Foto: Anak-anak Pasar Ternate dalam Bingkai Hitam-Putih

Konten Media Partner
16 Februari 2021 18:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah mahasiswa saat melihat hasil karya foto Adlun Fikri. Foto: Julfikar Sangaji
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah mahasiswa saat melihat hasil karya foto Adlun Fikri. Foto: Julfikar Sangaji
ADVERTISEMENT
Foto hitam-putih anak-anak pasar itu terpajang di dinding hingga jendela lantai satu Gedung Dekanat Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Khairun (Unkhair) Ternate, Selasa (16/2). Ada sekitar 14 foto yang dipajang.
ADVERTISEMENT
Potret yang menggambarkan aktivitas anak-anak di kawasan Pasar Gamalama Ternate itu, merupakan karya sendiri Adlun Fikri, mahasiswa akhir Jurusan Antropologi FIB Unkhair.
Aktivitas anak-anak pasar di Ternate, Maluku Utara.
Saat ini, Adlun tengah mengikuti sidang seminar hasil penelitian yang diikutsertakan dengan pameran foto. Mengangkat judul “Ana Pasar: Study Etnografi Pada Anak-anak di Kawasan Pasar Gamalama”, Adlun seakan menyingkap sisi emosionalnya selama berada di Ternate.
Bagi dia, kehidupan di pasar bukan semata transaksional dan persaingan ekonomi yang lazim ditemukan. Tapi ada semacam pandangan yang kontras atas stigma konservatif itu.
Aktivitas anak-anak pasar Ternate, Maluku Utara.
Ketertarikannya dengan dunia anak-anak di Pasar Gamalama, bukan saat ia memutuskan untuk meneliti mereka. Tetapi terhubung dengan jejak awal berkecimpung di perguruan tinggi.
Itulah mengapa, ia menyimpulkan bahwa ‘ana pasar’ adalah unit sosial yang tumbuh dengan kultur yang menarik. Mulai dari bermain hingga membantu orangtua yang sedang berdagang. Semuanya terekam utuh dalam lembaran kertas-kertas itu.
ADVERTISEMENT
Kepada wartawan, Selasa (16/2), Adlun bercerita, Juni 2020, ia tengah melaksanakan penelitian di kawasan Pasar Gamalama.
Aktivitas anak-anak pasar di Ternate, Maluku Utara.
“Meneliti kelompok ana pasar untuk studi akhir di Jurusan Antropologi Sosial,” katanya.
Selama observasi di lapangan, Adlun banyak memotret secara acak aktivitas manusia di jantung perekonomian Kota Ternate itu. “Terutama anak-anak yang menjadi fokus studi saya,” ungkapnya.
Foto-foto tersebut diambil Adlun secara asal-asalan menggunakan telepon genggam, tanpa memikirkan komposisi dengan pengaturan eksposure yang biasa saja.
“Karena saya beranggapan, toh foto ini hanya jadi semacam lampiran dalam skripsi dan tidak terlalu menjadi perhatian,” tuturnya.
Sabtu malam beberapa pekan lalu, saat menyusun materi presentase untuk kepentingan seminar hasil penelitian, ia coba mengubah foto–foto tersebut menjadi hitam–putih. “Dan hasilnya ya yang seperti Anda lihat sekarang,” jelasnya.
ADVERTISEMENT

Ide Pameran Foto

Kala itu, muncul ide yang tak biasa. Sontak saja ia terpikirkan untuk membuat pameran foto di kampus.
Ia pun meneruskan ide ini ke rekan-rekannya di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Mantra, dan direspons baik. “Maka jadilah sebuah pameran foto yang secara tiba-tiba,” tuturnya.
Potret aktivitas anak-anak pasar di Ternate, Maluku Utara.
Menurut dia, ketertarikannya pada penelitian ini karena pasar juga menjadi ruang bagi sekelompok anak yang beraktivitas dengan karakteristiknya tersendiri.
“Dalam aktivitasnya di kawasan pasar, setidaknya ada lima kategori ana pasar yang dapat disimpulkan dari penelitian saya,” katanya.
Potret aktivitas anak-anak pasar di Ternate, Maluku Utara.
Ia bilang, lima kategori itu di antaranya bermain, yakni anak-anak yang ke pasar hanya untuk bermain; lalu jualan bagi anak yang mengasong; kemudian jasa angkat barang atau anak-anak yang menjadi kuli panggul; serta jasa jaga, yaitu anak-anak yang dipercayakan menjaga lapak dagangan; dan yang terakhir adalah mengamen.
ADVERTISEMENT
Berbagai kategori ini, menurut dia, terkadang beririsan. Sebab seorang anak kadang mempraktekan lebih dari satu kategori dalam waktu tertentu.
“Dari 14 foto yang saya tampilkan di sini, memang tidak merepresentasikan secara holistik kehidupan anak-anak tersebut. Tapi setidaknya, saya berharap ini bisa memberi gambaran awal bagi Anda mengenai kehidupan ana pasar,” pungkasnya.
______
Julfikar Sangaji