Kisah Seorang Sarjana Arsitek yang Jadi Tukang Cukur di Kepulauan Sula

Konten Media Partner
9 April 2022 14:06 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rizkal dan salah satu karyawannya saat memangkas rambut pelanggan. Foto: Iwan/cermat
zoom-in-whitePerbesar
Rizkal dan salah satu karyawannya saat memangkas rambut pelanggan. Foto: Iwan/cermat
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Lulusan arsitek tak harus menjadi konsultan bangunan atau kontraktor sebagaimana harapan banyak orang. Barbershop yang dirikan Tri Rizkal Warang (28 tahun), pemuda asal Desa Mangoli, Kepulauan Sula ini, adalah salah satu bukti keberhasilan sarjana arsitek di bidang lain.
ADVERTISEMENT
Tri mengaku punya keinginan membuka Barbershop semenjak masih di bangku kuliah. Katanya, karena tak ingin bekerja kantoran, ia sudah harus berpikir untuk membuka usaha lebih awal.
“Saya memilih membuka usaha pangkas rambut karena saya yakin usaha ini tak gampang mati. Pangkas rambut sudah menjadi kebutuhan orang,” kata alumnus Prodi Perencanaan Wilayah dan Tata Kota Universitas Sam Ratulangi Manado ini, saat ditemui di Barbershop, Jumat (8/4).
Memang, ujar Tri, semenjak kuliah ia sudah sering memangkas rambut teman kuliah dan satu indekos di Manado.
“Menurut teman-teman, hasil pangkas saya rapi dan bagus. Mereka menyarankan untuk saya buka usaha Barbershop,” ucapnya.
Karena itu, begitu lulus kuliah, ia langsung mengeksekusi apa yang menjadi keinginan serta dorongan dari teman-temannya. Pada 2017, ia mendirikan TRW Barbershop di Sanana, Kepulauan Sula.
ADVERTISEMENT
“Modal bikin Barbershop ini Rp 14 juta. Dan itu uang saya sendiri, yang saya dapat dari job seperti gambar peta untuk administrasi desa, seperti peta wilayah antar desa dan denah rumah. Saya memang tidak ingin merepotkan orang tua yang sudah membiayai saya kuliah,” ujarnya.
Meski begitu, kata ia, membuka usaha tak mudah, butuh sabar dan konsisten. Ia bahkan pernah diusir pemilik tempat kontrak bangunan karena terlambat bayar sewaan.
“Tapi Alhamdulillah, setelah jatuh bangun, tahun ini saya sudah punya bangunan sendiri di Desa Mangon, untuk usaha Barbershop. Dan saya sudah punya dua orang karyawan," imbuhnya.
Tampak depan Barbershop milik Tri Rizkal Warang di Desa Mangon, Kecamatan Sanana. Foto: Iwan/cermat
Dari usaha tersebut, pendapatannya dalam sebulan mencapai Rp 8 juta.
“Kalau hari bae, bisa dapat 400 ribu per hari,” katanya.
ADVERTISEMENT
Tri bilang, usaha yang dibangun itu, karena semata-mata ingin turut menolong orang lain yang belum memiliki pekerjaan.
“Bagi saya, sukses itu ketika kita mempunyai usaha sendiri dan bisa mempekerjakan orang lain,” tandasnya.
Semangat Tri Rizkal dalam membangun usaha tersebut, membikin ia menjadi sosok teladan bagi karyawannya. Burhanudin, salah satu karyawan Barbershop itu menilai Rizkal adalah sosok yang tidak gampang menyerah.
“Kaka Rizkal orangnya kreatif dan inovatif dalam menjalankan usaha Barbershop,” ujar Burhanudin.
Walaupun jatuh bangun dengan usahanya, sambung Burhanudin, tapi Rizkal tetap konsisten sehingga berhasil membangun Barbershop yang cukup bagus untuk ukuran Kota Sanana.
“Ketika karyawan buat salah, dia akan panggil secara baik-baik untuk menegur. Dan untuk urusan keuangan dia selalu terbuka dengan karyawan. Hal itu yang buat saya bertahan kerja dengan dia hingga beberapa tahun ini,” akuinya.
ADVERTISEMENT
Ari, salah satu pelanggan Barbershop itu, juga mengaku senang dengan pelayanan di tempat potong rambut tersebut.
“Pelayanannya bagus. Yang buat saya kagum itu pemiliknya pun ikut bekerja sama-sama dengan karyawan. Dan potongannya mantap, termasuk murah-meriah. Harga per kepala hanya 20 ribu untuk anak SMA dan orang dewasa. Semnatara anak kecil cuma 15 ribu,” pungkas Ari.
---
Iwan Umamit