Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Mulai hari ini, Rabu (1/1) pemerintah memutuskan menaikkan tarif cukai rokok. Kenaikan cukai tersebut sebesar 23 persen. Imbasnya, akan ada kenaikan Harga Jual Eceran (HJE) sebesar 35 persen.
ADVERTISEMENT
Namun, dari pantauan cermat ke agen penjualan, harga rokok di Ternate masih normal alias belum ada kenaikan.
“Belum ada kenaikan. Masih harga normal,” ujar Haji Sukur Hi. Bundu, salah satu agen rokok dan sembako yang berjualan di Jalan Pahlawan Revolusi, Kelurahan Gamalama, Ternate Tengah, Rabu (1/1).
Menurut Sukur, sampai saat ini belum ada pemberitahuan kenaikan harga dari pihak distributor rokok. Biasanya, kata dia, jika terjadi kenaikan harga, maka akan diberikan surat pemberitahuan dari distributor.
Ia menduga dalam waktu dekat akan menerima surat tersebut. Ia mengaku tak akan menaikkan harga rokok sampai memperoleh surat itu.
Dengan keputusan kenaikan tarif cukai rokok yang berdampak pada harga eceran, Sukur mengatakan tak terlalu khawatir terkait dengan jumlah pelanggan. Sebab menurutnya, untuk pembelian rokok, tak akan terlalu berpengaruh kendati harganya telah dinaikkan.
ADVERTISEMENT
“Saya rasa, mungkin akan berpengaruh di minggu-minggu pertama, tapi kedepannya tetap dia jalan seperti biasa, tidak sama dengan barang-barang lain seperti sembako yang kalau naik akan berpengaruh besar pada jumlah pembeli,” ungkapnya.
Untuk rokok bermerek Marlboro, lanjut Sukur, sudah seminggu ini mengalami kenaikan harga. Jika sebelumnya per slop seharga Rp 260 ribu sekarang menjadi Rp 277 ribu. Terkait hal ini, ia mengaku sudah menerima surat pemberitahuan.
Sementara itu, Junaidi Prasetyo, pengusaha warung kecil di Lingkungan Tobenga, Kelurahan Kasturian, Ternate Utara mengaku tahu dengan keputusan pemerintah tersebut. Namun sampai saat ini Junaidi mengaku masih menjual rokok dengan harga normal.
Berbeda dengan Sukur, Junaidi mengatakan ada kekhawatiran terkait dengan jumlah pembeli jika harga rokok terus naik. Saat ini saja, kata dia, banyak pembeli yang sudah beralih ke rokok murah yang seharga Rp 10 ribu perbungkus.
ADVERTISEMENT
“Banyak yang pindah ke Chief atau Aroma,” katanya. Bahkan menurutnya, rokok murahlah yang paling banyak laku di warungnya. “Satu slop bisa habis terjual dalam tiga hari.”
Terkait dengan naiknya harga rokok, Junaidi mengatakan akan menjual dengan harga terbaru jika harga di agen sudah mengalami kenaikan.
Aji Rasid (40), seorang tukang ojek yang biasa mangkal di Kelurahan Sangaji Utara dan merupakan perokok aktif ini keberatan dengan harga terbaru. Pria yang mengaku bisa menghabiskan dua bungkus rokok dalam sehari ini menilai harga terbaru terlalu mahal buat kantongnya.
“Kalau pendapatan torang (kami) sebagai tukang ojek kan Rp 100 ribu, kalau harga (rokok) sampai Rp 40 ribu itu kan terlalu mahal,” keluhnya.
ADVERTISEMENT
Aji menegaskan, kendati harga rokok mengalami kenaikan, akan tetapi dirinya tak bisa jika sampai berhenti merokok. Hanya saja ia berencana akan mengurangi jumlah rokok yang dikonsumsinya.
“Nanti dilihat, jika sudah terbiasa dengan satu merek rokok, berarti kasih kurang saja, tapi kalau tidak ya pindah ke rokok yang lebih murah,” tukasnya.