga dibangun dari bambu.
Menikmati suasana dan pemandangan di lembah Gunung Gamalama yang dikelilingi hamparan pepohonan cengkeh, pala, dan juga bambu, tak sadar waktu magrib telah masuk. Suara azan terdengar sayup-sayup. Matahari sudah tenggelam dan langit Ternate tampak kuning kemerah-merahan. Artinya, tim Cermat harus kembali ke pusat kota.
ADVERTISEMENT
Saat kembali, tampak pohon cengkeh dan pala berderet gagah sepanjang jalan; seolah menunjukkan kepada kita, betapa tanaman itu membuat banyak bangsa di dunia rela menyibak lautan ganas, berperang, bersiasat, untuk bisa sampai ke sini.
---
Rajif Duchlun