Kayu Manis di Ternate, 'Wanginya' Hingga ke Luar Negeri

Konten Media Partner
2 November 2019 17:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas anak-anak petani di Kelurahan Salahuddin, Ternate, di seore hari, membantu orang tua mereka mengangkat kayu manis setelah dijemur. Foto: Gustam Jambu/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas anak-anak petani di Kelurahan Salahuddin, Ternate, di seore hari, membantu orang tua mereka mengangkat kayu manis setelah dijemur. Foto: Gustam Jambu/cermat
ADVERTISEMENT
Bau semerbak rempah tercium saat kru cermat tiba di lokasi penjemuran kayu manis, tepatnya di Kelurahan Salahuddin, Ternate, Maluku Utara.
ADVERTISEMENT
Saat itu, sore hari. Anak-anak tampak ikut mengangkut hasil jemuran kayu manis yang mulai mengering dan menaruhnya di karung. Mereka terlihat sangat menikmati pekerjaan itu.
Anak-anak di Kelurahan Salahuddin, turut membantu orang tua mereka, mengangkat kayu manis yang sudah mengering, setelah dijemur. Foto: Gustam Jambu/cermat
Kayu manis itu dijemur di teras rumah. Sebagiannya lagi dijemur di bahu jalan. Komoditas bernama latin Cinnamomum verun ini memang sejak lama sudah menjadi salah satu primadona hasil bumi orang Maluku Utara.
“Sebelum saya lahir lagi, torang (kami) punya orang tua dulu-dulu itu sudah merawat pohon kayu manis dan menjualnya,” kata Idrus Alhadi (42), pengusaha kayu manis di Ternate, Jumat (1/11).
Kayu Manis yang sudah mengering setelah dijemur di kelurahan Salahuddin, Kota Ternate, Maluku Utara. Foto: Gustam Jambu/cermat
Idrus bilang, kayu manis bukanlah tanaman bulanan. Tanaman ini termasuk dalam tanaman tahunan. Bahkan, butuh waktu puluhan tahun untuk bisa memanennya.
ADVERTISEMENT
“Sebenarnya bisa lebih cepat masa pertumbuhannya, asalkan selalu dibersihkan, dirawat. Tara (tidak) bisa kasih tinggal bautang (dirambat rerumputan),” tutur Idrus.
Haman Badar. Usianya sudah di atas 100 tahun. Ketika ditemui cermat di Kelurahan Salahuddin, Kakek Haman turut melihat anak-anak sedang mengangkat kayu manis yang sudah mengering. Foto: Gustam Jambu/cermat
Para pekerja kayu manis, kata Idrus, biasanya setiap sebulan sekali membersihkan rerumputan yang merayap di sekitar tanaman tersebut. Karena pertumbuhan tanaman itu, diakuinya tergantung kondisi alam atau lingkungan.
Katanya, di Ternate, sebaran pohon atau tanaman ini paling banyak tumbuh di sekitar Moya, Marikurubu, dan sekitarnya. Daerah yang disebutkan Idrus itu, adalah daerah yang berada di ketinggian, di lereng gunung Gamalama yang masih asri.
anak-anak mengankat jayu manis setelah dijemur. Foto: Gustam Jambu/cermat
Rata-rata kebun para petani yang berada di daerah ketinggian, pasti ada tanaman kayu manis. “Tapi ini termasuk tanaman langka. Saya bisa bilang langka, karena rata-rata dia tumbuh sendiri. Tumbuh alami. Tinggal budidayakan, dengan ambil kayu manis punya ana-ana (bibit atau pohon kecil), tanam kembali,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Perkembangan salah satu komoditas rempah ini, dijelaskan Idrus, semakin menjanjikan. Harga kayu manis akhir-akhir ini sedang bagus. Semakin luasnya pemanfaatan tanaman ini menjadi alasannya. Dulu, kayu manis sekadar untuk bahan campuran kue atau minuman.
Kayu manis dijemur berjejer di samping jalan di kelurahan Salahuddin, di Ternate. Foto: Gustam Jambu/cermat
Saat ini, menurutnya, pengiriman kayu manis tidak hanya di dalam negeri saja. Bahkan sudah sampai ke beberapa negara untuk kepentingan industri medis maupun minyak wangi.
“Dulu mungkin banyak orang bawa ke Ambon, biasa bikin campuran sagu tumbu, banyak pakai itu. Bikin kue-kue. Tapi sekarang lagi mahal. Rata-rata orang dari luar datang ke sini istilah tanam saham di sini, kelola tanaman ini,” ungkapnya.
Aktivitas anak-anak di sore hari. Mengangkat kayu manis yang sudah dijemur. Foto: Gustam Jambu/cermat
Bagusnya posisi kayu manis di pasaran, membuat pelaku usaha untuk tanaman ini semakin bertambah banyak. Pola penjualannya rata-rata masih mandiri. Para pelaku usaha biasa menjualnya langsung ke pasar, ada juga yang menjualnya di rumah.
ADVERTISEMENT
Penjualannya pun sangat variatif. Jual perkilo, ada juga yang jual perikat. Satu ikat ada 10 batang kayu manis yang sudah dibelah kecil-kecil. Perikat dipasang harga Rp 10 ribu.
Menurutnya, dengan adanya usaha ini, kebutuhan sehari-hari para pekerja sudah sangat mencukupi. “Perhari orang kerja dibayar Rp 100 ribu. Ada yang bagian jemuran, ada yang bagian kerja potong pohon,” jelasnya.
Dua orang anak terlihat memasukkan kayu manis ke dalam karung setelah dijemur. Foto: Gustam Jambu/cermat
Menariknya, meski tanaman rempah ini tergolong menjanjikan, kata Idrus, sebaiknya tidak ditanam berdekatan dengan pohon cengkih, yang juga merupakan salah satu primadona rempah orang Maluku Utara. “Pohon kayu manis itu panas. Jadi kalau tanam dekat cengkih, pasti cengkih cepat kering atau mati. Memang tanaman ini panas.”
Kendati begitu, kedua komoditas ini sangat baik untuk kesehatan. Ia mengatakan, tidak hanya batang kayu manis yang bisa dimanfaatkan. Daunnya pun sering digunakan untuk minuman penghangat tubuh.
ADVERTISEMENT
Orang Maluku Utara biasa menggunakannya saat menyeduh teh. Minuman khas Ternate seperti kopi nyiru, juga diolah dari bahan rempah, salah satunya kayu manis. “Memang harum dan manfaatnya sangat banyak sekali,” tukasnya.
Idrus menambahkan, harga kayu manis yang sedang bagus ini, tetap dijaga pemerintah, sehingga nasibnya tidak seperti harga hasil bumi lain yang anjlok. “Jadi wajar itu kemarin kalau mahasiswa berjuang. Semoga kayu manis ini pemerintah peduli dan jaga harganya di pasar,” harapnya.