Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten Media Partner
Heboh 'Politisi Karpet' di Malut, Warganet: Excavator Saja Kami Beli
20 April 2019 20:56 WIB
ADVERTISEMENT
Warga Maluku Utara, Jumat (19/4), dibuat heboh oleh pernyataan politisi dari Partai Nasdem, Achmad Hatari, usai salat Jumat, di Masjid Agung Nurul Bahar, Tomalou, Tidore Kepulauan, Maluku Utara.
ADVERTISEMENT
Di hadapan jemaah, Hatari bilang, dari sekitar 2.000 Daftar Pemilih Tetap (DPT) di Tomalou, suaranya hanya mencapai 700.
Dalam video yang viral di media sosial, Hatari mengaku heran, politisi dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, Irene Hui Roba yang juga putri dari mantan Bupati Halmahera Barat, Namto Hui Roba, bisa meraih suara di Tomalou.
Menurutnya, jika KPU berkenaan, dia meminta Lurah Tomalau untuk mengembalikan 700 suara tersebut ke KPU. Ia mengaku tak membutuhkan suara tersebut.
"Tanpa 700 suara ini, mudah-mudahan saya akan menang. Posisi kursi akan aman," ujarnya.
"Jadi 700 suara itu bisa dikasih ke mereka. Lillahi Ta'ala. Terakhir, untuk karpet di atas, (menunjuk ke lantai dua masjid) yang sudah saya berikan, di tempat ini saya beritahu bahwa dengan segala permintaan maaf, saya belum bisa pasang dan bahkan saya tidak akan pasang lagi," tambahnya.
ADVERTISEMENT
Pernyataan itu kemudian membuat sejumlah jemaah marah. Mereka bahkan menarik sejadah pemberian Hatari ke halaman masjid.
Jemaah beserta sejumlah warga lalu menarik sejadah tersebut dengan maksud dikembalikan ke rumah Hatari, yang berada di Kelurahan Gurabati.
Suasana pun memanas dan sempat terjadi baku lempar antara warga Tomalou dan Gurabati. Masalah ini kemudian ramai diperbicangkan serta mendapat beragam respons dari warganet.
Salah satunya datang dari politisi Gerindra, Hasby Yusuf. Ia bilang, karpet atau sejadah yang disumbangkan itu benar-benar membuat ia merasa tersinggung, apalagi Tomalou adalah kampung asal orangtua perempuannya.
"Hari ini di Rumah Tuhan itu dia berdiri dengan angkuhnya menghina masyarakat di kampung Ibuku. Ternyata karpet yang disumbangkan atas nama amal tak lain adalah barter politik yang menghinakan," tulisnya di laman faceebook nya.
ADVERTISEMENT
Warganet yang sepertinya berasal dari Tomalou, M Arfan Arsyad juga menulis, bahwa mestinya karpet tersebut adalah amal baik Hatari, bukan karena kepentingan politik.
"Karpet itu sumbangan pribadi beliau dan itu amal beliau jangan karena politik karpet, astagfirullah," tulisnya.
"Excavator kami masyarakat Tomalou bisa beli, cis.... Bos jangan pandang enteng kami masyarakat Tomalou kayak gitu," lanjutnya.
Masalah ini sendiri sedang diusut Bawaslu Malut. Bawaslu menduga ada indikasi politik uang berupa pemberian barang, yakni berupa karpet atau sejadah, dengan harapan dapat mendulang suara.
---
Rajif Duchlun