Kisah Abduh Lestaluhu, Bermain Sepak Bola dari Gamalama hingga ke Amerika Latin

Konten Media Partner
27 Agustus 2021 17:17 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Abduh Lestaluhu, pemain sepak bola asal Maluku yang kini menetap di Ternate. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Abduh Lestaluhu, pemain sepak bola asal Maluku yang kini menetap di Ternate. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Desa Tulehu, pernah menyabet julukan “Brazil” Indonesia. Desa ini berada di Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah. Tulehu menjadi pintu masuk bagi penduduk pulau sebelum menuju Kota Ambon. Hal yang tak kalah bikin kampung ini begitu istimewa adalah lahirnya sederet nama bintang sepak bola tanah air.
ADVERTISEMENT
Tak mengherankan jika dinamai Brazil-nya Indonesia. Tulehu telah mencetak sejumlah nama pesepak bola handal asal Indonesia timur, seperti Manahati Lestusen, Risky Pellu, Hendra Bayau, Ramdani Lestaluhu, Pandi Lestaluhu, dan Abduh Lestaluhu.
Meski lahir di Tulehu, kiprah sepak bola Abduh Lestaluhu di masa remaja bermula di tanah Ternate, Maluku Utara. Pada tahun 1999, saat berusia sekira 6 tahun, Abduh dan keluarganya pindah ke Ternate untuk pertama kali.
Di Ternate, sebuah lapangan bola di punggung Gamalama melintang di depan rumahnya. Abduh kecil lantas mulai mengasah bakat sepak bola yang sudah mendarah daging di tubuhnya.
“Kakek sampai anak cucu memang pemain bola. Jadi so tara (sudah tidak) heran bakat itu so mendarah daging,” begitu ucap Abduh, ketika diwawancarai, Jumat (5/8).
ADVERTISEMENT
Cerita sepak bola Abduh saat berusia remaja di Ternate kian gemilang saja, meski beberapa kali dirinya harus kembali ke Tulehu.
Medio 2007, sang pemain bek kiri itu mendapat ganjaran bergabung dengan sekolah sepak bola (SSB) Tunas Muda Gamalama Ternate setelah sebelumnya bersama SSB Tulehu yang dilatih kakeknya, Abdul Latif Lestaluhu.
Menjadi bagian dari SSB Tunas Muda Gamalama ternyata tak mudah. Abduh membutuhkan perjuangan ekstra untuk menambatkan mimpinya di sekolah bola paling favorit di Maluku Utara kala itu.
“Awalnya mama bilang jangan dulu, karena biaya masuk SSB itu mahal. Jadi saya balik ke Ambon lagi. Sekitar 10 bulan di Ambon, baru balik di Ternate dan gabung SSB Ternate,” ucapnya. Ia juga pernah bermain di Persiter Ternate level junior pada 2006.
ADVERTISEMENT

Nostalgia di Lapangan Ubo-ubo

Kendati sudah begitu lampau, kenangan manis masa kecil Abduh saat menggocek bola di Lapangan Ubo-ubo, Ternate, masih cukup membekas. Bagi Abduh, lapangan itu menyimpan nostalgia tersendiri. Ia kerap bermain bersama teman-teman masa kecilnya di sana.
“Pokoknya lapangan itu jadi kenanganlah. Kalau sedang di sana, jadi ingat teman-teman waktu kecil. Dulu saya sering bermain tanpa sepatu di lapangan itu,” ujar sang defender yang kini memperkuat Pesis Solo.
Di masanya, Lapangan Bola Kaki Ubo-ubo, menjadi ladang ekspresi anak muda untuk mengasah bakat mereka. Boleh dibilang menjadi solidaritas lapangan rakyat bagi siapa saja, tentu tanpa campur tangan dan kontrol pemerintah.
Sekarang, pemandangan lapangan hijau itu berganti dengan bangunan mewah dikelilingi pagar beton. Bayangan tentang bola yang kusam, gawang, atau anak-anak yang mengguling bola tanpa sepatu, tak lagi bisa dijumpai di sana.
ADVERTISEMENT
Pada Jumat, 9 Februari 2018, peletakan batu pertama pada mega proyek bangunan olahraga itu diresmikan. Pemerintah pun membangun proyek Sport Hall atau Gelanggang Olahraga (GOR) yang disiasati sebagai bangunan olahraga terbesar di Maluku Utara.
Bangunan ini paling tidak menandai iming-iming Pemerintahan Kota Ternate periode Haji Burhan Abdurrahman untuk menjadikan Ternate sebagai kota atlet.
Menjawab lapangan bola yang dulu pernah jadi arena olahraganya, tetapi kemudian kini dikomersilkan sebagai panggung para atlet, Abduh Lestaluhu pun berharap, generasi emas di Ternate tidak kehilangan hasrat sepak bolanya.
“Katanya lapangan itu mau diganti lokasinya. Ya berharapnya si cepat dihadirkan supaya anak-anak bisa bermain bola dan mengasah kemampuannya,” kata mantan pemain Persija Jakarta itu.

Awal Karier

Piala Medco U-15 tahun 2007 menjadi laga resmi Abduh Lestaluhu memperkuat tim Maluku Utara yang bermain di Mongondow, Sulawesi Utara.
ADVERTISEMENT
Kala itu, mereka melawan tim dari Papua, Gorontalo, dan Sulawesi Utara. Meski tidak meraih partai final, Abduh dan rekan-rekan setimnya berhasil membawa Maluku Utara melaju ke babak 8 besar.
Selama membela skuad Maluku Utara di Mongondow, kemampuan Abduh menjaga sayap kiri pertahanan tampaknya dipantau beberapa pelatih. Subangkit, yang saat itu menukangi Timnas U-16, langsung memberi ganjaran bermain untuk Abduh di skuad utama Timnas Indonesia usia 16 tahun.
Abduh kemudian diberi kesempatan membela tim sepak bola tanah air di Uzbekistan pada Piala Asia tahun 2007. Satu tahun setelahnya, ia kemudian melanjutkan pendidikan pada Diklat Ragunan bekingan Kemenpora.
Abduh juga mendapat panggilan menjadi bagian dari SAD Indonesia atau yang dikenal Indonesia untuk mempertajam bakatnya di Uruguay, pada tahun 2010. Kepergiannya ke Uruguay menjadi titik awal karier dan mimpi sang defender itu.
ADVERTISEMENT
“Yang paling berkesan dalam karier itu saat berangkat ke Uruguay. Di situ saya pikir awal karier sepak bola saya bermula,” ungkap pemain bernomor punggung 96 itu.
Tercatat, sepanjang tahun 2007 sampai 2016, Abduh Lestaluhu membela timnas Indonesia baik level junior maupun di level senior. Ia bermain untuk Persija Jakarta pada tahun 2013 sampai 2016. Sebelumnya, pada 2011-2012, Abduh pernah menata karier di Persis Solo, klub yang sekarang kembali diperkuatnya.
Tahun 2016 hingga 2020, ia juga turut membela TIRA-Persikabo dengan catatan penampilan sebanyak 91 kali bermain dan total 1 gol untuk klub yang berkompetisi di liga 1 itu.
Sekarang, Abduh kembali berkesempatan pulang ke klub lamanya, Persis Solo. Klub berjulukan Laskar Sambernyawa ini memang bukan tempat yang asing lagi bagi Abduh. Pada musim 2011, anak Tulehu itu pernah berseragam Persis dan mencatat 15 kali bermain. Sepanjang 2021, ia pun mengarungi liga 2 di Bumi Bengawan itu.
ADVERTISEMENT
Dari tanah Ternate, lantas melalang buana hingga ke Eropa dan Amerika Latin, tentu menjadi catatan gemilang Abduh Lestaluhu yang tak lekang dimakan usia. Apa yang ditorehkan Abduh tentu menjadi inspirasi generasi emas selanjutnya.
“Saya berharap generasi muda di Maluku Utara, khususnya di Ternate untuk tetap berlatih dan mengasah kemampuannya. Supaya ke depan bisa menjadi pemain bola yang profesional,” pesan Abduh.
___
Penulis: Rian Hidayat Husni