Konten Media Partner

Keluhan Penumpang dan Motoris Kapal Kayu soal Aturan KSOP Ternate

4 Februari 2021 18:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas pelayaran kapal kayu tradisional rute Tidore Ternate, Maluku Utara. Foto: Olis/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas pelayaran kapal kayu tradisional rute Tidore Ternate, Maluku Utara. Foto: Olis/cermat
ADVERTISEMENT
Aturan Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas II Ternate terkait larangan kapal kayu rute Pelabuhan Bastiong Ternate – Pelabuhan Rum Kota Tidore Kepulauan, Maluku Utara, mengangkut penumpang menuai protes dari warga yang berdomisili di Ternate maupun Tidore.
ADVERTISEMENT
Seorang warga Ternate Marlina Gamtohe, yang merupakan pedagang makanan di Pelabuhan Rum Tidore Kepulauan, menilai kebijakan KSOP Kelas II Ternate itu justru membebani masyarakat kecil seperti dirinya.
Ia bilang, setiap hari dia harus berjualan di Tidore. Sementara, kapal kayu yang kerap ia jadikan sebagai transportasi andalan karena berbiaya murah, justru dilarang mengangkut penumpang.
“Setiap hari saya naik kapal kayu hanya membayar Rp 5 ribu. Kalau sudah dilarang dan kita diharuskan naik speed dengan biaya Rp 15 ribu, berarti pergi pulang Rp 30 ribu. Belum lagi kebutuhan di rumah,” keluh Marlina, Kamis (5/2).
Marlina berharap ada kebijakan alternatif atau paling tidak kembali diubah dengan tetap mengizinkan penumpang dan sepeda motor dimuat di kapal kayu, tapi jumlahnya dikurangi.
ADVERTISEMENT
Salah satu motoris kapal kayu, M Thaib Dukomalamo, menegaskan jika kebijakan ini karena alasan keselamatan, maka sebanyak 12 motoris kapal kayu akan mematuhinya.
“Tapi kalau KSOP melarang memuat penumpang, saya tidak setuju,” katanya.
Ini bukan tanpa alasan. Sebab jika hanya sepeda motor yang diangkut, maka ini akan menjadi tanggung jawab besar bagi para motoris.
“Kalau sepeda motornya di kapal, terus penumpangnya di speed, lalu ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, sudah pasti kita disalahkan,” bebernya.
Selain itu, lanjut dia, pendapatan mereka otomatis bakal menurun. Sebab dalam sehari mereka harus bolak-balik Ternate – Tidore sebanyak 10 kali, dengan pendapatan maksimal mencapai Rp 3 juta. Sementara, jika dalam kondisi sepi penumpang, diperoleh kurang lebih Rp 1 juta.
ADVERTISEMENT
“Jadi kalau aturan larangan muat penumpang dilakukan, maka pendapatan juga pasti menurun. Makanya kami minta, kalau bisa kuota penumpang dan sepeda motor saja yang dikurangi, agar semua bisa termuat," pungkasnya.
____
Yunita Kadir