Konten Media Partner

JATAM Kecam Penggunaan Limbah Batu Bara di Lokasi Sail Tidore

8 November 2022 7:43 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Timbunan limbah batu bara di atas lahan seluas kurang lebih 100 x 50 meter persegi, tepatnya di bekas Kampus Nuku, Kelurahan Tomagoba yang berhadapan langsung dengan Puskesmas Soasio dan rumah warga di sekitarnya. Foto: Nurkholis Lamaau/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Timbunan limbah batu bara di atas lahan seluas kurang lebih 100 x 50 meter persegi, tepatnya di bekas Kampus Nuku, Kelurahan Tomagoba yang berhadapan langsung dengan Puskesmas Soasio dan rumah warga di sekitarnya. Foto: Nurkholis Lamaau/cermat
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) mengecam penggunaan limbah batu bara, untuk menimbun lokasi yang akan ditempati pedagang kuliner di Sail Tidore, Maluku Utara.
ADVERTISEMENT
Limbah tersebut adalah abu terbang dan abu dasar hasil pembakaran batu bara yang disebut fly ash and bottom ash, atau disingkat FABA.
Advokat Publik JATAM, Muhammad Jamil, mengatakan tindakan tersebut tidak dapat dibenarkan. Apalagi lokasi itu akan ditempati pedagang kuliner.
Menurutnya, penggunaan FABA di ruang terbuka ada metodenya. "Termasuk memeriksa kembali kandungannya," kata Jamil kepada cermat, Selasa (8/11).
"Jika secara kasat mata seperti itu, tentu sangat mudah terhirup oleh manusia. Bahkan dapat menghitamkan paru-paru," kata Jamil menambahkan.
Ia menilai, jika di kemudian hari ada korban jiwa maka harus dituntut pertanggung jawabannya. "Baik sosial, lebih-lebih secara hukum," tandasnya.
Ia pun menantang Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tidore. Karena lokasi timbunan akan dijadikan lahan parkiran hingga stand-stand kuliner.
ADVERTISEMENT
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Tidore, Muhammad Syarif, mengatakan dari hasil konsultasi dengan pihak PLTU, dibolehkan menggunakan FABA.
"Tapi saya minta tidak berdekatan dengan mangrove di sisi kanan. Walau pun B3. Tapi saya juga khawatir, jangan sampai mangrove mati," katanya.
Menyentil penggunaan FABA di sektor infrasruktur hanyalah pembuatan batako, paving blok, jalan tambang, atau subtitusi semen, Syarif tak berkilah.
"Memang ini dari teknis penimbunan sebenarnya. Awalnya karena di lokasi itu adalah daerah lumpur. Tapi kita terkendala material tanah," katanya.
Lantaran kondisi di lokasi timbunan sangat lentur, sehingga FABA menjadi pilihan. "Di situ daerah air dengan kedalaman sekitar 1,5 meter," katanya.
Maka skemanya adalah mengunakan FABA lalu ditutupi tanah di atas. Pertimbangannya, ketika FABA bercampur lumpur maka tidak akan menimbulkan debu.
ADVERTISEMENT
"Ternyata saat cuaca terik begini menimbulkan debu. Tapi ada beberapa pertimbangan, salah satunya pakai terpal. Itu dari sisi teknis ya," jelasnya.