Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten Media Partner
Kapal Bermuatan BBM Tenggelam di Morotai, Biota Laut Endemik Terancam
28 Januari 2023 11:59 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Pulau Morotai , Maluku Utara , akan segera mengecek lokasi tenggelamnya kapal bermuatan 10 ton BBM jenis solar milik PLN di perairan Pulau Mitita.
ADVERTISEMENT
Kepala DLH Morotai, Sity Maruapey, mengatakan kapal tenggelam beserta solar sangat berdampak pada kehidupan biota laut.
"BBM dalam jumlah 10 ton itu bukan sedikit, dan sudah pasti jadi bahan berbahaya bagi biota laut sekitar," katanya, Sabtu (28/1).
Menurutnya, Pulau Mitita merupakan kawasan konservasi biota laut endemik seperti Hiu, yang rentan terhadap kematian jika kondisi laut terkontaminasi minyak.
Sity menduga, kecelakaan laut tersebut disebabkan cuaca ekstrem. Tapi ia berharap ada langkah penyelidikan lebih jauh.
"Menurut saya, persoalan ini adalah musibah. Bukan disengaja. Apabila murni disengaja otomatis harus ditindak tegas," tandasnya.
Sebelumnya diberitakan, kapal yang dinakhodai Taksir Majid (40) itu mengangkut 10 ton solar. Peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 21.00 WIT usai dihantam gelombang.
ADVERTISEMENT
Kapal dengan nama lambung Gerbang Rahmat itu bertolak dari Pelabuhan Imam Lastori Daruba pukul 18.55 WIT, dan hendak mengantarkan solar ke Pulau Dagasuli di Kecamatan Loloda Kepulauan, Halmahera Utara.
Taksir yang juga pemilik kapal mengungkapkan, saat tiba di perairan Pulau Mitita atau sekitar 6,12 mil dari pelabuhan asal, kapal dihantam ombak dan angin kencang.
"Kapal langsung kemasukan air laut. Saat itu ABK berusaha menyalakan mesin pompa untuk mengeluarkan air, dan kapal berupaya memutar haluan ke daratan terdekat," katanya, Jumat (27/1).
Namun air laut yang sudah hampir memenuhi sebagian kapal membuat Taksir dan ABK-nya langsung menyelamatkan diri, dengan cara mengapung di laut menggunakan jerigen 25 liter dan pelampung.
Sambil mengapung menyelamatkan diri masing-masing, Taksir berupaya menghubungi Parto Turusi yang berada di daratan Kota Daruba melalui telepon.
ADVERTISEMENT
Menerima informasi itu, Parto bergegas menuju pelabuhan bersama warga setempat dan menuju ke lokasi kejadian menggunakan Speed Boat Permata Fitri.
Setibanya di lokasi, Taksir serta dua awak kapal Hun (45) dan Ucil (21) langsung dievakuasi. Meski tak ada korban jiwa, namun kerugian materil diperkirakan sekitar Rp 700 juta. (TS)
---
Irjan Rahaguna